Jumat 18 Mar 2016 14:00 WIB

FOKUS PUBLIK- Penghormatan untuk Jalur Independen

Red:

JAKARTA – Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) berkeyakinan untuk menang pada pilkada 2017. Dia memutuskan untuk kembali maju mengikuti kontestasi politik tersebut.

Ada perbedaan. Pada 2012, dia bersama Joko Widodo maju menggunakan kendaraan partai politik (parpol). PDIP dan Gerindra ketika itu bersemangat untuk membawa keduanya melawan pejawat, Fauzi Bowo, yang berpasangan dengan Nachrowi Ramli. PDIP dan Gerindra berhasil mengantarkan Jokowi dan Ahok menjadi pemenang pilkada. Keduanya menjadi pemimpin daerah Ibu Kota.

Kini, Ahok maju menggunakan jalur independen. Dia menggunakan Teman Ahok sebagai mesin politiknya menghimpun dukungan. Ahok yang berpasangan dengan birokrat Heru Budi Hartono meyakini akan berhasil meraih dukungan jutaan warga Ibu Kota.

Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai, calon kepala daerah dari partai politik dan jalur independen sama-sama demokratis karena dua-duanya sah berdasarkan Undang-Undang No 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Kepala Daerah.

Parpol penting dalam negara demokratis. Hal ini sudah pasti harus dihormati. Namun, calon independen juga secara demokratis diputuskan oleh partai sendiri dalam undang-undang.

Wapres menyatakan hal itu seusai mengikuti rapat terbatas dengan Presiden di Jakarta, Selasa (15/3). JK menjelaskan bahwa pemerintah menilai tidak ada deparpolisasi atau pengerdilan peran parpol dalam pencalonan kepala daerah melalui jalur independen. Menurut JK, hal yang lebih penting dalam menghadapi pilkada periode kedua pada 2017 adalah kelangsungannya yang diharapkan aman dan lancar.

Terkait pertentangan yang mengemuka menjelang pilkada 2017 tersebut, Wapres berpendapat bahwa parpol sebenarnya sudah menyetujui adanya jalur independen sejak awal. "Ini (jalur independen) kan ada dalam undang-undang, undang-undang siapa yang bikin? Ya, parpol. Berarti, parpol sejak awal menyetujui," kata dia.

Sementara, pengamat politik Universitas Padjadjaran Bandung, Muradi, mengingatkan Ahok agar berhati-hati memainkan isu dana politik ini karena justru akan menjadi bumerang. Publik, lanjutnya, bisa mempertanyakan dana politik yang dipakai untuk relawan Ahok atau yang biasa disebut Teman Ahok. Menurutnya, publik bisa saja mempertanyakan hal tersebut karena dana yang dipakai relawan terbilang tak sedikit. Apalagi, kinerja mereka pun terbilang militan.

"Itu biaya relawan Teman Ahok dari mana, tidak mungkin sukarela menggerakkan orang seperti itu di Jakarta,\" katanya.

Menurutnya, meskipun mengatasnamakan relawan, ia meyakini mereka pun mengharapkan imbalan. Apalagi, untuk setingkat Jakarta. Banyak kasus, seperti yang sudah-sudah, relawan ternyata juga mendapatkan posisi penting di pemerintahan. ed: Erdy Nasrul

Parpol Sangat Menentukan

Taufan Soedirjo, Ciputat, Tangerang Selatan

Menurut pandangan saya, agak berat jika Ahok maju melalui jalur independen. Sebab, peran partai politik akan sangat menentukan dalam proses demokrasi, terutama pemilihan umum (pemilu). Parpol sudah memiliki jaringan atau pengurus sampai ke tingkat bawah sehingga memudahkan sosialisasi politik masing-masing calon.

Boleh saja Ahok menggunakan jalur independen. Nanti bisa dilihat, bagaimana kekuatannya melawan jaringan parpol yang mengakar.

Masing–masing parpol memiliki kekhasan. Mereka mampu melakukan sosialisasi hingga ke tongkrongan, warung kopi, dan perkumpulan masyarakat kecil. Mereka membuka dialog terkait calon yang dianggap berkompeten dan tidak.

Parpol tak memaksakan kehendak kepada masyarakat. Mereka mempromosikan calonnya yang terbaik. Namun, pada akhirnya masyarakat yang menentukan, siapa yang menurut mereka sebagai calon terbaik.

Yang harus dicatat adalah parpol bertanggung jawab kepada kadernya. Jika kader yang diusung terpilih, kemudian terlibat tindak pidana, atau sekadar melanggar etika, pimpinan parpol dapat menjatuhkan sanksi.

Saya melihat Ahok adalah sosok pemimpin yang cukup baik dan tegas. Dia selalu menunjukkan keberanian dalam menjalankan tugasnya. Dia tidak bisa diintervensi oleh pihak manapun. Untuk itulah, banyak kita dengar dukungan terhadap ahok di berbagai media sosial (medsos). Namun, ada juga pihak yang sangat antipati terhadap Ahok. Sebagian masyarakat menilainya sangat tak tepat dan melanggar. Itulah tugas berat Ahok untuk maju lagi dalam Pilgub DKI 2017.

Harapan saya, apabila Ahok akan maju lagi di Pilgub DKI, harus mulai memperbaiki citranya di kalangan masyarakat. Tujuannya agar dia bisa diterima masyarakat Jakarta yang mayoritas Muslim.

DKI nantinya bisa memiliki pemimpin yang tegas, bijak, dan bisa diterima oleh masyarakat Jakarta sehingga benar–benar bisa sejahtera dan menjadi Ibu Kota terbaik.

Saya Selalu Mendoakan Ahok Mendapat Hidayah Islam

Fauzan Suhada, Depok, Jawa Barat

Jika berbicara tentang Jakarta sebagai Ibu Kota, kita tak mungkin mengabaikan permasalahan klasik seperti banjir akibat tak terkendalinya sampah dan pendangkalan sungai. Persoalan kemacetan, tingginya polusi udara akibat minimnya ruang terbuka hijau, dan banyak permasalahan lain tak luput dari pembicaraan.

Banyak pihak menuding berlarutnya penyelesaian masalah ini adalah akibat ulah parpol yang tak profesional. Karena itu, sekarang ini sedang gencar diusung calon independen, seperti yang dilakukan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Tujuannya untuk menjaring pemilih yang antipati pada parpol.

Bisa jadi alasan utamanya adalah tak mau menyetorkan uang sebagai mahar mesin politik. Prinsip ekonomi rupanya berlaku. Semua ini diajari secara fasih oleh Amerika Serikat.

Umat manusia rupanya lupa bahwa kepemimpinan itu amanah, bukan trofi yang diperebutkan. Pemimpin dalam Islam adalah imam dan khalifah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya, Majmu' al-Fatawa, menyatakan tentang khilafah nubuwwah yang berlangsung selama 30 tahun. Kemudian, Allah SWT memberikan kerajaan kepada siapa yang dikehendakinya (HR Abu Dawud dalam kitab as-Sunnah Nomor 4647, HR Tirmidzi dalam kitab al-Fatan Nomor 2226).

Bani Israil dipimpin secara silih berganti oleh para nabi. Kemudian, ketika nabi terakhir Rasulullah SAW meninggal, muncullah khilafah ini. Allah kemudian memberikan kerajaan kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya.

Kewajiban umat Islam kepada mereka adalah membaiatnya, memberikan hak, karena nantinya Allah SWT yang akan meminta pertanggungjawaban mereka (HR Bukhari dalam kitab al-Anbiya Nomor 3455 dan Muslim dalam kitab al-Imamah Nomor 1842/44). Nasihat Rasulullah SAW kepada Mu'awiyyah bin Abu Sofyan RA adalah \"Jika kamu berkuasa,berbuat baiklah.\"

Dari pelajaran tersebut jelaslah, sekali lagi, kepemimpinan itu adalah amanah yang ditunjuk dari pemimpin terdahulu kepada pemimpin baru. Pertimbangannya Alquran dan sunah.

Jika memang Basuki Tjahaja Purnama ingin mengikuti pilkada DKI dari jalur independen silakan saja. Saya selalu mendoakan beliau mendapat hidayah Islam dan menyelesaikan sengketa kasus UPS, permasalahan lahan RS Sumber Waras, dan reklamasi Pulau G Kepulauan Seribu Teluk Jakarta, dan permasalahan lainnya, secara adil, berpegang pada kebenaran, dan jauh dari kezaliman.

Hormati Ahok

Komarudin, Bekasi

Kita harus menghormati Ahok selaku WNI yang mencalonkan diri sebagai cagub DKI melalui jalur independen lewat Teman Ahok. Sebagai Muslim, kita juga harus menghormati hak politik kita, yaitu harus memilih pemimpin sesuai perintah Allah.

Kepada cagub Muslim, saya menyarankan maju mencalonkan diri didasarkan pada keinginan melaksanakan perintah Allah, jangan maju karena hawa nafsu ingin meraih kekuasaan. Sebaiknya, para cagub berembuklah dan majulah salah satu, jangan maju beramai-ramai yang akan membuat suara umat pecah belah. Akhirnya, semua tidak mendapat apa-apa, kecuali luka karena bersaing. Yang diuntungkan pastinya lawan politik umat Islam.

Harus Bersaing Sehat

Herwin Nur

Kota Tangerang Selatan, Banten

Suhu dan arus politik Ibu Kota semakin menarik untuk diperhatikan karena bermunculannya tokoh yang ingin mengikuti kontestasi pilkada DKI Jakarta 2017. Meski agenda politik ini masih setahun lagi, banyak orang yang sudah tertarik mengamati isu ini.

Perhelatan politik semakin meriah disebabkan oleh Gubernur DKI Jakarta saat ini, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), bernyali besar untuk kembali bertarung dalam pilkada.

Mesin politiknya, Teman Ahok, meyakini akan memenuhi syarat dukungan yang ditentukan UU agar syarat pasangan calon perseorangan bisa mendaftarkan diri ke KPU. Tanpa mesin politik, bukan berarti Teman Ahok mati angin. Pelaku ekonomi yang bermarkas di Jakarta tentunya tak akan tinggal diam.

Parpol pendukung Jokowi-JK disoroti untuk tidak mengabaikan situasi politik. Mereka diharapkan tidak rakus dan haus kekuasaan tanpa becermin pada realitas dan fakta lapangan. Mereka harus mengerti bahwa calon independen tak dilarang oleh undang-undang. Jika memang Ahok menggunakan jalur tersebut, kemudian parpol mengusung tokoh lain, mereka harus bersaing dengan sehat.

Tak Mudah untuk Maju Independen

Al Firdaus, Guru Jakarta Islamic School Joglo, Jakarta Barat

Pilgub DKI Jakarta sudah semakin ramai diperbincangkan. Beberapa calon gubernur (cagub) sudah mulai ditampilkan di media, termasuk Ahok.

Sepertinya pilgub DKI kali ini bakal seru. Basuki atau yang biasa disapa Ahok akan maju pilgub jalur independen didukung oleh temannya. Sebenarnya ini bukanlah persoalan karena itu hak politik Ahok.

Ahok sudah memiliki kapasitas yang cukup untuk bertarung di pilgub nanti. Beberapa media terus santer mendukungnya. Ini membuat posisi Ahok seperti di atas angin.

Sebenarnya bukan hal mudah untuk menjadi calon independen. Calon tersebut minimal harus memiliki kreteria ideal. Yang pertama, harus memiliki kejujuran yang masih sulit kita temui di ranah pejabat. Amanah adalah sikap langka didapat.

Setahu saya, jarang ada pemimpin yang mengayomi masyarakat karena pejabat hobinya marah-marah. Yang dilontarkan adalah bahasa yang tidak patut.

Saya belum melihat sosok pemimpin yang berlaku adil terhadap semua etnis. Adil dalam membuat kebijakan harus diutamakan. Jangan main gusur. Warga negara memiliki pendapat yang harus didengarkan.

Kriteria berikutnya adalah pendukung. Ini merupakan modal kedua setelah memiliki kriteria ideal pertama tadi. Pendukung inilah yang nantinya akan meloloskan seorang calon independen ke panggung jabatan.

Tanpa pendukung, akan sangat sulit bagi calon independen maju. Para pendukung harus dimaksimalkan. Seperti sebelum pencalonan mereka sudah bergerak terlebih dahulu mencari dukungan masyarakat. Membuat diskusi kecil di kampus untuk memopulerkan calon tersebut.

Terakhir, plus dan minusnya harus diperhitungkan. Sebagaimana diberitakan Republika, 11 Maret 2016. Hal itu bergantung dari manajamen politik cagub untuk mengomunikasikannya.

Jika Ahok benar-benar maju sendiri didukung oleh temannya, tanpa dukungan parpol berarti sikap tersebut merupakan kritikan pedas untuk parpol yang selalu mencari keuntungan dan nihil kerja nyata.

Rakyat Bergerak Sendiri Menentukan Pemimpinnya

Giyat Yunianto, Bekasi, Jawa Barat

Jalur independen adalah salah satu cara bagi seseorang yang ingin maju dalam pilkada. Hal tersebut tidak bertentangan dengan konstitusi. Adanya jalur independen adalah untuk menampung hak politik seseorang yang tidak dapat terakomodasi lewat partai politik.

Ya, adanya Ahok yang maju independen lewat Teman Ahok adalah sinyal bahwa saat ini rakyat dapat bergerak sendiri menentukan pemimpinnya. Mereka tak percaya begitu saja pada wakilnya di DPRD.

Hal tersebut merupakan ujian bagi para elite partai politik agar bekerja keras mencari calon gubernur yang kualitas dan kapabilitasnya sepadan atau bahkan melebihi Ahok. Pada era demokrasi dan keterbukaan informasi ini, setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk memilih dan dipilih.

Semoga Allah memberikan gubernur terbaik yang mampu mengayomi serta melindungi seluruh warga DKI.

Biarkan Masyarakat DKI yang Menentukan

Wahyudin, Ponorogo, Jawa Timur

Saya berpendapat jalur independen tak perlu dipersoalkan. Demokrasi di Indonesia memperbolehkan maju melalui jalur independen dalam pemilihan umum kepala daerah (pilkada).

Jika memandang jalur tersebut tidak tepat atau bahkan menganggapnya sebagai bagian untuk melemahkan partai politik (parpol), saya rasa tidak tepat. Kalau memang dinilai demikian, seharusnya sedari awal penyusunan UU Pilkada, para politikus dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunannya sudah menghapus jalur independen ini.

Biarkan saja Ahok maju melalui jalur independen. Tak masalah dia menggunakan mesin Teman Ahok untuk menyukseskan dirinya pada pilkada nanti.

Biarkan masyarakat DKI Jakarta yang menilai. Mereka adalah orang-orang cerdas yang mengerti kriteria pemimpin seperti apa yang dapat mengubah situasi Ibu Kota menjadi lebih baik. Mereka pasti sudah punya selera. Jalur independen maupun parpol pasti akan menyodorkan kader terbaiknya untuk berkontestasi pada pilkada nanti.

Secara umum, pemimpin sudah pasti membutuhkan ketegasan. Masyarakat pasti sulit menerima calon yang mencla-mencle. Kearifan lokal masyarakat Ibu Kota juga perlu diperhatikan. Jangan sampai pemimpin mendatang justru mengabaikan kultur masyarakat lokal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement