Senin 28 Dec 2015 16:00 WIB

Laba Bank Umum Turun 7,9 Persen

Red:

JAKARTA--Profitabilitas industri perbankan tercatat turun 7,9 persen (yoy) pada Oktober 2015 dibandingkan periode sama tahun lalu. Demikian data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Oktober 2015 yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pekan ini.

Laba bersih setelah pajak dari 118 bank umum tercatat sebesar Rp 86,6 triliun hingga Oktober 2015 atau turun dibandingkan Oktober 2014 sebesar Rp 94,1 triliun. Profitabilitas bank umum juga turun jika dibandingkan posisi September 2015, yakni sebesar Rp 95,8 triliun.

Penurunan laba tersebut disumbang peningkatan beban operasional selain bunga (non interest expense) dan beban bunga (interest expend) yang cukup signifikan. Beban operasional selain bunga naik 30,8 persen (yoy) menjadi Rp 300,2 triliun pada Oktober 2015, dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 229,5 triliun.

Peningkatan beban operasional selain bunga, terutama dipengaruhi naiknya nilai kerugian transaksi spot dan derivatif serta naiknya nilai penyusutan/amortisasi masing-masing tercatat Rp 65,7 triliun dan Rp 78,8 triliun.

Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang masing-masing tercatat sebesar Rp 38,9 triliun dan Rp 53,6 triliun. Beban bunga juga naik 17,1 persen (yoy) menjadi Rp 281,7 triliun per Oktober 2015 dibandingkan periode sama 2014 mencapai Rp 240,4 triliun.

Sementara, pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) industri perbankan sampai Oktober 2015 sebesar Rp 252,6 triliun, naik 11,8 persen (yoy) dibandingkan Oktober 2014 sebesar Rp 225,9 triliun.

Kenaikan NII disumbang pendapatan bunga yang tumbuh 14,5 persen (yoy) menjadi sebesar Rp 534,3 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp 466,4 triliun.

Pendapatan operasional selain bunga (other operating income) naik 27,6 persen (yoy) menjadi Rp 156,9 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp 122,9 triliun.

Total penyaluran kredit bank umum sampai Oktober 2015 tercatat sebesar Rp 3.955 triliun, naik 10,2 persen (yoy) dibandingkan periode sama 2014 sebesar Rp 3.589 triliun.

Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) bank umum tercatat Rp 4.370 triliun, naik 8,9 persen (yoy) dari tahun lalu Rp 4.011 triliun. Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan (CKPN) melonjak cukup tajam dari Oktober 2014 sebesar Rp 90,7 triliun menjadi Rp 114,9 triliun pada Oktober 2015.

Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengatakan, perbankan nasional punya cukup bekal untuk menghadapi kondisi likuiditas yang diperkirakan mengetat pada tahun depan. Sesuai tugasnya, OJK setiap pekan memantau kondisi likuiditas perbankan.

Menurutnya, kondisi likuiditas pasar uang antarbank (PUAB) tidak banyak berubah. Dengan demikian, OJK melihat bank punya bekal yang baik untuk memasuki 2016.

"Kecukupan modal, terutama beberapa bank melakukan revaluasi aset, penambahan modalnya cukup besar sehingga peningkatan modal dari revaluasi menambah kekuatan untuk ekspansi pada 2016," jelasnya di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, kondisi likuiditas pada 2016 masih cukup baik. Peningkatan loan to deposit ratio (LDR) juga terus diwaspadai. Meski akan ada kemungkinan peningkatan LDR karena permintaan meningkat, OJK masih dalam batas normal.

Pelonggaran GWM

Di samping itu, pelonggaran giro wajib minimum (GWM) primer juga memperbaiki kondisi likuiditas bank. Hal itu juga diharapkan bisa mengurangi biaya dana (cost of fund).

"Kondisi likuiditas sekarang oke, semua di atas treshold. Apalagi, dengan pertumbuhan kredit yang kecil, sementara modal besar," ungkapnya.

Pertumbuhan kredit tahun depan diproyeksikan berada di kisaran 12-13 persen. Sedangkan, rasio kredit bermasalah (NPL) gross diperkirakan akan berada di kisaran 2,6 persen.

Dia memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi global tidak spektakuler sehingga regulator berupaya memanfaatkan potensi domestik untuk mendorong pertumbuhan kredit.

Sektor yang didorong terutama infrastruktur dan sektor yang mendorong mobilisasi usaha-usaha yang berbasis dalam negeri. OJK juga mendorong bank meningkatkan porsi pembiayaan di sektor UMKM. Saat ini, porsi UMKM sekitar 18 persen dari total kredit akan ditingkatkan menjadi di atas 20 persen. rep: Binti Sholikah ed: Zaky Al Hamzah

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement