Selasa 07 Oct 2014 14:00 WIB

Menkeu dan Gubernur BI Tenangkan Pasar

Red:

JAKARTA -- Pemerintah dan otoritas moneter meyakinkan publik bahwa kondisi stabilitas sistem keuangan pada triwulan III-2014 masih solid. Fluktuasi pasar yang terjadi saat ini hanyalah akibat sentimen global dan domestik.

Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, hasil penilaian terhadap perkembangan makro ekonomi, fiskal, pasar keuangan, dan sektor jasa keuangan pada triwulan III menunjukkan situasi yang masih terkendali. "In control, sejalan dengan apa yang diperkirakan," ujar Chatib dalam konferensi pers usai rapat rutin Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK), di Jakarta, Senin (6/10).

Menurut Chatib, stabilitas sistem keuangan ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan relatif terjaganya kinerja pasar keuangan. Meskipun demikian, terdapat beberapa potensi masalah yang harus segera diantisipasi dari sentimen negatif global dan kondisi domestik. Masalah itu adalah pergerakan nilai tukar rupiah, pasar saham, dan pasar Surat Berharga Negara (SBN) yang cukup berfluktuasi mengikuti dinamika perekonomian global maupun domestik.

Mengenai sentimen global, kata Menkeu, hal paling signifikan berasal dari rencana the Fed menaikkan Fed Funds Rate yang lebih cepat dari perkiraan. Sentimen global juga berasal dari perlambatan perekonomian Cina dan gejolak di Ukraina dan Timur Tengah serta perlambatan harga komoditas. "Terutama yang akan berdampak pada neraca transaksi berjalan," kata Chatib yang mewakili FKSSK dari pihak pemerintah.

Dari sisi fiskal, perlu diwaspadai pula defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014 hingga akhir tahun agar sesuai sasaran pemerintah. Potensi membesarnya defisit fiskal, menurut Meneku, perlu terus menjadi perhatian dan harus ada upaya kuat untuk mencapai target penerimaan negara serta pembiayaan. Pelemahan kurs akan mengakibatkan membesarnya defisit fiskal. Chatib mengatakan, defisit fiskal akan terus dijaga pada level 2,4 persen.

Dengan semua kondisi itu, kata Menkeu, diperlukan langkah-langkah reformasi struktural agar isu defisit transaksi berjalan dapat diatasi.

Dari sisi domestik, sentimen pasar dipengaruhi rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan respons investor terhadap dinamika politik dalam negeri.

Peristiwa politik yang terjadi sepekan terakhir didominasi oleh perebutan kekuasaan di parlemen antara Koalisi Indonesia Hebat yang mendukung pemerintahan terpilih yang akan dipimpin Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Koalisi Merah Putih yang beranggotakan partai-partai oposisi.

Pada sidang paripurna DPR Kamis (4/10) lalu, Koalisi Merah Putih telah berhasil menguasai alat kelengkapan pimpinan DPR. Seiring dengan itu, kondisi pasar uang mengindikasikan pelemahan. Nilai tukar rupiah sempat menyentuh Rp 12.281 per dolar AS pada pekan lalu. Pada Senin (6/10), rupiah yang ditransaksikan antarbank kembali melemah menjadi Rp 12.273 per dolar AS.

Selama sepekan terakhir pula, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kehilangan 193 poin (3,57 persen) dan pada sesi penutupan Jumat (3/9) sore melemah hingga turun dari level 5.000 ke 4.949,34 poin. Pada Senin ini, IHSG sudah menguat kembali ke level 5.000,14 poin.

FKSSK akan terus mewaspadai faktor risiko dari perkembangan kondisi domestik dan global. Kemenkeu, Bank Indonsia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) senantiasa memantau faktor-faktor risiko tersebut. FKSSK juga mendorong anggotanya secara individu dapat merespons dengan mengeluarkan kebijakan yang tepat.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, peningkatan Fed Funds Rate lebih awal dari yang diperkirakan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Indonesia harus memperbaiki struktural ekonomi. Fundamental ekonomi Indonesia perlu ditingkatkan untuk menjaga inflasi dan memperbaiki defisit transaksi berjalan. "BI siap berpartisipasi dengan bauran kebijakan dengan lembaga lain untuk merespons kondisi yang ada," ujar Agus.

Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad mengatakan, OJK mengantisipasi sentimen global dan domestik dengan melihat kesiapan individu lembaga keuangan. "Kita banyak melakukan stress test," ujar Muliaman. Dia pun meyakinkan bahwa kondisi stabilitas sistem keuangan masih terjaga baik.

Menurut Muliaman, OJK akan terus mengawasi setiap individu lembaga keuangan. Hal yang paling diperhatikan adalah likuiditas dan kecukupan modal. Ia mengatakan, masing-masing lembaga keuangan harus memiliki respons kebijakan yang memadai untuk menghadapi tekanan yang diperkirakan terjadi pada 2015. rep:satya festini/fuji pratiwi ed: eh ismail

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement