Sabtu 21 Oct 2017 20:45 WIB

Paguyuban Penyintas Kanker Dibentuk di Bogor

Kanker Payudara.
Foto: The Indian Express
Kanker Payudara.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Paguyuban Penyintas Kanker (survivor of  cancer) dibentuk di Bogor, Jawa Barat sebagai wadah untuk edukasi serta pendampingan bagi penderita kanker.

"Penderita kanker membutuhkan pendampingan, terutama dalam proses penyembuhannya, begitu juga para penyintas, mereka juga perlu wadah untuk saling mendukung satu dengan lainnya," kata Ketua YKI Kota Bogor Yane Ardian Bima Arya, Sabtu.

Yane menyebutkan sejak tahun lalu YKI Kota Bogor sudah memiliki wacana pendirian Paguyuban Penyintas Kanker diberinama Paguyuban Survivor of Cancer, dan baru terealisir tahun ini. Penyintas adalah orang yang sembuh dari kanker.

Menurut Yane para penyintas memiliki peran penting dalam memberikan semangat kepada penderita kanker agar mau berjuang untuk sembuh dari penyakitnya.

"Para penyintas ini juga bisa menjadi motivator kepada penjuang kanker, dan juga kepada masyarakat agar bisa terhindar dari penyakit kanker melalui pengalaman-pengalaman yang dilaluinya," katanya.

Selain itu, fungsi paguyuban menjadi wadah untuk mengontrol keberadaan para penyintas, memastikan mereka benar-benar sembuh total melalui pengobatan rutin.

Yane menyebutkan kasus kanker tertinggi terjadi pada perempuan adalah kanker payudara (40,3 per 100 ribu). Data dari Globocan (2012) rate kematian kanker payudara 16.6 per 100 ribu. Diikuti kanker leher rahim (17,3 per 100 ribu) dengan rate kematian 8,2 per 100 ribu.

Sementara itu berdasarkan data Riskesdas (2013), prevalensi kanker di Indonesia sebesar 1.4 per 1.000 penduduk. Di tingkat provinsi prevalensi kanker tertinggi pada Provinsi Jawa Barat dengan prevalensi sebesar 1 per 1.000 penduduk (Nasional sebesar 1,4 per 1.000 penduduk).

"WHO menyatakan bahwa 43 persen kanker dapat dicegah dengan melakukan gaya hidup sehat, dan menjauhkan diri dari faktor resiko terserang kanker seperti kebiasaan merokok, menjadi perokok pasif, kebiasaan minum alkohol, kegemukan, pola makan tidak sehat," katanya.

Faktor lainnya, perempuan yang tidak menyusui dan perempuan yang melahirkan di atas usia 35 tahun, kata Yane.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement