Jumat 06 Jan 2017 14:00 WIB

Bali Waspadai Kejahatan Transnasional

Red:

DENPASAR - Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Bali, Irjen Petrus Reinhard Golose memprioritas penanganan kejahatan narkoba dan kasus-kasus transnasional lainnya. Dia memprediksi sindikat narkoba banyak mengincar Pulau Dewata sebagai pangsa pasar penyalahgunaan Narkoba.

"Jenis kejahatan tersebut sangat berpotensi berkembang di Bali sebagai daerah pariwisata yang bisa mengancam masa depan bangsa Indonesia," kata reserse yang ikut melumpuhkan terduga teroris Azahari 2005 lalu di Malang, Jawa Timur.

Pada 2005, Bali menjadi target penyelundupan 8,2 kilogram heroin dari Australia. Penyelundupnya adalah sindikat yang dikenal dengan sebutan 'Bali Nine'. Mereka adalah sembilan warga Australia. Dua di antaranya, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran dieksekusi mati di Pulau Nusakambangan, Cilacap pada 2015.

Selain narkoba, Petrus juga menekankan kewaspadaan terhadap kejahatan transnasional lainnya, seperti kejahatan siber, pencucian uang, dan yang terorisme. Bali memiliki sejarah kelam sebagai target aksi teror.

Pada 2002, Pulau Dewata menjadi target kelompok teror. Tiga peristiwa pengeboman terjadi pada malam hari 12 Oktober 2002. Rangkaian pengeboman ini disusul oleh pengeboman skala kecil yang juga bertempat di Bali pada 2005. Ratusan orang menjadi korban aksi teror ini. Kebanyakan dari mereka adalah warga asing yang berwisata. Kesedihan dunia akibat aksi teror ini diabadikan dalam bentuk Monumen Ground Zero di Jl Raya Legian, Kuta.

Dalam penyambutannya,  Petrus yang menggantikan Irjen Sugeng Priyanto itu menambahkan, kejahatan transnasional terjadi di lintas perbatasan negara. Aksinya melibatkan kelompok atau jaringan yang bekerja lebih dari satu negara.

Pengawasan tim intelijen akan diperkuat untuk mencegah terjadinya berbagai kejahatan. Hal ini merupakan upaya menjaga keamanan Pulau Dewata. Bali kerap mendapat kepercayaan sebagai tuan rumah pertemuan tingkat internasional ataupun kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri yang jumlahnya semakin meningkat.

"Dalam memimpin Polda Bali, kami akan tetap melanjutkan program-program positif yang sudah dilaksanakan selama ini," kata Petrus.

Ia mengharapkan semua pihak mendukung kerja sama yang solid untuk menjaga citra Bali di tingkat nasional dan internasional. Keamanan Bali menjadi barometer, karena termasuk daerah wisata yang unik. Selama ini Bali dikenal masyarakat internasional karena kearifan lokal yang dimilikinya.

Mantan wakil kepala Densus 88 Polda Metro Jaya ini sebelumnya mengemban tugas sebagai Deputi Bidang Kerja Sama Internasional Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Jabatan itu dijalankannya sejak 2015.

Petrus menyelesaikan pendidikan S1 di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian 1998. Kemudian, menamatkan Program Magister Manajemen tahun 2002. Ia juga meraih gelar doktor kajian ilmu kepolisian setelah mempertahankan disertasinya berjudul "Manajemen Penyidikan Tindak Pidana Hacking. Studi Kasus: Penyidikan Tindak Pidana Hacking website Partai Golkar Oleh Unit V IT & Cybercrime Bareskrim Polri" pada 2008.

Mantan Direktur Eksus Bareskrim ini pernah bertugas sebagai pasukan perdamaian di Kamboja-UNTAC (1993) dan Bosnia (2000-2001). Petrus juga berperan aktif sebagai peserta dan pembicara dalam seminar dan kursus yang berkaitan dengan pencucian uang, pemberantasan narkoba, teroris, dan kejahatan siber di dalam dan luar negeri. Kemampuannya dalam bidang reserse membuatnya dipercaya menjadi penyidik internasional di Singapura, Malaysia, Amerika Serikat, Jepang, Timor Timur, Selandia Baru, dan Thailand.     antara, ed: Erdy Nasrul

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement