MOJOKERTO – Kehadiran teknologi industri pascapanen padi dinilai mendesak untuk menekan kehilangan pascapanen yang tinggi akibat proses produksi yang tidak efisien. Tapi, hendaknya kehadiran teknologi industri tersebut harus menjaga keseimbangan para shareholder maupun stakeholder yang terlibat dalam proses pascaproduksi padi tersebut.
Hal tersebut ditegaskan Menteri Pertanian Suswono saat meresmikan PT Lumbung Padi Indonesia di Mojokerto, Jawa Timur, Ahad (7/9). Hadir dalam acara tersebut Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf, Bupati Mojokerto Mustafa Kemal Pasha, Direktur Utama PT Lumbung Padi Indonesia Fara Lubia, Komiraris Utama PT Lumbung Padi Indonesia (LPI) Rachmat Gobel, Wakil Dubes Jepang untuk Indonesia Yusuke Shindo, dan Senior Manager Director Satake Jepang kihara.
Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada 1996 menunjukkan, susut hasil panen padi di Indonesia masih tinggi, yakni 20,42 persen. Untuk meminimalkan losses tersebut diperlukan sentuhan inovasi teknologi di bidang peralatan panen dan penanganan pascapanen.
Data Kementerian Pertanian menunjukkan, per 2013 tingkat kehilangan hasil padi di sejumlah provinsi turun hingga 13 persen. Meskipun demikian, secara rata-rata nasional masih tercatat sebesar 19,92 persen. "Saya menyambut baik peran PT Lumbung Padi Indonesia yang ikut mendukung program pemerintah dengan membangun penggilingan padi modern yang mempunyai kapasitas pengolahan cukup besar, yaitu 150 ribu ton gabah kering panen (GKP) per tahun," kata Suswono.
Mentan menegaskan, teknologi pengolahan hasil pertanian dengan konsep zero waste (tanpa limbah) sudah dikenal luas dan tersedia, tapi implementasinya masih belum menjadi prioritas. "Untuk itu, saya berharap PT LPI dapat menjadi pionir industri beras yang menerapkan konsep zero waste (tanpa limbah), bermitra langsung dengan kelompok tani dan gabungan kelompok tani (poktan/gapoktan), dan dapat menerapkan asas berkeadilan dalam operasionalisasinya, sehingga usaha ini berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani dan keberlangsungan usaha itu sendiri dapat terjamin," papar Mentan.
Komisaris Utama PT LPI Rachmat Gobel mengemukakan, PT LPI didirikan dalam rangka mewujudkan program pemerintah untuk mewujudkan kemandirian dan kedaualatan pangan melalui swasembada beras yang berkelanjutan. Saat ini, PT LPI siap megoperasikan fasilitas pengolahan gabah dan beras terpadu di Desa Jasem, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Fasilitas yang dibangun di atas lahan seluas 5,1 persen dengan menggunakan inovasi teknologi Satake-Jepang ini terintegrasi secara otomatis mulai dari proses penerimaan Gabah Kering Panen (GKP), pembersihan, pengeringan, penyimpanan, penggilingan, sampai dengan pengemasan, sehingga mampu menghasilkan beras kualitas premium. "Inovasi teknologi tersebut mampu menekan susut padi pada proses pascapanen hingga tujuh peren," tutur Rachmat.
rep:irwan kelana ed: nidia zuraya