Ahad 23 Oct 2016 16:00 WIB

Ceska Negeri Seribu Menara

Red:

Saya beruntung berkesempatan berkunjung ke Republik Ceska akhir Agustus lalu. Semakin beruntung pula bisa menjelajahi tiga kota utamaKota Praha, Kutna Hora, dan Cesky Krum lovne gara yang tak memiliki laut ini selama lima hari.

Seperti di semua wilayah di negara pewaris Kerajaan Bohemia ini, tiga kota yang dikunjungi itu memiliki ciri khas adanya gereja, katedral, dan kapel yang tersebar hingga ke seluruh pelosok.

Tidak salah, Republik Ceska dijuluki Negeri Seribu Menara. Kota tujuan utama saya adalah Praha. Untuk mencapai ibu kota yang memiliki sekitar 1,2 juta penduduk itu, saya membutuh kan waktu hampir sehari penerbangan dari Jakarta menggunakan maskapai KLM Royal Dutch. Maskapai milik Pemerintah Belanda ini singgah di Bandara Internasional Kuala Lumpur dan Bandara Schiphol di Amsterdam, sebelum mendarat di Bandara Vaclav Havel di Praha.

Berbeda jauh saat transit di Bandara Schiphol yang megah, saat sampai di Bandara Vaclav Havel sekitar pukul 13.30 waktu setempat, hampir tiada tanda-tanda keramaian.

Kota Praha jelas tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Belum lama ini, ada film berjudul Surat dari Praha menyusul novel yang populer beberapa tahun sebelumnya dengan setting kota itu.

Lebih jauh lagi pada masa Presiden Sukarno, ratusan mahasiswa Indonesia dikirim ke Praha dan sekitarnya. Saat itu negeri ini masih menjadi kawasan satelit Uni Soviet. Ketika sampai Kota Praha, suhu udara pa da pagi hari sekitar tujuh derajat Celcius.

Karena memasuki musim semi, tidak mengherankan melihat orang-orang hilir mudik memakai jaket tebal. Ibu kota Republik Ceska ini dipenuhi para pejalan kaki. Warga setempat maupun turis memenuhi trotoar yang lebar dan rapi di sepanjang sudut kota.

Rombongan yang terdiri atas enam orang, termasuk saya, langsung dijemput sebuah minibus yang memuat belasan penumpang. Butuh waktu sekitar 30 menit dari Bandara Vaclav Havel untuk sampai di penginapan yang terletak di Kota Tua Praha.

Kebetulan saya menginap di Ibis Hotel yang berdampingan dengan Palladium Mall, salah satu mal terbesar di Ceska. Jalan di depan hotel hanya satu lajur. Itu pun harus berbagi dengan jalur trem. Sepanjang perjalanan dari bandara menuju pusat kota, kami tak bertemu kemacetan.

Pemandangan bangunan tua dan kota bernuansa heritage langsung terasa ketika minibus mulai memasuki kawasan permukiman. Meski dalam kondisi letih, dorongan untuk bisa langsung melihat berbagai bangunan bersejarah di kota ini membuat saya bersemangat meninggalkan penginapan.

Setelah mandi dan berganti baju, saya dan rekan-rekan memilih berjalan kaki untuk menuju Old Town Square. Kota Tua Praha ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO sejak 1992.

Jalan berlapis bebatuan semakin mengesankan Praha sebagai kota kuno. Hanya perlu berjalan 10 menit, saya sudah sampai Old Town Hall yang dikelilingi berbagai bangunan tua. Alun-Alun Kota Lama ini kerap menjadi titik pertemuan para turis.

Di berbagai penjuru, dapat dengan mudah ditemukan para penjual, semacam pedagang kaki lima, dan kafe berkonsep outdoor yang dipenuhi wisatawan. Ada satu bangunan tinggi yang mencolok karena dikerubuti banyak orang, yaitu The Clock Tower.

Di sisi kanan menara terdapat Jam Astronomi Praha (Prague Orloj). Kerumunan wisatawan bakal semakin banyak pada saat jam itu sedang berbunyi. Sebab, banyak yang penasaran dengan salah satu ikon Kota Praha ini.

Di dunia, disebut-sebut hanya ada tiga jam astronomi berukuran besar. Jam Astronomi Praha satu-satunya yang tertua dan masih aktif hingga kini. Jam yang sudah beroperasi sejak 1410 atau sudah berumur 606 tahun ini dapat menjadi jembatan bagi turis untuk menerawang masa lalu.

Jam dengan ragam hiasan menggunakan angka romawi ini dalam periode tertentu bisa menyuguhkan hiburan bagi para turis. Jam ini, menurut dokumen, dibuat oleh Mi kulas bersama Jam Sindel, yang merupakan profesor matematika di Universitas Charles. Versi lainnya, jam ini dibuat oleh Jan Ruze atau Hanus yang memang dikenal sebagai pembuat jam pada zamannya.

Masih di Old Town Hall, di seberang The Clock Tower, berdiri Týn Church. Gereja bergaya gotik ini memang sangat mudah dikenali lantaran memiliki dua menara kembar.

Tyn Church yang memiliki nama lengkap Chruch of Our Lady Before Tyn ini, mulai dibangun pada 1365 dan selesai pada 1511. Di samping gereja, berdiri bangunan yang pada abad ke- 14 hingga 19, digunakan sebagai sekolah.

Jason Mraz, penyanyi dari Negeri Paman Sam, menghadirkan bangun an ini dalam pembuka video klip Lucky yang diluncurkan tahun 2009.     Oleh Erik Purnama Putra, ed: Nina Chairani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement