LONDON -- Walk Free Foundation, Selasa (18/11), melaporkan setidaknya 35,8 juta orang di seluruh dunia saat ini hidup dalam perbudakan modern. Kelompok antiperbudakan ini menyatakan jumlah tersebut merupakan 0,5 persen dari populasi dunia dan jumlahnya meningkat dari tahun 2013.
Laporan Walk Free itu terangkum dalam Global Slavery Index 2014. Perbudakan bentuk modern, menurut Walk Free, yaitu kerja paksa, perbudakan utang, perdagangan manusia, eksploitasi seksual untuk uang, dan pernikahan paksa. Laporan itu menempatkan India sebagai negara paling tinggi angka perbudakan modernnya. Sementara, Mauritania dinobatkan sebagai negara dengan persentasi tertinggi antara masyarakat dan korban perbudakan modern.
Ketua Walk Free Foundation Andrew Forrest mengatakan, semangat yang dibawa organisasinya adalah mengakhiri perbudakan modern. "Beberapa negara dengan tantangan terbesar sudah mengambil langkah penting untuk mengatasi masalah itu. India, misalnya, telah memperkuat kerangka peradilan pidana melalui amendemen legislatif dan telah mendirikan 215 Anti Unit Polisi Perdagangan Manusia. Tapi, masih banyak yang harus dilakukan,'' kata laporan tersebut.
Forest mengatakan, warga dunia bertanggung jawab atas masalah perbudakan modern. Ini karena masalah itu menyangkut sesama manusia. Langkah pertama yang harus dilakukan untuk memberantasnya adalah menghitung korban perbudakan modern. Kemudian, bersama-sama mengakhiri eksploitasi, baik pemerintah, pebisnis, dan masyarakat sipil.
Global Index Slavery sesungguhnya diestimasi lebih tinggi. Pada 2012, International Labour Organization (ILO) memprediksi ada sekitar 21 juta orang menjadi korban kerja paksa. Tahun ini, dari hasil survei terbarunya, Walk Free menemukan 167 negara melakukan bentuk perbudakan modern.
Afrika dan Asia adalah wilayah dengan tingkat perbudakan tertinggi, sementara Eropa terendah. Asia Selatan menempati peringkat tertinggi dengan 17.459.900 orang. Perbudakan modern di India saja menjerat 14,2 juta orang. Selanjutnya adalah Cina dengan tiga juta orang, lalu Pakistan dan Uzbekistan.
"Di negara seperti India dan Pakistan, korban perbudakan modern bekerja di sektor konstruksi, pertanian, pembuatan bata, industri garmen, dan manufaktur," demikian rilis Walk Free Foundation.
Di kawasan maju, seperti Eropa, perbudakan modern masih ada, tapi jumlahnya jauh lebih kecil. Survei mencatat, masih ada 566.200 orang Eropa yang terjerat perbudakan modern. Rusia berada di peringkat lima. Ekonomi Rusia disebut-sebut bergantung pada perbudakan pekerja migran dalam sektor konstruksi dan pertanian.
Mauritania menempati persentasi terbesar perbudakan berdasarkan proporsi populasi, yaitu 4 persen. Banyak orang di Afrika mewarisi status budak mereka dari leluhur. Setelah Mauritania, Uzbekistan menempati posisi kedua yaitu 3,97 persen, kemudian Haiti dengan 2,3 persen, Qatar dengan 1,36 persen, dan India dengan 1,14 persen.
Laporan ini menyeru partisipasi internasional dalam memberantas perbudakan. Walk Free berharap pemerintah meningkatkan hukuman untuk kejahatan perdagangan manusia, termasuk menekan pebisnis untuk menurunkan pemanfaatan budak.
n ed: stevy maradona