Ip Man (Donnie Yen) adalah seorang ahli kungfu aliran Wing Chun yang menjalani kehidupan di Hong Kong pada era 1950-an. Di sana, ia berusaha memperkenalkan seni bela diri itu kepada banyak orang. Pria yang juga akrab disapa Master Ip itu juga sekaligus melatih murid-murid untuk mempelajari ilmu bela diri dengan khas gerakan tangan dan kaki yang begitu cepat ini.
Awalnya, Master Ip menjalani kehidupan dengan bahagia di kota itu bersama sang istri, Cheung Tin-chi (Lynn Hung), serta anak laki-laki semata wayang mereka. Mengantar anak ke sekolah, berlatih bela diri, dan menghabiskan waktu di malam hari dengan bercengkerama bersama-sama menjadi rutinitas dirinya.
Namun, pada suatu hari terjadi keributan di sekolah sang anak. Utusan dari seorang warga asing bernama Frank (Mike Tyson) datang meminta kepala sekolah untuk menjual tempat pendidikan itu untuk dijadikan tempat bisnis judi. Utusan bernama Ma King-sang (Patrick Tam) bersama dengan komplotan anak buah Frank yang datang ke sekolah itu pun melakukan kekerasan dengan memaksa kepala sekolah menandatangani surat jual beli.
Namun, di saat yang tepat, Master Ip datang dan mencegah mereka dengan ilmu bela dirinya. Rupanya, meski babak belur, anak buah Frank tak kunjung menyerah. Mereka justru merencanakan strategi yang lebih tepat, yaitu dengan merantai sekolah pada malam hari. Bahkan, pada suatu malam, dengan mengumpulkan pasukan lebih banyak, Ma King-sang dan teman-temannya berniat membakar sekolah dan menculik kepala sekolah.
Meski awalnya cukup kesulitan melawan kelompok anak buah Frank, secara tak sengaja, penarik becak bernama Cheung Tin-chi (Jin Zhang) melihat kejadian itu. Ia pun membantu menggagalkan aksi jahat tersebut dengan ilmu bela diri Wing Chun yang juga dikuasainya. Namun, kejadian malam itu tak juga membuat Ma King-sang dan anak-anak buah Frank jera. Kali ini, ia membuat rencana yang lebih mengerikan, yaitu menculik anak-anak di sekolah. Bahkan, sebelumnya ia juga membayar Cheung Tin-chi dan mengancamnya untuk memuluskan rencana dengan mengambil alih sekolah itu.
Master Ip kemudian berusaha membebaskan anak-anak yang diculik dan dibawa ke pelabuhan oleh Ma King-sang. Bahkan, anak semata wayangnya turut menjadi korban penculikan. Meski awalnya sulit mengalahkan serangan anak buah Frank dan menyelamatkan anak-anak dari genggaman Ma King-sang, Master Ip akhirnya berhasil menumpas kejahatan itu.
Ia dibantu oleh Cheung Tin-chi yang berubah pikiran karena sadar akan perbuatannya yang salah. Masalah perebutan sekolah ini pun berakhir dengan ditangkapnya anak buah Frank. Namun, masalah baru kembali harus dihadapi oleh Master Ip. Cheung Tin-chi, sang tukang becak, ternyata menyimpan ambisi untuk mengalahkan ketenaran Master Ip. Ia ingin diakui sebagai seorang ahli bela diri aliran Wing Chun nomor 1.
Segala cara dilakukan untuk menantang Master Ip berduel. Ia pun menyatakan ilmu Wing Chun yang dimilikinya adalah yang paling asli. Lalu, bagaimana dengan Master Ip yang tak kunjung menjawab tantangan dari Cheung Tin-chi? Apakah ia akan membuktikan seni bela diri Wing Chun yang ia miliki tidaklah salah dan menjadi seorang guru besar sejati yang diakui oleh banyak orang?
Sekuel ketiga
Film ini merupakan sekuel ketiga Ip Man yang mengangkat cerita tentang biografi seorang grandmaster Wing Chun yang bernama sama dengan judul film. Setelah sukses menghadirkan seri pertama dan kedua yang kental dengan konflik dan aksi laga, film garapan sutradara Wilson Yip ini hadir lebih menarik.
Tak hanya menampilkan ilmu bela diri Wing Chun, beberapa jenis seni bela diri seperti muay thai dan tinju juga hadir di dalam Ip Man 3. Satu yang paling memukau adalah saat Master Ip bertarung dengan Frank. Sebagai pemeran Frank, mantan juara dunia tinju Mike Tyson berhasil menampilkan aksi laga yang menawan. Dengan kemampuan tinju yang tak diragukan, adegan pertarungan yang memadukan dua cabang olahraga bela diri berbeda ini cukup memicu adrenalin penonton.
Tak hanya aksi laga serta baku hantam yang membuat penonton terkesima, Ip Man 3 memadukan drama yang mengharukan dengan memperlihatkan sosok Master Ip yang tak hanya seorang jagoan kungfu, namun juga bagaimana ia berusaha menjadi pahlawan di masyarakat sekaligus pemimpin keluarga.
Sentuhan drama dalam film yang diproduseri oleh Raymond Wong ini makin kuat ketika menghadirkan kisah ketulusan cinta antara Master Ip dan sang istri. Bahkan, kisah di film ini juga memberikan makna yang begitu dalam tentang apa pentingnya cinta dari orang-orang terdekat di sekitar kita. Karenanya, di dunia ini tak harus selalu menjadi pemenang dengan ketenaran. Namun, yang paling penting adalah bagaimana dapat menjadi nomor satu bagi orang-orang tersayang.
Akan tetapi, seperti film Mandarin pada umumnya, tak banyak efek spesial yang digunakan untuk menambah keseruan aksi laga. Namun, aksi laga yang dilakukan sendiri oleh para pemainnya menjadi poin plus tersendiri.
Salah satu kekurangan di film ini adalah latar belakang di film yang dikemas kurang maksimal. Meski mengambil suasana era 1950-an, sinematografi Ip Man 3 tak bisa menggambarkannya secara nyata. Belum lagi, dengan kostum beberapa pemain yang terlihat seperti pakaian di masa kini.
ed: endah hapsari