Jumat 22 Aug 2014 12:00 WIB

Misi Penyelamatan Amerika Gagal

Red:

EDGARTOWN — Amerika Serikat (AS) pernah melakukan misi rahasia untuk menyelamatkan jurnalis James Foley dan warga AS lainnya disandera di Suriah. Seorang pejabat AS mengungkapkan informasi ini, Rabu (20/8).

Namun, misi rahasia yang berlangsung pada awal musim panas itu gagal. Dan, akhirnya, nyawa Foley melayang. Dalam sebuah video yang diunggah Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), Selasa (19/8), memperlihatkan eksekusi terhadap Foley.

Lewat video itu, ISIS mengancam memenggal kepala sandera lainnya jika AS tetap menggelar serangan udara di Irak yang dimulai sejak 8 Agustus 2014. Lisa Monaco, penasihat kontraterorisme Presiden Barack Obama, membenarkan adanya misi penyelamatan.

Obama memerintahkannya pada awal musim panas. Obama merujuk pada tim pemantau yang menyatakan para sandera dalam kondisi bahaya jika tak segera dibebaskan. Monaco mengungkapkan, informasi intelijen memadai dan Pentagon segera memperoleh perintah.

"Mereka mengerahkan pasukan khusus secepatnya bergerak membebaskan sandera," ungkap Monaco. Dalam keterangannya, Monaco tak mengungkapkan secara pasti kapan misi dilakukan. Namun, beberapa pejabat menduga, itu digelar dua pekan lalu.

Puluhan personel pasukan khusus diterjunkan melalui pesawat masuk Suriah. Sayangnya, langkah tersebut gagal karena sandera tak di lokasi. Tapi, pasukan khusus sempat terlibat pertempuran dengan ISIS. Beberapa militan tewas ditembus peluru, satu tentara AS luka ringan.

Monaco juga tak mengungkapkan lokasi misi penyelamatan itu. Pada Rabu malam, Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Caitlin Hayden menolak menyebutkan lokasi sandera. Washington Post mengutip seorang pejabat dan mantan pejabat mengungkapkan lokasi itu.

Foley dan sandera lainnya berada di wilayah timur Suriah, dekat Raqaa, kota yang berhasil diambil alih ISIS. Helikopter Black Hawk yang diterbangkan Special Operations Aviation Regiment menurunkan pasukan khusus, Night Stalkers.

Menyusul penayangan video eskekusi jurnalis James Foley, AS kembali melakukan serangan udara pada Rabu. Terdapat 14 serangan dan hingga sekarang jumlahnya mencapai 84 serangan sejak dimulainya misi pada 8 Agustus 2014.

Dalam pernyataan singkat Obama menegaskan, AS bertindak sepantasnya untuk menyelamatkan warganya. "Kami tetap waspada dan tak akan melunak," katanya dari tempat liburan keluarganya, Martha’s Vineyard, Massachusetts.

Ia mengabaikan ancaman ISIS melalui video. Kelompok militan itu menyatakan, eksekusi terhadap James Foley, jurnalis AS, merupakan balasan serangan udara AS di Irak. Mereka akan kembali memenggal sandera lainnya jika serangan berlanjut.

Dua pejabat AS bahkan mengungkapkan, pasukan tambahan yang berjumlah kurang dari 300 orang akan segera terbang ke Irak. Mereka bertugas menjaga keamanan Kedubes AS di Baghdad. Namun, keputusan ini belum final.

Bila benar-benar terwujud, dengan tambahan itu, jumlah personel militer AS di Irak akan sebanyak 1.000 orang. Obama meminta negara-negara di Timur Tengah bersatu mengenyahkan ISIS. Kekuatan kelompok ini terus berkembang.

Kebisuan menyelimuti negara-negara di Timur Tengah, bahkan di Irak maupun Suriah. Di media sosial, muncul kecaman terhadap pembunuhan Foley, namun mereka menyatakan ISIS berlaku kejam kepada warga Irak dan Suriah selama bertahun-tahun.

Yordania dan Arab Saudi yang berbatasan dengan Irak mengerahkan pasukan di perbatasan. Mereka mencegah ISIS masuk dan menimbulkan kekacauan dan ketakutan.

Iran mengirimkan penasihat militernya ke Baghdad. Mereka membantu mengorganisasi milisi Syiah di Irak dan mempertahankan tempat-tempat suci Syiah. rep:dessy suciati saputri/ap/reuters ed: ferry kisihandi

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement