JAKARTA — Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menargetkan Indonesia menjadi peringkat satu industri kehutanan pada 2030. Produk Indonesia dinilai memiliki keunggulan kompetitif.
Ketua Komite Koordinasi Asosiasi Bidang Kehutanan, Pertanian, dan Aquakultur Kadin Indonesia, Tony Wenas, mengatakan, Indonesia merupakan produsen pulp dan kertas dengan posisi ke-9 di dunia. "Indonesia bahkan pernah mendominasi pasar plywood di Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Jepang sampai 2001," ujarnya, Ahad (22/6).
Investasi kehutanan ini, menurutnya, dapat memberikan devisa bagi negara, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, hal tersebut hanya dapat tercapai bila ada iklim usaha yang kondusif
Pada 2011 industri hutan tanam yang terdiri atas pulp, kertas, plywood, wood working, furnitur, dan bioenergi menghasilkan devisa sebesar 71,88 miliar dolar AS. Sedangkan, pada hutan alam yang terdiri atas plywood dan wood working menghasilkan devisa sekitar 57 miliar dolar AS.
Kontribusi sektor kehutanan terhadap produk domestik bruto (PDB) didasarkan produk kayu bulat, industri pertukangan, pulp, dan kertas pada 2006 berkontribusi sebesar 0,7 persen terhadap PDB dengan luas hutan Indonesia 94,732 juta hektare. Angka ini dinilai rendah dibandingkan negara lain.
Finlandia, misalnya mampu mengoptimalkan potensi hutannya sehingga berkontribusi hingga 5,7 persen dari PDB. Padahal, luas hutan yang dimiliki negara itu sangat kecil dan tak sebanding dengan luas hutan yang dimiliki Indonesia, yaitu hanya 12,157 juta hektare.
Menurut Tony, ada potensi yang hilang dalam sektor kehutanan. Sehingga, pemerintah dan masyarakat harus mengelola dengan baik. Setidaknya, agar Indonesia bisa memperoleh setengahnya saja dari keuntungnya yang diterima Finlandia. "Potensi kita ada. Dengan luas lahan yang lebih besar dari Finlandia, jika kita mengelola dengan baik, target tersebut bias tercapai," katanya memaparkan.
Dengan memperbaiki pengelolaan, penciptaan lapangan kerja pun akan tumbuh signifikan. Pada PDB subsektor kehutanan dari tahun 2000 hingga 2012 angka terus meningkat. Berdasarkan Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011-2030, pemerintah menargetkan akan ada sebanyak 9.314 juta orang yang bekerja di sektor kehutanan.
Selain itu, pemerintah melalui Kementerian Koordinator Perekonomian telah memutuskan untuk memangkas anggaran di sejumlah kementerian dan lembaga (K/L), termasuk Kementerian Kehutanan. Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengatakan, pemangkasan dilakukan dua kali. "Anggarannya tinggal Rp 4,2 triliun dari awalnya Rp 6 triliun," ujarnya.
Zulkifli mengatakan, pemangkasan anggaran ini sangat berpengaruh pada target-target yang sudah ditetapkan, terutama rehabilitasi hutan dan lahan (RHL). Karena itu, kementerian mengajak pihak swasta untuk mendorong RHL. rep:c76 ed: fitria andayani