Boston Consulting Group (BCG) mengumumkan kekayaan individu-individu di Asia Pasifik naik tajam sepanjang 2013. Kekayaan orang-orang Asia ini mengalami kenaikan secara massal di Cina dan India. Secara rata-rata, BCG mengatakan, loncatan kekayaan warga Asia Pasifik ini mencapai 31 persen menjadi 37 triliun dolar AS.
Tentu, kekayaan individu yang dimaksud BCG ini terkait dengan aset-aset, deposito, dan tabungan yang mereka miliki di pasar finansial global. "Asia yang selama ini menjadi mesin pertumbuhan ekonomi global ikut mendorong kenaikan kekayaan ini," demikian pernyataan BCG, seperti dikutip BBC.
BCG mengategorikan individu-individu ini berasal dari kalangan rumah tangga. Penghitungan kekayaan mereka meliputi bisnis ritel dan jasa, real estat, maupun jual beli barang-barang mewah. Menurut BCG, Cina terus tampil sebagai pendorong terbesar kenaikan kekayaan ini dengan lonjakan lebih dari 49 persen pada 2013.
Secara keseluruhan, total kekayaan pribadi yang dikuasai kaum pekerja dan pengusaha secara global naik 14 persen menjadi 152 triliun dolar AS pada tahun lalu. "Di hampir semua negara, pertumbuhan kekayaan pribadi didorong oleh kembali menguatnya pasar ekuitas yang telah dimulai pada paruh kedua 2012," demikian pernyataan laporan itu.
Stabilitas ekonomi yang mulai terlihat di Eropa ikut memberikan andil. Juga, tanda-tanda pemulihan ekonomi di AS dan beberapa negara Eropa berkontribusi positif atas mekarnya pasar saham.
Kawasan dengan individu kaya terbanyak sampai saat ini masih dipegang Amerika Utara dengan kekayaan 50,3 triliun dolar AS. Pada 2013, kekayaan individu di sana naik 15,6 persen.
Eropa Barat berada pada urutan kedua dengan total kekayaan mencapai 37,9 triliun dolar AS. Benua ini meliputi Inggris, Jerman, dan Prancis. Posisi ketiga diduduki Asia, disusul Timur Tengah dengan total kekayaan 5,2 triliun dolar AS, Amerika Latin 3,9 triliun dolar AS, dan Eropa Timur 2,7 triliun dolar AS. Eropa Timur sudah memasukkan Rusia, Polandia, dan Ceska.
BCG memprediksi, pada 2014 kawasan Asia Pasifik akan melewati Eropa Barat sebagai pemegang kekayaan individu terbesar kedua. "Pada 2018, warga Asia akan menjadi pemegang kekayaan individu terbesar di dunia, mengungguli Amerika Utara," kata BCG.
Naiknya jumlah miliarder pada akhirnya meningkatkan ketimpangan sosial di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjelaskan, tantangan utama untuk mengatasi ketimpangan adalah memastikan bahwa semua kelompok miskin dan menengah mempunyai kesempatan untuk bergerak secara sosial dan ekonomi, seperti halnya kelompok atas.
"Cara terbaik untuk meraihnya adalah melalui pendidikan. Ini senjata terbaik memberantas kemiskinan," katanya. Ia menjelaskan persentase kelompok miskin yang mencicipi pendidikan di perguruan tinggi di Indonesia sangat kecil dibanding kelompok menengah dan kaya. Maka, pemerintah mendorong agar sistem pembayaran pendidikan di perguruan tinggi disesuaikan dengan tingkat ekonomi masing-masing siswa.
Selain pendidikan, menurut SBY, cara lainnya dalam mengatasi ketimpangan sosial adalah dengan memberikan kredit mikro untuk orang miskin. Sejak 2007, Indonesia telah menyalurkan kredit mikro tanpa jaminan sebesar Rp 150 triliun kepada sekitar 11 juta pengusaha mikro dengan tingkat kredit bermasalah (NPL) hanya empat persen.
Indonesia juga memilih jalan menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan meningkatkan jumlah pengusaha, khususnya pengusaha mikro, kecil, dan menengah. Jika Indonesia dapat menambah tiga juta pengusaha pada dekade mendatang, dan masing-masing membutuhkan 25 pekerja, maka akan ada sekitar 75 juta pekerjaan baru tercipta. Hal itu, menurutnya, akan berdampak besar bagi masyarakat dan ekonomi Indonesia. rep:elba damhuri/esthi maharani ed: fitria andayani