Ahad 10 Jul 2016 17:56 WIB

Keindahan Negeri Dongeng Neuschwanstein

Red: Firman

REPUBLIKA.CO.ID, Pada penghujung musim dingin silam, kami berkesempatan mengunjungi istana penguasa Bavaria Raja Ludwig II, Kastil Neuschwanstein. Salah satu kastil terindah dunia bernama Neuschwanstein di kota Fussen, Hohenschwa ngau, Provinsi Bavaria, Jerman Selatan. Kastil yang bisa jadi menginspirasi istana putri Aurora dalam film Walt Disney, Sleeping Beauty.

Perjalanan kami lalui dengan bus antarnegara Eropa. Kami memilih perusahaan Eurolines dengan rute Paris-Munich. Bus berangkat pukul 22.00 malam dari stasiun bus Gallieni, Paris. Harga tiket bus satu orang dewasa sebesar 92 euro (PP), sedangkan untuk anak usia 4 hingga 12 tahun 52 euro.

Bus melewati beberapa kota: Reims, Metz, Strasbourg (bagian sisi Prancis), Karlsruhe, Stuttgart, Augsbourg, dan Munich (bagian sisi Jerman). Pukul 10.25 keesokan paginya, kami tiba di Stasiun Omnibus Bahnhof Hackerbrucke, Munich. Kota Munich kami pilih lantaran kota besar yang terdekat dari kastil Neuschwanstein.

Untuk ke kota Fussen, kami memilih naik kereta. Untungnya, Hauptbahnhof, stasiun kereta terbesar di Munich tidak jauh dari stasiun Omnibus Bahnhof Hackerbrucke. Jadi, kami memilih berjalan kaki saja. Di kota pusat paten Eropa inilah perburuan semua hal mengenai kastil kami mulai.

Kami langsung memesan tiket kereta tujuan Hauptbahnhof-Fussen untuk keesokan harinya. Kami tidak berangkat saat itu juga karena hari sudah siang sementara jadwal tutup loket penjualan tiket kastil Neuschwanstein pada pukul 15.00. Perjalanan kereta dari stasiun Hauptbahnhof ke Fussen memakan waktu dua jam, plus naik bus sekitar sembilan menit. Maka kami putuskan menunda keesokan harinya. Jadi, waktu luang kami yang tersisa, kami pergunakan untuk makan siang, check-inhotel, dan menyusuri Kota Munich.

Semalam di Munich

Seperti halnya di beberapa kota besar di Eropa, di Munich pun cukup banyak trem yang hilir mudik. Jadi, kita mesti hati-hati berjalan dan disiplin pada rambu lalu lintas. Kami berjalan-jalan sedikit ke area jantung kota Munich yaitu Marienplatz. Meskipun hari telah gelap, masih banyak orang yang berfoto dan melihat-lihat bangunan arsitektur khas Eropa yang ada di sana.

Saya penasaran dengan salah satu restoran tua di Munich. Ratskeller, nama restoran itu, dibangun pada 1867, berada di bawah tanah kantor wali kota. Suami saya yang berprofesi sebagai konsultan paten Eropa bersama kliennya, beberapa kali makan di sana jika bertugas ke Munich. Ternyata tempatnya sangat besar dengan dekorasi unik khas Eropa. Pengunjung yang datang sebagian besar orang Jerman dan tentu saja turis. Cukup banyak juga turis Cina dan Jepang yang makan di sana. Beberapa orang Indonesia terlihat di sana.

Di dalam budaya Prancis jadwal makan malam saat akhir pekan biasanya dimulai pukul 20.00. Oleh karena itu kami memilih makan lebih awal yaitu pukul 19.00, agar dapat tempat dan juga supaya tidak kemalaman saat kembali ke hotel. Nyatanya saat kami masuk, petugas kewalahan mencari tempat karena penuh.

Ternyata budaya makan malam orang Jerman dan Prancis saat akhir pekan cukup berbeda. Di Prancis saat akhir pekan, restoran mulai penuh sekitar pukul 20.00 ke atas, sedangkan di Jerman pada pukul 19.00 saja restoran sudah penuh.

Kami beruntung, masih ada beberapa tempat di pojokan. Tapi sayang, dekorasi seni yang ada di sekitar kami tidak secantik di ruangan- ruangan lain yang telah dipenuhi pengunjung. Munich memang kota yang cukup mahal, karena untuk satu menu utama ikan salmon misalnya sekitar 22 euro.

Kami tidak ingin berlama-lama menghabiskan malam di Munich. Sebab, keesokan harinya harus bangun lebih awal. Tapi paling tidak kami sudah tenang, karena kereta tujuan Hauptbahnhof-Fussen pukul 07.55 seharga 15 euro PP (untuk satu orang dewasa) sudah di tangan. Mengenai tiket kereta, saya cukup takjub karena anak kami yang berusia 10 tahun tidak dikenai biaya atau gratis. Inilah salah satu keuntungan travelling membawa anak jika liburan di negara Eropa, karena tiket masuk ke tempat wisata, umumnya gratis. Sedangkan tiket untuk akomodasi juga jauh lebih murah.

Agar tidak terlambat naik kereta, kami meminta pihak hotel untuk menyiapkan sarapan sebelum pukul 7 pagi, jadwal yang ditetapkan hotel. Setelah urusan sarapan dan check outhotel beres, pukul 07.20 kami bergegas menuju stasiun kereta dengan berjalan kaki. Dari penginapan kami ke stasiun hanya butuh lima menit berjalan kaki.

Kereta berangkat sesuai dengan jadwal. Pemandangan indah menemani dua jam perjalanan kami menuju Fussen. Ada hamparan salju mengelilingi rumah-rumah penduduk, pepohonan pinus yang sebagian daunnya berwarna putih berbaris rapi, riak-riak anak sungai, plus sesekali terlihat orang-orang berkuda. Kami juga akhirnya melihat jajaran Pegunungan Alpen, tak lama sebelum kereta tiba sampai di Fussen. Benar- benar hidangan indah dan gratis dari alam.  Oleh Rosita Sihombing , Traveler , Tinggal Di Paris, Prancis ed: Nina Chairani

 

TIPS

Sebaiknya pikirkan baik-baik jika ingin membeli tiket kereta menuju Kota Fussen. Jangan sampai membeli tiket kereta tanpa tahu jadwal tutup loket penjualan tiket masuk kastil. Sebab, loket dibuka pukul 09.00 -15.00 saat musim dingin. Sedangkan musim semi dan panas loket dibuka pukul 08.00 -17.00

Jika ingin berjalan kaki menuju kastil, sebaiknya memakai sepatu yang nyaman seperti kets. Jalan menuju kastil konturnya menanjak.

Ada beberapa pilihan jika ingin ke Neuschwanstein yaitu saat musim dingin dan musim panas. Jika datang saat musim dingin, kita akan menikmati pemandangan kastil dengan bonus hamparan salju yang putih, bak negeri dongeng ala Disney. Namun, kemungkinan besar kita tidak dapat berjalan-jalan di Jembatan Marien. Salju yang tebal dikhawatirkan akan berbahaya bagi pengunjung untuk melewatinya. Jembatan ini masuk dalam incaran turis karena merupakan spotterbaik untuk mengambil posisi foto bangunan kastil.

Sebaliknya, jika berlibur kala musim panas, kita tidak dapat menikmati salju nan putih yang menyelimuti kastil dan sekitarnya. Namun, kita dapat melihat danau dan air-air sungai yang mengalir, sekaligus dapat berjalan-jalan dan mengambil gambar di Jembatan Marien.

Jika naik transportasi umum, saya anjurkan untuk membawa bekal makan di jalan. Karena bisa saja saking terlenanya menikmati pemandangan, akhirnya jam makan siang pun berlalu. Padahal kita mesti mengejar jadwal bus dan kereta yang telah terjadwal sedemikian rupa dan on time.

Bila ingin membeli bekal makanan halal di stasiun kereta, berhati-hatilah. Tidak semua kebab berlogo halal. Bahkan kami sempat terkecoh, dengan satu-satunya kebab yang ada di stasiun kereta Haupt - bahn hof Munich, yang ternyata tidak halal. Hati-hati pula jika memilih makanan Jepang seperti sashimi/sushi/maki. Nyatanya kedai sushi dan maki di stasiun yang sama, terdapat sushi berbalut ayam. Padahal kami sengaja memilih makanan Jepang karena biasanya 'isiannya' ikan atau sayur. Namun, jangan khawatir, jika ke luar sedikit saja dari stasiun kereta, ada restoran halal ala Timur Tengah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement