Why you gotta be so rude?
Don’t you know I’m human too?
Why you gotta be so rude?
I’m gonna marry her anyway
Marry that girl Marry her anyway
Marry that girl
Yeah, no matter what you say
Marry that girl
And we’ll be a family
Why you gotta be so rude
Lagu "Rude" yang asyik malang melintang di stasiun radio itu memang terdengar enak di telinga. Tidak aneh bila akhirnya lagu yang memuncaki puncak Bilboard Amerika Serikat itu kondang di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Hingga akhirnya, bandnya pun menjadi terkenal dan sibuk wara-wiri memenuhi undangan nyanyi.
Fenomena ini pun tampak seperti sulap sesuai dengan nama band asal Kanada ini, Magic!. Meski baru memulai karier pada 2012, Magic! sudah berhasil menghipnotis para penikmat musik. Genre reggae yang dipilih oleh band beranggotakan Nasri Tony Atweh, Mark Pellizzer, Alex Stanas, dan Ben Spivak ini memang menjadi senjata ampuh menarik perhatian para penggemarnya. Ditambah dengan liriknya yang catchy dan banyak dialami para remaja di dunia.
Alhasil, Magic! menjadi salah satu band populer dan patut diperhitungkan di jagat hiburan industri musik Hollywood. Bahkan, digadang-gadang akan menjadi band aliran reggae terbaik. Atas prestasinya tersebut dan permintaan para penggemarnya di Indonesia, Magic! pun dundang untuk tampil di panggung festival musik Java Sounsfair 2014 yang diadakan akhir Oktober lalu. Lalu bagaimana kisah, perasaan dan persiapan mereka? Berikut petikan wawancaranya dengan sang vokalis yang keturunan Palestina, Nasri.
Bagaimana perasaan kalian datang ke Indonesia?
Kita sekarang sedang mengadakan tur promo ke sejumlah negara. Sebelum ke sini, kita sudah ke Prancis, Spanyol, Kuala Lumpur, lalu ke Indonesia. Besoknya lagi langsung ke Tokyo. Jadi, kita masih jet lag dan menyesuaikan kondisi di sini. Tapi, kita siap menampilkan yang terbaik.
Apa komentar kalian soal Indonesia?
Ini pertama kalinya kita ke sini. Indonesia itu cantik dan indah. Kita senang di sini. Apalagi bisa tampil dan diundang di festival musik, seperti Soundsfair ini. Jadi, kita juga berterima kasih sudah dikasih kesempatan untuk tampil.
Bagaimana kalian terbentuk?
Prosesnya cepat. Jadi, kami itu teman studio, bertemu dan sering main bareng, akhirnya coba bikin karya dan membentuk band. Setelah enam bulan terbentuk, kita langsung buat album ini Don’t Kill The Magic.
Mengapa namanya Magic!?
Saat kita di studio, banyak nama yang kita pikirkan untuk jadi pilihan. Namun, tiba-tiba tercetus magic dan kita tahu ada ungkapan "Don’t Kill The Magic". Akhirnya, kita putuskan agar Magic menjadi nama kita. Karena terbentuknya kita pun bisa dibilang, it’s magic.
Mengapa memilih genre musik reggae?
Musik itu ekspresi, bukan pilihan. Jadi, saat kita nyanyi, musik reggae itu bagus, menyenangkan, semua suka, dan easy listening. Karena merasa seperti itu, akhirnya lagu-lagu yang kita buat beraliran reggae. Lagu berjudul "Rude" terkenal di Indonesia.
Bagaimana perasaan kalian?
Kami sangat senang, so amazing! kita tidak menyangka hasilnya seperti ini. Untuk itu, enggak ada perasaan lain selain senang sekaligus terima kasih untuk yang menyukai lagu kita.
Apa yang akan kalian tampilkan kepada para penggemar di Indonesia?
Kita telah menyiapkan penampilan yang spesial dan pastinya menyenangkan. Karena, kita menyanyikan lagu-lagu hit, terutama "Rude" dan hit lainnya yang ada di album Don’t Kill The Magic. Kita akan have fun bareng dan beri kesan bagus kepada para penonton agar kembali tampil di Indonesia ke depannya.
Apa ritual kalian sebelum manggung?
Tergantung ruang ganti kita. Kalau luas, kita biasanya loncat-loncat keliling ruang. Terus suasana hati dibuat menyenangkan dan fokus dengan apa yang ingin kita tampilkan.
Agar terus menjaga eksistensi, apa yang harus kalian lakukan?
Kita fokus dengan membuat album yang bagus, dengan single-single yang juga bagus. Kita percaya kalau kita punya lagu bagus dan menyesuaikan dengan kesukaan orang-orang, tentunya akan sukses dan disukai. Jadi, yang penting lagunya harus catchy dan populer. Selanjutnya, kita tidak terlalu memikirkan pandangan orang lain, yang penting kita tetap berkarya.
N ed: endah hapsari