INCHEON — Sudah tiga hari terakhir sejak akhir pekan lalu, salah satu jurnalis asal Indonesia harus bolak-balik ke bagian help desk di Media Centre Asian Games ke-17 Incheon, Korea Selatan. Jurnalis foto itu masih terus meminta keterangan terkait hilangnya salah satu ponsel pintar miliknya.
Dia kehilangan ponsel pintarnya itu saat menuju venue voli pantai, Songdo Global University, lantaran begitu terburu-buru saat turun dari shuttle bus. Fotografer asal Bandung itu baru sadar akan kehilangannya saat ia hendak mengunggah foto-foto hasil jepretannya di venue voli pantai.
Usaha pertama yang dilakukan dia begitu kembali ke Media Centre adalah menghubungi help desk. Sayangnya, petugas di help desk itu tidak bisa memberikan banyak jaminan dan kepastian atas nasib nahas yang menimpa sang jurnalis. "Mereka bilang, mereka juga banyak kerjaan. Masak saya malah diminta buat nyari sendiri ke busnya,'' ujarnya kepada Republika dengan penuh kekesalan.
Padahal, dengan tugas utamanya membantu semua pihak, termasuk jurnalis yang bertugas di Asian Games ke-17, help desk seharusnya memiliki semua akses untuk bisa mencari informasi, termasuk rute perjalanan semua shuttle bus dan pengemudi yang saat itu bertugas mengantarkan sang jurnalis ke venue voli pantai.
Keadaan kian tak menentu karena para petugas help desk terus berganti-ganti setiap hari. Sehingga, seolah-olah rekan jurnalis asal Indonesia itu terus mengadukan hal yang sama setiap hari kepada orang yang berbeda. Ia pun harus mengulangi semua prosedur pelaporan itu. Namun, para petugas help desk itu juga berkilah masih belum mendapatkan laporan terkait penemuan barang di shuttle bus.
Kekhawatiran terbesar jurnalis itu adalah ponsel pintarnya sudah berpindah tangan ke orang lain yang menaiki bus yang sama sebelum pengemudi shuttle bus melakukan pengecekan. Proses administrasi yang berbelit-belit akhirnya justru merugikan orang yang tengah tertimpa musibah.
rep:reja irfa widodo ed: fernan rahadi