YERUSALEM -- Israel dilaporkan memata-matai Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry selama pembicaraan perdamaian dengan Palestina, tahun lalu. Tindakan Israel ini diungkap majalah pekanan Jerman Der Spiegel, Ahad (3/8).
Dalam artikelnya, Der Spiegel menuliskan, selain agen Israel, setidaknya satu badan intelijen asing lain juga menguping percakapan Kerry.
Selama mediasi Palestina-Israel, Kerry kerap menghubungi pejabat-pejabat tinggi di Timur Tengah. Agen Zionis diduga menyadap pembicaraan Kerry dengan pejabat Palestina, Arab, serta petinggi Israel.
Sumber intelejinen, seperti dikutip Spiegel, mengatakan, Kerry tak hanya menggunakan jalur komunikasi aman ketika berkomunikasi, tapi juga telepon biasa yang terhubung satelit, sehingga dapat di dengar sejumlah agen intelijen.
"Otoritas di Yerusalem kemudian menggunakan informasi yang didapat dalam negosiasi internasional yang bertujuan untuk mencapai solusi diplomatik di Timur Tengah," tulis Der Spiegel dalam laporannya.
Sejak menjabat, Kerry berambisi untuk memediasi perdamaian antara Palestina dan Israel. Pada Juli 2013 dia berhasil membawa kedua pihak ke meja perundingan.
Namun, pada April tahun ini Israel membuat keputusan mengejutkan dengan membatalkan pembebasan tahanan Palestina tahap akhir sebagai bagian dari kesepakatan. Israel juga membangun 700 permukiman ilegal baru yang membuat perundingan berakhir dengan kegagalan.
Selama proses negosiasi, Kerry sempat mengkritik Israel. Dia menilai, Israel dapat menjadi "negara apartheid" jika tidak mencapai kesepakatan perdamaian dengan Palestina.
Komentar Kerry ini pun menyebabkan hubungan AS dengan Yerusalem meregang serta memicu adanya protes dari politisi Israel dan AS.
Baru-baru ini, Kerry dalam pembicaraan telepon yang tak sengaja terdengar ke publik juga mengritik serangan Israel ke Gaza lantaran menyebabkan banyak korban sipil tewas.
Menteri pertahanan Israel Moshe Ya'alon menyebut Kerry sebagai orang yang obsesif dalam mencapai kesepakatan. Yuval Steinitz, menteri intelijen Israel juga menyebut komentar Kerry tak sopan dan tak adil.
Meski demikian, dalam pernyataan resmi Kerry maupun Presiden AS Barack Obama justru selalu membela Israel. Menurut Kerry, Israel memiliki hak untuk mempertahankan diri dari serangan Hamas. Pemerintah AS juga tak berbuat banyak ketika Israel melancarkan serangannya ke sekolah PBB yang dijadikan tempat pengungsi Palestina di Jalur Gaza.
Baik Israel dan Washington, belum menanggapi adanya laporan ini. Kementerian Luar Negeri AS juga tidak ingin memberikan komentarnya. Tapi, mengingat pengalaman AS dalam menyadap pejabat negara lain, Washington sepertinya sadar kerentanan dalam menggunakan telepon biasa.
Pada Mei Newsweek juga melaporkan adanya kasus spionase Israel di AS dalam misi perdagangan dan kontrak teknologi pertahanan gabungan. Tapi, para pejabat Israel membantah laporan tersebut.
rep:dessy suciati saputri/ap/reuters ed: teguh firmansyah