Sabtu 11 Oct 2014 16:15 WIB

Presiden AS Harusnya Lebih Banyak Merekrut Pejabat Muslim

Red: operator

Nama Dalia Mogahed menjadi sorotan internasional ketika pada 2009 Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama menunjuknya sebagai penasihat di bidang urusan Muslim. Dari situ Dalia pun menginjakkan kakinya di Gedung Putih. Menjadi satu-satunya perempuan Muslim berhijab yang berkantor di sana. Nama Dalia juga berkibar dalam daftar tokoh perempuan paling berpengaruh di dunia. Berikut petikan wawancaranya dengan surat kabar An Nahar, Jumat (10/10).

Mengapa Presiden Barack Obama menunjuk Anda bergabung dalam Dewan Antaragama Bidang Dunia Islam?

Saya ditunjuk karena riset yang saya pimpin di Gallup Center mengenai pendapat Muslim di dunia. Saya bukan bagian dari tim kampanye Obama ataupun aktif di Partai Demokrat. Saya dipilih berdasarkan ke pakaran saya, bukan afiliasi politik.

Menurut Anda, apakah reputasi Anda mendahului prestasi Anda di Gedung Putih. Anda adalah Muslimah pertama yang bertugas di Gedung Putih, apalagi Anda berhijab, yang memegang posisi penting itu di pemerintahan Obama?

Jabatan saya di Gedung Putih tentunya merupakan kehormatan besar, tapi pengaruh saya di pemerintahan tidaklah sebesar yang digembar-gemborkan media. Saya rasa efeknya lebih ke simbolis saja. Kaum remaja dan anak-anak perempuan yang saya jumpai berkata bahwa saya jadi inspirasi mereka. Bahwa mereka bisa sukses tidak terkait dengan siapa, berhijab atau tidak, atau seperti apa nama mereka. Saya ikut senang mendengarnya.

Jurusan Anda saat kuliah adalah teknik kimia. Lalu, gelar pascasarjana Anda administrasi bisnis. Bagaimana Anda bisa terjun ke dunia riset dan survei?

Perjalanan karier saya menunjukkan kita tidak akan pernah tahu ke mana hidup membawa kita. Jadi, kita harus menerima takdir. Benar, saya kuliah di jurusan teknik kimia dan juga di jurusan Arab. Tapi, ketika kuliah saya juga menulis tentang isu Timur Tengah di koran kampus. Saya selalu tertarik dengan isu-isu di Timur Tengah.

Setelah lulus saya sempat kerja di Procter Presiden AS Harusnya Lebih Banyak Merekrut Pejabat Muslim kami akan meriset dan menyurvei opini Muslim di seluruh dunia, saya minta pindah ke proyek itu. Saya juga meminta Gallup memulai pusat studi Muslim. Dia setuju, dan saya diangkat jadi direktur Pusat Studi Muslim itu.

Dalam buku Who Speaks for Islam? What a Billion Muslims Really Think Anda bekerja sama dengan Prof John Esposito. Pertanyaan mendasarnya adalah: Apa yang sebenarnya kelompok Muslim pikirkan saat itu?

Siapa yang berhak berbicara atas nama Islam? Tentu semiliar Muslim. Gagasan buku itu adalah mensyiarkan sua ra orang biasa, orang Islam, kepada dunia. Menunjukkan kepada dunia apa yang sebenarnya mereka rasakan, ketimbang membiarkan kelompok ekstrem melakukannya. Proyek ini menunjukkan bahwa umumnya Muslim di seluruh dunia itu mendorong dan mendukung demokrasi, keadilan gender, dan menolak aksi kekerasan. Umat Islam juga tidak membenci `Barat'

atau AS karena melambangkan `kebebasan'. Amarah Muslim kepada AS karena kebijakan pemerintahannya.

Menurut Anda, apa yang mem buat Obama, yang menegaskan bahwa dia bukan Muslim, tetapi mengadakan jabatan ini di Gedung Putih?

Menurut saya, pertama, yang harus digarisbawahi adalah Barack Obama tidak punya satu pun staf senior yang Muslim di struktur pemerintahannya. Karena itu, pertanyaan yang seharusnya diajukan adalah: Mengapa Presi den AS tidak lebih banyak merekrut pejabat Muslim di pemerintahannya, di Gedung Putih, atau di posisi staf senior?

Apa reaksi Obama ketika dia melihat dan mendengar ternyata begitu banyak yang membenci AS. Apakah Anda membatu Presiden untuk memahami hal ini?

Interaksi saya dengan Presiden sejauh ini minim.Jadi, saya biasanya berkomunikasi dengan penasihat dan pejabat. Reaksi mereka adalah mereka tahu kebijakan AS sangat tidak populer. Tapi mereka bersikeras, itu adalah kebijakan yang harus diambil.

Apa capaian terbesar Obama terkait dialog antaragama?

Saya pikir pencapaian terpenting Obama adalah mengarahkan hubungan MuslimBarat menjauhi isu-isu agama dan menjadikannya isu-isu politik. Ini berbeda dengan pemerintahan Bush. Ketika itu, Muslim bukan saja marah atas kebijakan AS, tapi juga percaya AS sedang berperang melawan Islam.

Islamophobia merebak di AS, tapi pada saat yang sama pemeluk Islam juga terus bertambah di sini. Menurut Anda apa yang terjadi?

Justru saya tidak melihat ada kontradiksi di sini. Islamo phobia membuat orang ma kin penasaran terhadap Islam. Ketika mereka mempelajari Islam mereka menemukan kebenaran.  rep:Ani Nursalikah ed:stevy maradona

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement