FERGUSON — Satu orang tertembak dan luka parah pascapenetapan jam malam di Ferguson, Negara Bagian Missouri, Amerika Serikat, Ahad (17/8) pagi. Dalam kejadian itu, polisi menangkap tujuh orang lainnya saat terjadi unjuk rasa.
Pejabat Kepolisian Missouri Kapten Ron Johnson menyatakan, korban tertembak di sebuah restoran. "Kondisinya kritis," ujarnya. Polisi belum bisa mengidentifikasi korban. Ia menyatakan penembaknya bukan polisi dan pelakunya sedang dalam pengejaran.
Bom asap dan gas air mata ditembakkan sebagai upaya polisi untuk menyelamatkan korban penembakan. Johnson menegaskan bahwa penembakan tak ada kaitannya dengan jam malam. Korban dibawa ke rumah sakit oleh orang-orang yang berada di lokasi kejadian.
Mereka membawanya sebelum polisi sampai di lokasi tersebut. Ia pun menyayangkan unjuk rasa yang terjadi setelah penetapan jam malam. "Padahal, demonstran yang beraksi pada dua malam sebelumnya mematuhi aturan,’’ kata Johnson.
Polisi melengkapi diri dengan masker gas serta tameng lengkap berdiri di antara atau di atas kendaraan lapis baja. Bom asap dan gas air berhasil membubarkan massa. Di antara mereka berseru, "Tak ada keadilan, tak ada jam malam, tak ada damai."
Selain satu orang tertembak, tujuh orang lainnya ditangkap karena mereka menolak membubarkan diri dari kerumunan massa. Sebelumnya, Gubernur Missouri Jay Nixon menetapkan keadaan darurat di negara bagian yang ia pimpin dan jam malam di Missouri.
Jam malam berlaku pada Sabtu (16/8) tengah malam menyusul empat malam kerusuhan di Ferguson. Kerusuhan dipicu tewasnya remaja kulit hitam bernama Michael Brown (18 tahun) karena ditembak polisi pada 9 Agustus lalu.
Brown tewas di tangan Darren Wilson (28 tahun) di daerah suburban St Louis, Ferguson. Namun, status jam malam diabaikan warga yang menuntut keadilan atas kematian Brown. Ratusan orang turun ke jalan, mendesak tak ada diskriminasi hukum atas pelaku yang berkulit putih.
Ketegangan sudah mulai terlihat pada Jumat dan berlanjut hingga Sabtu malam. Ini dampak dari beberapa hari aksi massa yang diikuti sejumlah penjarahan. Jam malam membuat ketegangan meningkat. "Jam malam membuat segalanya buruk,’’ kata Phones Scott, pengunjuk rasa.
Keluarga dan pendukung Brown terus meminta pertanggungjawaban polisi yang menembak mati Brown. Departemen Kehakiman sedang memastikan apakah penembakan itu melanggar hak sipil. Kepolisian St Louis juga melakukan penyelidikan. Di sisi lain, polisi mempunyai versi informasi berbeda dengan para saksi. Termasuk teman Brown, Dorian Johnson (22), yang saat kejadian berjalan bersama korban. Polisi mengatakan, setelah Darren Wilson meminta Brown menepi, Brown justru menghambur ke mobil polisi itu.
Kemudian keduanya bergumul di mobil patroli, berusaha merampas senjata Wilson. Menghadapi situasi yang dianggap kritis itu, akhirnya Wilson mencabut senjatanya dan menembak Brown beberapa kali. Dan akhirnya, Brown kehilangan nyawanya.
Johnson mengungkapkan, melalui jendela mobil, Wilson mencengkeram Brown. Kemudian, Brown berusaha melepaskan diri dan saat itulah polisi tersebut menembaknya. Sebenarnya, ujar Johnson, temannya itu mengangkat tangan sebagai tanda menyerah.
Namun, polisi keluar mobil patrolinya dan menembak Brown beberapa kali hingga meregang nyawa. rep:ani nursalikah/ap/reuters ed: ferry kisihandi