JAKARTA — PT Pertamina (Persero) membantah impor minyak mentah maupun bahan bakar minyak (BBM) dilakukan melalui pedagang atau trader dan perantara atau broker maupun disebut mafia minyak. BUMN migas ini menilai impor minyak merupakan suatu keharusan. Sebab konsumsi BBM terus meningkat sedangkan lifting minyak terus melorot.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina, Ali Mundakir, mengatakan, Pertamina melalui anak usahanya, Pertamina Energy Trading Limited (Petral), mengundang langsung National Oil Company (NOC) untuk minyak mentah dan NOC serta produsen BBM (penghasil kilang) untuk produk BBM pada pengadaan BBM dan minyak mentah.
"Kami menegaskan bahwa dalam proses pengadaan BBM dan minyak mentah di Pertamina, tak ada lagi peran trader atau broker minyak yang selama ini disebut-sebut sebagai mafia minyak," kata Ali, Rabu (18/6). Ia menjelaskan bahwa pihaknya memberlakukan keterbukaan dalam lelang.
Menurutnya, proses tender Petral pernah dipantau langsung oleh tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (LSM), anggota DPR, dan media. Selain itu, ia melanjutkan, Pertamina, termasuk Petral, diaudit di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan prosedur pengadaan dipantau oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) setiap tahun. Pertamina diakui menyayangkan opini-opini yang terus dikembangkan soal tersebut.
Lebih jauh, Ali menjabarkan pentingnya pemenuhan kebutuhan BBM bagi masyarakat, yakni tingkat pertumbuhan konsumsi BBM rata-rata mencapai sekitar delapan persen per tahun. Tapi di sisi lain, produksi minyak mentah dalam negeri cenderung turun.
Sehingga, untuk menjamin ketersediaan pasokan BBM dan ketahanan energi secara keseluruhan, impor BBM maupun minyak mentah saat ini dan beberapa tahun mendatang menjadi keniscayaan untuk dilakukan. Dengan kondisi tersebut, yang paling utama bagi Pertamina saat ini, yaitu terus meningkatkan efisiensi. "Tentunya melalui transparansi dalam setiap proses pengadaan BBM dan minyak mentah yang akan diolah kilang-kilang perusahaan."
Ali melanjutkan, untuk mengurangi ketergantungan akan impor BBM, BUMN energi ini akan menambah kapasitas kilang, baik melalui pembangunan kilang baru dengan menggandeng beberapa mitra maupun melakukan buttom upgrading kilang-kilang yang sudah ada.
Menurutnya, untuk buttom upgrading, Pertamina telah menyusun refinery development master plan untuk kilang-kilang eksisting, yaitu Balongan, Cilacap, Balikpapan, Plaju, dan Dumai, dengan potensi peningkatan kapasitas produksi sebesar 50 persen pada 2018. "Jika hal itu dapat terealisasi, diharapkan impor BBM dapat ditekan dan ketahanan energi nasional semakin meningkat," ujarnya. rep:aldian wahyu ramadhan ed: zaky al hamzah