SURABAYA -- Sehari pascadeklarasi penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak di Kota Surabaya, Jawa Timur, aktivitas prostitusi di dua daerah itu masih bergeliat. Para pekerja seks komersial (PSK), mucikari, dan pemilik wisma mengabaikan komitmen Pemerintah Kota Surabaya yang secara formal sudah menutup lokalisasi pelacuran terbesar di Asia Tenggara itu.
Mereka melakukan kegiatan seperti biasa seakan tak pernah ada keputusan penutupan lokalisasi. Amin, pengurus wisma dan bar terbesar di Gang Dolly, mengatakan, kesepakatan warga dan para pekerja tetap membolehkan kegiatan menjual diri para PSK. Penghuni dan PSK Dolly akan tetap menolak segala macam upaya Pemkot Surabaya menghilangkan mata pencaharian mereka.
"Kita tetap buka sajalah. Wisma-wisma yang lain lihat saja, pada buka semua toh," kata Amin kepada Republika, Kamis (19/6) malam. Upaya Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menutup Dolly dan Jarak akan berujung pada kesia-siaan. Apalagi, sehari setelah deklarasi penutupan Dolly dan Jarak bersama Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri, tidak ada razia atau upaya penertiban hukum terhadap PSK yang praktik di Dolly dan Jarak.
Anggota Front Pekerja Lokalisasi (FPL) Dolly-Jarak, Andre, menyatakan penghuni tetap akan melawan apa pun kebijakan pemerintah untuk menutup lokalisasi Dolly dan Jarak. Andre yang juga pengurus lima wisma di Dolly mengaku tak jera jika ada penggusuran wisma.
Berdasarkan pantauan Republika, Kamis (19/6) malam, aktivitas di Dolly dan Jarak memang masih normal. Meski tak seramai hari biasanya, aktivitas PSK dan mucikari tetap mencolok di sepanjang Jalan Girilaya hingga Jalan Jarak dan juga Gang Dolly.
Kondisi ini berbeda dibandingkan pada Rabu (18/6) malam. Saat pendeklarasian penutupan Dolly dan Jarak itu, tak satu pun pemilik wisma dan PSK mengoperasikan bisnis prostitusinya. Bahkan, pemilik warung kopi dan rokok (giras) pun tidak buka.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menegaskan,Pemkot memberi batas waktu lima hari bagi para penghuni dan pemilik usaha prostitusi di Dolly dan Jarak untuk mengubah haluan nafkah hidup mereka.
rep:bambang noroyono ed: eh ismail