REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Surga dan neraka adalah balasan yang Allah SWT janjikan kepada manusia atas apa yang mereka lakukan di kehidupan dunia.
Namun, apakah mungkin ternyata justru kelak neraka itu tidak ada karena Allah SWT membatalkannya?
Menuut mantan Mufti Agung Mesir, Syekh Ali Jumah, ini adalah pendapat Ahlus Sunnah wal Jama'ah, bukan pendapat yang baru. ini adalah pendapat yang diajarkan dalam ajaran Ahlus Sunnah sepanjang zaman.
“Allah (SWT) tidak pernah mengingkari janji-Nya, namun Dia bisa saja mengurangi ancaman-Nya,” kata dia dikutip dari Masrawy, Senin (24/2/2025).
Syekh Ali Jumah menambahkan dalam sebuah panggilan telepon di Al Arabiya TV, masalah neraka yang dimusnahkan atau dibatalkan, atau bahwa Allah SWT melakukan apa yang
Dia kehendaki dengan manifestasi kasih sayang-Nya, adalah doktrin Ahlus Sunnah, dan disebutkan oleh Ibnu al-Qayyim, dan merupakan doktrin Ibnu Taimiyyah, semoga Allah merahmati mereka.
Dia menekankan bahwa pendapat ini bukanlah pendapat yang baru atau baru saja kita dapatkan, namun merupakan pendapat para sahabat, pengikut dan para imam selama berabad-abad. Allah SWT tidak pernah mengingkari janji-Nya, namun dalam kasih sayang-Nya, janji ini bisa saja diingkari.
Dia merujuk pada prevalensi budaya baru di Kekaisaran Ottoman setelah Ottoman mengambil alih urusan umat Islam, mengutip hadits Nabi SAW:
القبر روضة من رياض الجنة أو حفرة من حفر النار
BACA JUGA: Kritik Tajam Media Israel Atas Kondisi Riil Tentara Kini Bikin Telinga Elite Panas
"Kuburan adalah taman dari sekian surga atau lubang dari deretan nereka," dan mengatakan, "Semua orang dalam budaya umum mereka mengambil bagian kedua dari hadits tersebut, dan itu dari budaya yang berlaku, bukan dari fakta agama yang didokumentasikan, bahwa kuburan adalah lubang neraka, dan itu termasuk siksaan kubur dan pertanyaan dan hukuman, dan mereka melupakan inti dari hadis tersebut. Masalahnya adalah bagaimana kita bisa menyampaikan hadits ini ke dalam hati orang-orang ketika budaya ini telah memenuhi mereka dengan teror," tanyanya, seraya menekankan bahwa dia ingin agar umat Islam menyembah Tuhannya dengan cinta dan semangat, bukan dengan gemetar, ketakutan dan kekacauan, terutama karena hal ini adalah asal mula agama.
“Tetapi ada budaya yang berlaku yang sayangnya telah menyebar di kalangan agama hingga menjadi fakta agama,” ujar dia.