Jumat 23 Dec 2016 17:00 WIB

Satu Indonesiaku untuk Keberagaman

Red:

Tantowi Yahya mengaku terus mengalami kegelisahan. Pria yang dikenal sebagai politikus sekaligus musikus ini gelisah memikirkan persatuan dan kesatuan tanah Indonesia.

Sebagai musisi ia pun kemudian mencoba menuangkan kegelisahan terhadap kebinekaan Indonesia melalui proyek Satu Indonesiaku. Dengan melibatkan 30 musisi dan menggabungkan empat lagu nasional membuat proyek ini menjadi gerakan moral untuk keprihatinan dinamika bangsa.

Proyek tidak biasa ini merupakan inisiasi dari Tantowi dengan bantuan ketiga rekannya yang lain, Gumilang Ramadhan, Erwin Gutawa, dan Toni Sianipar. Selain itu, keterlibatan Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI) dan Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRI) membuat ide tersebut bisa dikeroyok bersama-sama dengan melibatkan 30 musisi Indonesia yang memiliki keberagaman genre musik, generasi, dan etnis yang ada di Indonesia.

Ketua Umum PAPPRI ini ini menyatakan, jika Satu Indonesiaku dikerjakan dengan tujuan untuk memberikan kontribusi yang positif bagi kesatuan Indonesia. Apalagi, lagu dinilai menjadi satu media yang bisa menularkan pesan perdamaian dan persatuan ke masyarakat luas.

Selain melibatkan berbagai musisi, baik penyanyi maupun band, memilih empat lagu nasional yang digubah menjadi satu lagu merupakan ide untuk menunjukkan pesan kesatuan yang ingin disampaikan.

Empat lagu nasional yang dipilih "Rayuan Pulau Kelapa" ciptaan Ismail Marzuki, "Kolam Susu" cipatan Yok Koeswoyo, "Zamrud Khatulistiwa" ciptaan Guruh Soekarnoputra, dan "Pemuda" ciptaan Candra Darusman dapat menunjukkan pesan yang disampaikan. Keempat lagu tersebut diaransemen ulang oleh Erwin Gutawa menjadi komposisi baru.

"Ajakan untuk mengagumi kecantikan dan keelokan neregi, ajakan untuk menjaga persatuan dan kebinekaan, dan ini dibutuhkan lebih dari satu lagu," kata musisi bergenre country ini menjelaskan pemilihan empat lagu tersebut pada Republika, Rabu (21/12).

Tantowi berharap lagu yang sudah disumbangkan dari usaha banyak pihak itu dapat menjadi sebuah bentuk baru yang dapat diterima masyarakat sebagai sebuah pesan kedamaian dan persatuan. Nantinya lagu tersebut akan menimbulkan semangat kebinekaan dalam jiwa setiap anak bangsa.

Semangat Keterpanggilan

Keterlibatan Bimbo dalam proyek Satu Indonesiaku merupakan bentuk keterpanggilan dari kondisi negara yang dinilai mengalami kekacauan. Lagu menjadi satu medium yang sangat bisa membantu untuk menenangkan keadaan dari masalah-masalah yang terjadi di Tanah Air.

Samsudin Hardjakusumah atau dikenal dengan Sam Bimbo mengatakan, jika menyanyi merupakan bentuk penyebaran yang paling efektif dan memiliki efek yang besar untuk masyarakat luas. Terlebih lagi, musik dan nyanyian memiliki sejarah yang penting pula dalam mempertahankan kebinekaan di Indonesia sejak masa penjajahan.

"Sebab, dulu zaman perang itu masyarakat Indonesia itu menyanyi dari gunung disiarkan ke kota. Lagu itu sangat besar akibatnya, bisa bikin tenang bisa bikin marah juga" kata Sam saat dihubungi Republika, Rabu (21/12).

Keterpanggilan yang datang di hati Sam merupakan bentuk dari hasil pengamatan kondisi Indonesia yang semakin mengkhawatirkan. Suasana semakin memanas dengan adanya isu-isu yang bisa meruntuhkan keutuhan berbangsa.

Sam tidak ingin, hanya karena ada perbedaan membuat Indonesia tidak bersatu. Justru perbedaan itu yang menjadikan sebuah kekayaan yang bisa mempersatukan ketika masa perjuangan dulu.

Jika berkaca pada konflik Internasional, Sam melihat seperti negara Suriah yang hancur karena segelintir orang. Dia tidak ingin anak dan cucunya kelak melihat kehancuran Indonesia seperti yang terjadi di Suriah.     rep: Dwina Agustin, Gita Amanda, ed: Ichsan Emrald Alamsyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement