Jumat 19 Sep 2014 12:00 WIB

Mengenal Rabithah Alam Islami

Red:

Selain Organisasi Kerja sama Islam (OKI), lembaga Islam internasonal yang cukup berpengaruh di dunia adalah Rabithah Alam Islami. Organisasi yang juga dikenal sebagai Liga Dunia Islam adalah lembaga Islam nonpemerintah terbesar di dunia. Beberapa kegiatan yang rutin digelar Rabithah Alam Islami di Indonesia adalah konferensi media Islam internasional.

Rabithah Alam Islami didirikan pada Dzulhijah 1381 H atau Mei 1962 di Makkah, Arab Saudi. Organisasi ini disponsori Raja Arab Saudi Raja Faisal bin Abdulazis. Syekh Muhammad Surur terpilih sebagai Sekretaris Jenderal pertama Rabithah Alam Islami. Salah satu aktivitas pertama Liga Dunia Islam saat berdiri adalah mengawasi pembangunan Masjidil Haram.

Selain itu, tugas penting yang diemban Rabithah adalah menyampaikan risalah Islam dan ajarannya ke seluruh dunia. Menghilangkan kesan yang keliru tentang Islam yang ditimbulkan musuh-musuh Islam adalah agenda lain dari pendirian lembaga ini.

Dalam dakwah, Rabithah sering memanfaatkan musim haji dengan menggelar berbagai kajian tentang Islam di Makkah. Mereka juga mendukung dan memberi fasilitas para dai di seluruh dunia dalam melaksanakan agenda dakwahnya. Di bidang pendidikan, Rabithah memberikan bantuan kepada perguruan Islam di seluruh dunia.

Yang cukup menonjol, Rabithah juga menaruh perhatian serius terhadap pers dan media massa. Liga Dunia Islam menerbitkan berbagai jurnal dan produk jurnalistik dalam berbagai bahasa dan disebarkan ke seluruh dunia. Mayoritas, isinya tentang dakwah dan pendidikan.

Majalah yang diterbitkan Rabithah dalam bahasa Arab adalah Rabithah al-’Alam al-Islami. Majalah ini berisi informasi tentang ajaran dan dunia Islam, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Di samping itu, Rabitahh juga menerbitkan surat kabar pekanan bernama Akhbar al-’Alam al-Islami. Khusus untuk masyarakat yang berlatar belakang pendidikan Barat, Rabithah menerbitkan majalah berbahasa Inggris The Journal pada 1973. Khusus untuk masalah kemasjidan, liga juga menerbitkan majalah Risalah al-Masjid yang tersebar ke seluruh dunia.

Perhatian serius Rabithah soal media juga di tuang kan dalam Konferensi Media Islam Inter na sional pertama di Jakarta pada 1-3 September 1980. Muktamar yang dihadiri tak kurang 20 negara ini menghasilkan "Deklarasi Jakarta". Salah satu poin dari deklarasi ini adalah pentingnya dibentuk kantor berita Islam untuk menyiarkan dan menonjolkan penyiaran berita dunia Islam. Indonesia kembali dipercaya sebagai tuan rumah konferensi kedua pada 2011 dan ketiga pada 2013.

Rabithah dalam sidang Majelis Ta’sisi pada 1974 membentuk Dewan Masjid Sedunia (al-Majlis al A’la al-’Alami li al-Masajid). Tujuan dibentuknya Dewan Masjid Sedunia ini untuk melindungi masjid beserta harta milikinya dari berbagai gangguan. Dewan Masjid Sedunia juga akan membela hakhak kaum minoritas Muslim untuk menjalankan ibadahnya di masjid. Kebebasan para dai untuk menyampaikan dakwah di masjid juga menjadi perhatian serius lembaga baru ini.

Lagi-lagi, meski berpusat dan dekat dengan Pe merintah Arab Saudi, Indonesia mengambil pe ran penting di Rabithah. Indonesia ditunjuk menjadi kantor perwakilan Dewan Masjid Sedu nia untuk wilayah Asia Pasifik. Kantor yang ber tem pat di Jakarta diresmikan oleh Sekretaris Jenderal Rabithah Syekh Muhammad Ali al-Harakan bersama Alamsyah Ratu Prawiranegara yang menjabat menteri Agama RI saat itu. Kantor ini dipimpin mantan dirjen Pembinaan dan Kelembagaan Kementerian Agama RI Prof Timur Djaelani.

Kegiatan Rabithah untuk membela kaum Mus limin yang tertindas adalah mengecam pemerintahan Myanmar yang ingin menghapuskan identitas Islam di negeri itu. Rabithah juga mendukung kemerdekaan Palestina dari penjajah Zionis Israel. ed:hafidz muftisany

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement