Senin 25 Aug 2014 16:00 WIB

Pabrik Karet Beralih ke Sawit

Red:

PEKANBARU — Dinas Perkebunan Provinsi Riau mengungkapkan, sebanyak empat pabrik pengolahan karet yang dua di antaranya perusahaan multinasional Malaysia, telah tutup karena kekurangan bahan baku dan beralih ke komoditas kelapa sawit yang lebih menguntungkan.

"Pemerintah tidak bisa intervensi apabila manajemen perusahaan beralih ke komoditas lain karena pertimbangan untung-rugi," kata Kepala Bidang Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP) Dinas Perkebunan Riau Ferry HC Ernaputra di Pekanbaru, Ahad (24/8).

Menurut dia, keempat pabrik pengolahan karet yang tutup tersebut adalah PT Adei Plantation di Duri, Kabupaten Bengkalis, PT Union Siak di Kota Pekanbaru, PT Mardec Nusa Riau di Kabupaten Kampar, dan PT Mitra Unggul Perkasa di Kabupaten Pelalawan. Adei dan Mardec berasal dari Malaysia.

Ferry mengatakan, Adei telah melayangkan surat permohonan untuk beralih ke bisnis sawit sejak 2012 dan perusahaan tersebut juga sudah menggeluti bisnis sawit di Kabupaten Pelalawan.

"Kebun karet perusahaan juga sudah beralih ditanami sawit. Sebelumnya, tanaman karet mereka juga rusak karena diserang hama jamur putih," ujarnya.

Untuk PT Union Siak, manajemen perusahaan kemudian membuka pabrik baru di Kabupaten Kampar dengan nama PT Hervenia. Sekretaris Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Riau Nur Hamlin mengatakan, hingga kini Adei masih terdaftar di Gapkindo karena belum mengembalikan surat tanda pengenal produsen. "Namun, mereka sudah dapat izin dari bupati Bengkalis," katanya saat dihubungi dari Pekanbaru.

Sedangkan, Mitra Unggul Perkasa sudah menyerahkan surat tanda pengenal produsen dan beralih ke bisnis sawit. Untuk Mardec Nusa Riau, sudah berhenti memproduksi lateks karet sejak 2012.

Menurut dia, Mardec sebelumnya menggantungkan pasokan bahan baku lewat kerja sama dengan PTPN V. "Sejak 2012, pabrik Mardec setop operasi. Mungkin karena masalah internal," ujarnya.

Nur menambahkan, masalah utama saat ini adalah kapasitas terpasang pabrik lebih besar dari ketersediaan bahan baku (idle capacity). "Karena, ada kecenderungan peningkatan kapasitas terpasang dan pertambahan pabrik, sementara perluasan kebun dan peremajaan tanaman karet hampir tidak ada," ujarnya. antara ed: irwan kelana

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement