Senin 20 Oct 2014 12:00 WIB

20 Demonstran Hong Kong Terluka

Red:

HONG KONG — Polisi dan aktivis prodemokrasi terlibat lagi dalam bentrok, Ahad (19/10) pagi. Sebanyak 20 orang terluka dalam kekerasan yang dilakukan polisi di Distrik Mong Kok, salah satu titik konsentrasi massa, dalam aksi yang berjalan selama tiga pekan.

Pengunjuk rasa bergerak pada pagi hari. Mereka mengenakan helm dan kacamata pelindung. Tujuannya, menyingkirkan barikade baja yang membuat massa tersudut di sebuah persimpangan jalan di Distrik Mong Kok.

Mereka juga menggunakan payung sebagai pelindung dari serangan semprotan merica polisi. Ratusan polisi menerjang tameng payung. Tak lama berselang, demonstran yang sebagian besar mahasiswa berteriak dan mencemooh polisi.

Kekerasan terjadi sebelum polisi merangsek dengan tameng. Polisi memukul mundur para demonstran. Seorang aktivis berkaus putih dan kacamata pelindung dipukul dengan tongkat. Ia mengalami pendarahan di kepala. Beberapa rekannya menyelamatkan diri.

Polisi berulang kali memukul pengunjuk rasa dengan tongkat. Beberapa pengunjuk rasa diangkut tandu. Beberapa orang terluka dilarikan ke Rumah Sakit Kwung Wah. Sedikitnya, 10 orang menjalani perawatan karena luka di kaki, lengan, kepala, dan patah tulang.

Truk-truk pemadam kebakaran dengan meriam api bersiaga di lokasi kejadian, namun tak terpakai. Polisi senior yang berada di lokasi, Paul Renouf, mengungkapkan, sebanyak 400 hingga 500 polisi turun untuk memukul mundur massa.

Polisi membela diri. Mereka menyatakan tak bermaksud melakukan kekerasan. Situasi berubah saat pengunjuk rasa yang menuntut demokratisasi di Hong Kong tiba-tiba mencoba membubarkan barisan polisi.

Sebelum terjadi bentrok, aktivis menyeru melalui media sosial untuk memperluas barikade di Mong Kok. Pemerintah menyatakan 20 orang terluka antara Sabtu (18/10), pukul 22.00, dan Ahad (19/10), pukul 06.00 waktu setempat.

Tak ada penjelasan perinci mengenai jumlah pengunjuk rasa dan polisi yang terluka. Laman berita Aljazirah melaporkan, pada Ahad, situasi sudah tenang, tetapi demonstran kembali berkumpul memenuhi lokasi aksi massa.

Kepala Sekretaris Pemerintah Hong Kong Lai Tung Kwok menyatakan, pemicu bentrokan akhir-akhir ini adalah aktivis yang memiliki hubungan dengan organisasi radikal. Mereka, jelas dia, aktif merancang konspirasi dan aksi kekerasan.

Kepala Kepolisian Hong Kong Andy Tsang merasa frustrasi. Selama tiga pekan, ia mengklaim polisi bersikap sangat toleran. Polisi, kata dia, akan berusaha bersikap sama meski unjuk rasa sekarang ini mulai berubah menjadi kekerasan.

Kekerasan terjadi hanya beberapa jam setelah Kepala Eksekutif Hong Kong Leung Chun Ying menyatakan pemerintah siap berdialog dengan pengunjuk rasa pada Selasa (21/10). Pembicaraan yang fokus pada perubahan konstitusi kelak disiarkan secara langsung.

Masing-masing pihak mengirimkan wakilnya sebanyak lima orang. Namun, banyak yang menduga tak akan banyak terobosan dalam pembicaraan itu. Pemerintah diyakini enggan memenuhi tuntutan utama pengunjuk rasa.

Mereka meminta Cina tak menentukan calon yang ikut pemilu kepala eksekutif Hong Kong pada 2017. Pengunjuk rasa yang tergabung dalam gerakan Occupy Central juga mendesak Leung mundur dari jabatannya sebagai kepala eksekutif. 

Profesor di Hong Kong Institute of Education Sonny Lo menyatakan, dalam pembicaraan selama dua jam, Selasa (21/10), harus ada terobosan. "Jika tidak, saya khawatir sengketa dan kekerasan semakin meningkat," katanya.

Menurut dia, Hong Kong memasuki tahapan baru dan bermasalah. Ia berharap pemerintah berkompromi. Sebab, saat ini kondisinya sangat sulit. Selama tiga pekan ini, Hong Kong menerjunkan 28 ribu polisi menghadapi pengunjuk rasa. n ap/reuters rep: ani nur salikah ed: ferry kisihandi

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement