Gabon sempat berada di bawah jajahan Prancis sejak 1849 dan akhirnya merdeka pada 17 Agus tus 1960. Institute on Religion and Public Policy yang mem buat laporan "Religious Freedom in Gabon" di laman resminya mencatat, selepas kemerdekaan itu pulalah Islam tampak menjadi bagian masyarakat.
Meski geliat Islam belum begitu semarak pada era 1960-an, Islam me ru pakan agama terbesar kedua yang mendapat hati di masyarakat.
Mayoritas penduduk Gabon adalah penganut Kristen dengan jumlah me reka sekira 1,2 juta jiwa. Di luar kedua agama itu, kepercayaan lokal juga masih digandrungi.
Soal demografi umat Islam Gabon, ternyata sekira 10 persen Musim Gabon merupakan warga pendatang dari ne gara-negara Afrika Barat. Mayoritas Muslim Gabon pun tinggal di ibu kota Gabon, yakni Libreville.Tetapi, Islam secara tahap demi tahap berkembang pesat di Gabon.
Henry Neondo dalam artikelnya "Muslim Population Soars, Could be Majority in West Africa" mengutip kajian Pew Research Centre's Forum on Religion and Public Life pada akhir Januari 2011, mengatakan populasi Muslim di Gabon termasuk yang di pre diksi akan meningkat cukup sig nifikan dalam 20 tahun sejak 2010.
Pertumbuhan populasi Muslim Gabon diperkirakan akan naik hingga 68,2 persen dari 145 ribu jiwa menjadi 244 ribu jiwa.
Tingginya fertilitas dan rendahnya prevalensi pengidap HIV positif dalam komunitas Muslim negara-negara Afrika, termasuk Gabon, menjadi fak tor pendukung meningkatnya populasi Muslim.
PBB melaporkan kasus pengidap HIV positif di dalam komunitas Muslim di negara-negara subsahara (negara- negara di Benua Afrika yang tidak dianggap termasuk bagian Afrika Utara) dengan usia 15 hingga 49 tahun, kurang dari dua persen.
Angka ini jauh lebih kecil ketim bang prevalensi pengidap HIV positif di komunitas non-Muslim dengan struktur usia yang sama, yaitu hampir mencapai enam persen.
Kebebasan Mengutip Country Reports on Human Rights Practices yang diterbit kan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) pada 2010, terungkap bahwa Pemerintah Gabon melindungi dan membebaskan setiap pemeluk agama menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan mereka.
Belum ditemui pula kasus dis kriminasi yang berbasis agama. Mes ki, pemerintah mewajibkan semua organisasi agama harus terdata di Kementerian Dalam Negeri Gabon.
Sebagai contoh keterbukaan Ga bon dengan Islam, meski jumlah Mus lim hanya 10 persen dari populasi, Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, pemerintah sudah menetapkan kedua hari besar umat Islam tersebut sebagai hari libur nasional.
Saat Ramadhan, jam operasional fasilitas publik biasanya lebih pendek dari jam operasional normal. Sejauh ini, komunitas Muslim mendapatkan penilaian positif dari berbagai kalang an, termasuk dari Kedutaan Besar AS di Gabon. Muslim Gabon terkenal dengan sikap terbuka dan kooperatif.
Sekolah Laman Todays Zaman dalam lan siran berita kunjungan Presiden Turki Abdullah Gul ke Gabon pada awal Juni 2014 mengungkap, ada dua masjid besar di Kota Libreville yang pembangunannya dibantu oleh Senegal dan Maroko.
Madrasah di Nkembo, sebuah wilayah miskin di pinggiran ibu kota, juga selalu ramai didatangi sekira 200 anak yang hendak belajar Islam sejak dibuka lima tahun lalu. Negara Islam lain seperti Turki juga ikut serta dengan mendirikan sekolah sejak 2008. Arab Saudi juga dikabarkan ikut membantu komunitas Muslim di Gabon.
Komunitas Muslim di Gabon, seperti juga komunitas Katolik dan Protestan, mulai mengoperasikan se ko lah dasar dan menengah berbasis komunitas. Sekolah-sekolah itu bisa berjalan baik bila telah terdaftar di Kementerian Pendidikan Gabon. Tu juannya agar sekolah berbasis komu nitas agama bisa tetap memenuhi standar pendidikan sekolah umum yang ditetapkan pemerintah.
Presiden Muslim Gabon memiliki pemimpin Islam pertamanya pada 1973 saat Presiden Albert Bongo menjadi mualaf atas bantuan presiden Libiya saat itu, Moamar Khadafi. Setelah berhaji, lalu mengganti namanya menjadi El Hadj Omar Bongo.
Setahun kemudian, negeri yang makmur dari hasil tambang dan minyak bumi ini bergabung dalam Or ganisasi Kerja Sama Islam (OIC).
Pre siden Gabon saat ini, Ali Bongo Ondimba, juga seorang Muslim. Ia adalah putra Omar Bongo yang terpilih dalam pemilihan presiden Gabon pada Okotober 2009.
Pada 2012, Gabon juga sempat men jadi tuan rumah konferensi Islam yang mengundang para menteri informasi dari 57 negara anggota OIC. OIC menilai pertemuan ini bernilai penting bagi Gabon dan dunia Islam untuk menge ratkan hubungan.
OIC juga berniat melakukan sejum lah kerja sama di berbagai bidang dengan Pemerintah Gabon. Pujian juga diberikan kepada Presiden Ali Bongo Ondimba yang telah berupaya menciptakan dan menjaga kestabilan dalam negeri sehingga tercipta keru kunan umat beragama di sana.
Meski Islam masih berstatus minoritas, negara seluas 267.667 kilometer persegi ini memiliki peran penting dalam perdamaian di kawasan Afrika Tengah. Gabon juga mewaspadai tumbuhnya Islamofobia akibat gerakan Islam radikal dan meminta dukungan OIC dalam mencegah Islamofobia melalui dialog. Dukungan bagi perda maian Palestina sebagai negara juga di suarakan Gabon. rep:fuji pratiwi ed: nashih nashrullah