Dua negara di Timur Tengah hanya dalam sekian bulan dapat dengan mudah dikuasai oleh satu organisasi garis keras bertopeng agama. Fakta itu membuat penduduk dunia geram atas aksi kejamnya, seperti menganiaya wartawan maupun membunuh warga.
Melihat fenomena itu, para kepala sekolah dan guru hendaknya memiliki kepedulian kepada peserta didiknya supaya tidak tersesat oleh ajaran radikalisme. Hal ini sangat penting, mengingat para pelajar merupakan generasi yang rentan disesatkan karena kondisi psikologis yang masih labil.
Ada cara yang bisa dilakukan oleh para kepala sekolah dan guru dalam mendidik supaya mereka tidak tersesat oleh ajaran radikalisme. Tentu harus disertai dengan contoh konkretnya sehingga para peserta didik dapat benar-benar paham secara benar serta tanpa melahirkan pandangan multitafsir dalam benak pikiran mereka.
Caranya, yakni mendidik bahwa seseorang dapat dikatakan beragama bukan dinilai dari simbol (pakaian, perkataan, tulisan, atribut, dan tindakan) yang seolah-olah beragama-tetapi pada kenyataannya sifat setan/ibli lah yang setiap hari dilakukan.
Contohnya, ajak diskusi mengenai cerita berikut ini: Sekelompok orang dapat dengan mudah mengatakan bahwa orang lain itu kafir, tetapi mereka suka berdemo merusak fasilitas umum, membuat macet jalan raya, serta memperkatakan perkataan kasar dan hinaan kepada orang lain atas nama agama. Selain itu, kerjaannya suka menjelek-jelekkan orang lain dan dalam menjalankan aksinya, mereka mempergunakan pakaian, perkataan, tulisan, dan berbagai atribut bernuansa rohani.
Pancing siswa untuk berpikir dengan cara guru melontarkan pertanyaan apakah kelompok itu benar-benar menjalankan ajaran agama atau malah sebaliknya bertindak seperti sifat setan atau bagaimana penilaian kalian terhadap mereka yang bertindak seperti itu. Beri waktu sekian menit bagi peserta didik untuk berdiskusi dengan sesama temannya. Setelah itu, bujuk para peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya.
Di sinilah peran penting guru selanjutnya, yaitu mendengar seluruh pendapat peserta didik yang telah dikemukan olehnya. Pasti pendapat berbagai peserta didik berbeda-beda, tetapi guru dapat merangkum inti dari semua pendapat peserta didik. Tentu harapan guru ialah para peserta didik menilai bahwa aksi sekolompok orang itu tidak menjalankan ajaran agama dan yang ada malah sebaliknya bertindak seperti sifat setan/iblis.
Namun, bagaimana jika ada peserta didik yang berpandangan terbalik (salah)? Hal ini harus diwaspadai dan guru perlu menegaskan kembali bahwa aksi sekolompok orang itu tidak menjalankan ajaran agama dan yang ada malah sebaliknya bertindak seperti sifat setan.
Beri pertanyaan kepadanya, "Bagaimana kalau Anda punya teman yang suka mempergunakan pakaian, perkataan, tulisan, dan berbagai atribut bernuansa rohani, tetapi suka menjelek-jelekan Anda? Apakah Anda akan berkata kepada teman Anda?" "Ah, kamu kaya yang ya saja terlihat agamis, tetapi pekerjaanmu menjelek-jelekan orang lain tanpa pernah becermin pada diri sendiri." Harapan guru setelah mengajukan pertanyaan itu, yakni peserta didik yang awalnya berpandangan terbalik (salah), dapat berubah pikirannya ke arah pemikiran yang benar.
Oleh Faisal Arif Setiawan, S.Pd , Guru SMAN 1 Tidar