Ahad 08 Feb 2015 18:11 WIB

pembaca menulis

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,Pesepak Bola Muslim

Saya mau memberikan masukan tentang content di harian Republika. Bagaimana jika ke depannya ditambahkan juga tentang kolom informasi tentang dunia olahraga, khususnya sepak bola yang menyoroti tentang para atlet yang beragama Islam.

Rubrik tersebut disertai kisah perjalanan nya selama meniti karier sebagai atlet, mulai dari sejarah mereka mengenal dan memeluk agama Islam sampai dengan tantangan dan ujian yang mereka hadapi.

Misalnya, ketika mereka harus tetap melaksanakan shalat fardu yang waktunya bertepatan dengan jadwal pertandingan. Atau, apa saja yang terkait dengan karier mereka sebagai atlet dan juga Muslim

Rofik Nur Sholeh

Mahasiswa semester 5 jurusan S-1 Teknik Industri di Sekolah Tinggi Teknologi Muhammadiyah Kebumen, Jawa Tengah, dan guru olahraga di Muhammadiyah Internasional

Boarding School (MIBS) di Kebumen.

Redaksi:

Jazakallah. Sebe tul nya, Republika memiliki satu suplemen lagi yang khusus mengulas tentang dunia olahraga, terutama sepak bola. Memang rubrik seperti yang Anda usulkan belum ada secara khusus. Insya Allah, kita pertimbangkan.

Pertahankan Rasa Malu

"Rasa malunya benar-benar sudah hilang". Begitulah ungkapan sebagian besar masyarakat kita saat mendengar atau menyaksikan perbuatan buruk seseorang yang melampaui batas. Contoh nya, saat mendengar maraknya pelaku zina yang kian hari merajalela.

Banyak bayi yang dilahirkan saat baru beberapa bulan ayah dan ibunya melangsungkan pernikahan. Anehnya, pelakunya bersikap seolah tak terjadi apa-apa. Sebulan dua bulan mereka berusaha pergi menjauh. Menghindar dari ucapan-ucapan miring yang dialamatkan kepadanya.

Namun begitu, suasana terasa kembali aman, mereka hadir lagi dan bergaul di tengah-tengah masyarakat, seolah tak terjadi apa-apa. Padahal, sebagian besar masyarakat yang tahu akan kejadian itu belum melupakan kebejatan yang mereka lakukan.

Di sisi lain, tak sedikit pula para pejabat di negeri ini yang sudah terbukti melakukan korupsi, tetapi masih mampu tertawa lebar di layar kaca televisi. Padahal, pengadilan telah menyatakan ia benar-benar mengambil harta negara yang bukan haknya.

Namun, anehnya ia masih saja sanggup tersenyum tanpa beban di hadapan orang-orang.

Masih mampu tertawa lepas di saat orang banyak begitu muak memandang wajahnya. Tak sedikit pun rasa malu ia perlihatkan akibat kesalahan yang ia lakukan. Sebaliknya, ia masih juga bersilat lidah hendak membela diri. Bahkan, terkadang dibumbui dengan air mata di pipi.

Sebagai orang beriman, kita hendaklah memiliki rasa malu. Malu yang sebenar-benarnya malu. Tidak hanya malu terhadap bagaimana pandangan manusia terhadap kita, tapi terlebih lagi yang sangat diperlukan adalah rasa malu di hadapan Allah SWT.

Sebab, bisa saja kita berusaha dengan segala cara guna mengelabui manusia lainnya dengan perbuatan buruk yang kita lakukan sehingga nama baik kita senantiasa tetap terjaga. Tetapi, di hadapan-Nya semua akan tersingkap tanpa ada yang mampu kita sembunyikan. Sungguh, tak ada yang kuasa kita tutupi karena Dia adalah Yang Maha Mengetahui.

Dengan adanya rasa malu, kita akan menjadi pribadi yang senantiasa berusaha menahan diri.

Menahan diri dari segala perbuatan buruk yang akan mencoreng nama baik kita di tengah-tengah masyarakat dan juga merendahkan derajat kita di hadapan Allah SWT.

Bersama rasa malu itu pula kita akan berusaha selalu berhati-hati dalam mengambil sebuah tindakan. Selalu memikirkan untung rugi dan segala risiko yang akan ditanggung sebelum melakukan sesuatu perbuatan. Sebab, saat salah jalan maka nama baik yang akan jadi taruhan. Tidak hanya nama baik pribadi, tetapi juga keluarga dan masyarakat di sekeliling kita.

Semoga, kita masing-masing mampu menjaga rasa malu yang kita punya. Perkuatlah ia dari waktu ke waktu. Jangan biarkan melemah hingga menjadi musnah kesudahannya. Sebab, dengannya kita akan memiliki tali pegangan untuk menjauhi perbuatan yang terlarang. Dengan malu yang kita punya, Allah SWT akan menjaga kita dari segala macam sifat yang memalukan. Dan, insya Allah kita akan senantiasa berada di dalam jalan yang telah Allah tentukan.

Riki Eka Putra

Guru Ponpes Diniyyah Putri Padang Panjang

TULISKAN KOMENTAR ANDA

Redaksi menanti komentar, usulan, saran, atau kritik

Anda mengenai “Islam Digest” termasuk usulan tema utama

dengan mengirimkannya lewat e-mail ke

[email protected]. Jangan lupa sertakan foto diri Anda.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement