Jumat 12 Sep 2014 14:00 WIB

Pasar Ikan Hias Masih Terbuka

Red:

JAKARTA -- Meski masih terhitung baru, bisnis budidaya ikan hias menawarkan keuntungan yang menggiurkan. Hal ini karena nilai tambah yang dihasilkan bisnis ikan hias tergolong tinggi.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perikanan dan Kelautan (KKP) Syarief Widjaja mengatakan, menurut catatan KKP, hingga triwulan III 2014 ekspor ikan hias mencapai satu juta ekor. "Karena keuntungannya besar maka subsektor budidaya ikan hias selalu kita dorong agar makin berkembang," kata Syarief kepada Republika di Jakarta, Kamis (11/9).

Pemerintah, lanjutnya, berupaya mengembangkan industri ini dengan menggandeng asosiasi pengusaha ikan hias. Sebagai jenis usaha yang baru, KKP memfasilitasi para pelaku usaha ikan hias untuk unjuk gigi dalam berbagai lomba, baik di tingkat lokal maupun nasional. Selain sebagai ajang promosi, keikutsertaan pelaku usaha dalam lomba juga sebagai upaya mendongkrak daya saing.

Secara umum, KKP menyiapkan paket-paket usaha bagi para pelaku usaha perikanan, termasuk di dalamnya usaha ikan hias. Bantuan ini diberi nama Paket Usaha Mina Pedesaan (PUMP) yang merupakan modal kerja yang diperuntukkan bagi para pelaku usaha baru.

Syarief menyatakan, dalam 10 tahun terakhir, pertumbuhan sektor perikanan terus naik, yakni berkisar antara 6,5 sampai tujuh persen per tahun. Angka ini di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di kisaran lima persen per tahun. Karenanya, tak heran jika keuntungan bisnis ikan hias makin meningkat dari waktu ke waktu. "Sektor perikanan secara umum dapat terus tumbuh karena masih ada ruang bagi para pelaku usaha untuk bergerak," imbuhnya.

Keuntungan lainnya, budidaya ikan hias memiliki luasan lahan terkecil jika dibandingkan pembudidayaan perikanan yang lain. Tapi, nilai yang dihasilkan menjadi yang terbesar di antara jenis ikan lain. "Kalau tambak itu luasan lahan besar, tapi nilainya kecil," ungkap Syarief.

BPS mencatat, terdapat empat jenis ikan yang menjadi primadona pembudidayaan ikan hias. Budai daya ikan hias terbesar adalah ikan koi dengan 3.384 pelaku usaha. Kemudian, disusul ikan arwana (2.371), cupang (2.046), dan mas koki (1.709). Rerata penghasilan yang diperoleh dari usaha ini pun tak sedikit, yakni mencapai Rp 50.847.910 per tahun. Populasi tertinggi ikan koi dan cupang ada di Blitar, Bogor, dan Jakarta. Ikan cupang dan koki mayoritas dibudidayakan di Bogor. Sedangkan, arwana ada di Kalimantan dan Sumatra bagian timur. Ikan-ikan hias tersebut biasanya diekspor ke Singapura, Hongkong, Cina, dan AS.

"Singapura bukan negara tujuan akhir karena mereka mengirimkan lagi ke negara-negara Uni Eropa," terang Syarief. Menurutnya, industri ikan hias tidak perlu disubsidi karena nilai tambahnya sudah tinggi. Untuk kegiatan ekspor, KKP menjalin kerja sama dengan beberapa maskapai penerbangan, baik milik negara maupun swasta.

Menurut data BPS, produksi perikanan selalu naik dalam empat tahun terakhir. Pada 2010 total produksi perikanan sebesar 11 juta ton. Kemudian, pada 2014 melonjak menjadi 20 juta ton. Jawa Timur tercatat sebagai wilayah dengan sebaran pelaku usaha perikanan terbesar, yakni 76.655 pelaku usaha. Sedangkan, DIY menjadi daerah yang paling sedikit memiliki usaha perikanan, yakni sebanyak 2.086 pelaku usaha.

Kendati usaha budi daya ikan hias menguntungkan, sejumlah pembudidaya ikan hias mengaku belum siap menghadapi perdagangan bebas dalam implementasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada 2015. Ketua Asosiasi Ikan Hias Bekasi, Jawa Barat, Atep Setiawan mengatakan, pembudidaya ikan hias masih kesulitan mendapatkan pinjaman permodalan dari perbankan. Selain itu, pembudidaya juga menilai, regulasi pemerintah kurang mendukung perkembangan perdagangan ikan hias untuk ekspor.

"Dengan dua kondisi ini, kami belum siap menghadapi MEA 2015. Kesulitan meminjam modal dari perbankan bisa membuat kami hanya menjadi penonton saat MEA diberlakukan," kata Atep.

Selama ini, kata dia, perbankan tak ingin menanggung risiko dalam bisnis pembudidayaan ikan yang berkategori makhluk hidup. Padahal, perkembangan bisnis ikan hias cukup berpotensi untuk terus tumbuh positif.

Mengenai regulasi, Atep meminta, pemerintah membuat peraturan yang bisa membuat pembudidaya ikan hias mendapatkan berbagai kemudahan dari pemerintah setempat. "Seperti di luar negeri, mereka benar-benar bisa bisnis ikan hias dengan pesat karena pemerintahnya memberikan dukungan penuh. Padahal, ikan mereka dari kita," kata Atep. rep:c88/antara ed: eh ismail

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement