REPUBLIKA.CO.ID,Tebing kapur mengapit kiri dan kanan jalan beraspal itu.
Semak belukar memberikan kehidupan pada tebing yang menjulang tinggi. Tiba-tiba pemandangan luas tersingkap.
Secara tak terduga, pesona pantai berpasir putih yang terhampar dari ujung ba rat ke timur hadir di depan mata. Lautnya bersih, deburan ombaknya mengalun dari kejauhan, mengempas bebatuan karang.
Pulau Dewata sekali lagi menyibak surga tersembunyinya yang begitu elok di kawasan selatan. Jika selama ini Anda hanya mengenal Pantai Kuta, Sanur, atau Dreamland, kini Anda perlu menyambangi Pantai Pandawa.
Pantai yang disebut orang lokal Pantai Kutuh ini berada di Desa Kutuh, Kabupaten Badung, Bali. Pantai ini juga disebut `Secret Beach' karena letaknya yang tersembunyi itu. Pantai Pandawa menurut para penikmatnya merupakan tempat terbaik untuk melihat matahari terbit di Bali.
"Ini salah satu pantai terindah di Bali. Tebing-tebingnya menakjubkan, pasirnya putih, dan airnya kehijauan. Rasanya seperti di surga," kata Kelsey, wisatawan mancanegara (wisman) asal Australia.
David, wisman asal Singapura yang mengaku sudah beberapa kali menyambangi Bali baru menyadari keberadaan pantai ini. "Selain indah, bersih, pantai ini juga tak sepadat di Kuta. Saya tidak kecewa datang ke sini," katanya.
Pantai Pandawa populer sejak 2011, tepatnya setelah Desa Kutuh menjadi pemenang kedua dalam ajang lomba desa tingkat nasional. Pantai ini mulai dipromosikan di berbagai laman dan jejaring sosial. Tak butuh waktu lama hingga pantai ini menjadi primadona baru di Bali, terlebih sejak pemerintah daerah (pemda)
membuka jalan sepanjang 1,5 kilometer (km) yang membelah tebing dan memudahkan akses transportasi ke kawasan.
Desa Adat Kutuh mencatat pantai sepanjang tiga kilometer ini dikunjungi rata-rata lima ribu wisatawan lokal dan 500-600 wisatawan mancanegara per hari. Pada musim liburan, jumlah pengunjung bisa mencapai empat kali lipat, hingga 20 ribu orang. Betapa tidak, kunjungan wisatawan ke Pantai Pandawa rata-rata meningkat 20-25 persen!
Surganya peselancar
Berenang merupakan aktivitas utama di Pantai Pandawa. Wisatawan mancanegara lebih banyak memilih surfing. Aktivitas lain yang bisa dilakukan adalah bermain paragliding juga kano dengan biaya sewa Rp 15 ribu per kano. Jika tak ingin berbasah-basahan, Anda cukup duduk santai sambil berwisata kuliner atau pijat refleksi di tenda-tenda pantai.
Bandesa Adat Kutuh I Made Wena memaparkan, kawasan wisata Pantai Pan dawa setidaknya memiliki enam daya tarik wisata, yaitu tebing karst dengan Goa Pandawa, pantai berpasir putih, pertanian rumput laut, konservasi terumbu karang, wisata budaya, dan wisata spiritual.
Di dalam tebing yang dipapas membentuk gua ini, terpampang kegagahan lima kesatria dalam epik Mahabarata yang dikenal dengan sebutan Pandawa Lima atau Panca Pandawa. Patung-patung ini dipahat oleh pematung asli Bali. Patung pertama yang akan Anda jumpai adalah Dewi Kunti, ibu dari Pandawa. Berikutnya, secara berurutan Anda akan menemukan patung Yudhistira (Dharma wangsa), Bima, Arjuna, Nakula, dan Sahadewa.
Patung Arjuna menjadi salah satu spot favorit wisatawan. Patung ini seolah tak pernah sepi pengunjung yang ingin mengabadikan gambar mereka bersama si tampan Arjuna. Patung ini didonasikan oleh sejumlah investor, baik perusahaan maupun perorangan, yaitu Honda Bali, Erwin Tanu Widjaja, Ketut Sudikerta, Cicip S Sutardjo, Eddy Pribadi, dan PT Bali Raga Wisata.
Pantai Pandawa sangat kental dengan adat istiadatnya karena memiliki setidaknya enam titik kawasan yang disucikan.
Jadi, tak perlu heran jika di beberapa titik Anda akan menjumpai papan peringatan bernada sedikit ekstrem, seperti larangan untuk melakukan kegiatan berbau seksual di kawasan ini. Wena menjelaskan bahwa Pantai Pandawa sudah di lindungi oleh awigatau hukum adat sejak 2004. Jadi, jika ada pihak yang ingin merusak citra kawasan, maka bersiap untuk menerima sanksi adat.
Kawasan suci pertama di Pantai Pandawa adalah batu cupid yang dianggap masyarakat sebagai gerbang masuk ke alam niskala atau alam gaib dalam kepercayaan masyarakat Hindu Bali. Lokasinya ada di gerbang masuk menuju pantai, berdekatan dengan Pura Gunung Payung.
Kedua, tempat Upacara Melasti, simbol pemurnian jiwa dan raga dalam kepercayaan Hindu. Banyak turis menyambangi pantai ini ketika proses ini diselenggarakan. Upacara Melasti digelar setiap bulan purnama pada tahun ganjil.
Kawasan suci ketiga adalah Pura Dalem Segara, tempat masyarakat Hindu sembahyang. Keempat, sumur (sukan)
yang merupakan sumber air minum utama masyarakat Desa Kutuh. Dua kawasan terakhir adalah Sawan Mela di ujung timur dan Sawan Sambing di ujung barat.
Rumput laut
Satu lagi keunikan Pantai Pandawa, wilayah ini merupakan area budi daya rumput laut. Nyoman Kuming, salah seorang petani rumput laut yang sudah 25 tahun mencari rezeki di pantai ini bercerita bahwa budi daya rumput laut di sana sudah ada sejak 1980-an.
"Ada lebih dari 30 petani rumput laut di sini," kata Kuming.
Setiap bulannya, Kuming memanen rumput laut hingga 100 kg. Dia menjualnya ke pengumpul dengan kisaran harga Rp 12 ribu per kg yang selanjutnya didistribusikan ke hotel, restoran, dan rumah makan di Nusa Dua, Denpasar, dan sekitarnya.
Wena memaparkan, saat ini akses masuk ke Pantai Pandawa langsung melintasi kawasan suci. Desa Adat berencana untuk mengalihkannya, sehingga ada batas jelas antara tempat yang disucikan dengan lokasi objek wisata. Dengan demikian, Pantai Pandawa semakin cepat menjadi destinasi wisata berstandar dunia.
Menuju Pantai Pandawa
Dari Bandara Internasional Ngurah Rai, Denpasar, Anda hanya membutuhkan satu jam perjalanan atau sekitar 18 kilometer (km) menuju Pantai Pandawa. Sebaiknya Anda menggunakan jalan tol Bali-Mandara kemudian menuju Nusa Dua ke arah Garuda Wisnu Kencana (GWK), Jimbaran.
Bagi yang menggunakan aplikasi navigasi di android atau smartphone, maka Anda bisa dengan mudah menuju pantai ini tanpa perlu tersesat.
Setelah melewati GWK, Anda masih lurus hingga bertemu perempatan jalan. Jalan lurus menuju Pantai Dreamland, Uluwatu. Jika ke kanan, Anda akan menuju ke Pantai Balangan. Nah, Anda harus mengambil arah ke kiri sampai bertemu pertigaan dengan papan petunjuk bertuliskan Pandawa Beach.
Selanjutnya, Anda cukup mengikuti jalan sepanjang 1,5 km dengan pemandangan hutan dan tebing di kiri kanannya. Begitu bertemu gerbang masuk, Anda harus membayar tiket Rp 10 ribu per orang, juga biaya parkir Rp 5.000 per kendaraan.
Begitu melewati deretan patung Panca Pandawa, kemudian pos keamanan, pengunjung bisa lurus terus ke ujung jalan jika ingin surfing, atau berbelok setengah lingkaran ke kanan menuju ke lokasi inti wisata, yaitu pantai, lokasi bermain kano, paragliding, wisata pertanian rumput laut, atau wisata spiritual dengan berkunjung ke pura.
Yang Merasa Terpinggirkan
Kebanyakan wisatawan merepresentasikan nama Pantai Pandawa karena keberadaan lima patung ksatria dalam epos Mahabharata yang terdapat di lokasi.
Namun, bukan begitu. "Masyarakat Kutuh yang dahulunya merasa terpinggirkan selama bertahun-tahun,"
I Made Wena, bandesa Adat Kutuh, mengawali ceritanya.
Nama ini terinspirasi dari kisah Mahabharata ketika Kurawa berecana membunuh kelima Pandawa.
Widura yang mengetahui rencana ini mengutus bawahannya untuk menggali terowongan yang dikenal dengan nama Goa Gala-Gala, tempat kelima Pandawa kemudian bersembunyi dan menghimpun kekuatan selama 12 tahun.
Keadaan itu mirip dengan masyarakat Desa Kutuh yang hidup dalam pengasingan setelah kemerdekaan. Nyaris tak ada yang mengakui keberadaan Desa Kutuh, hingga kemudian digabung dengan Desa Kemasandesa adat yang lokasinya berdampingan dengan Desa Kutuh pada 1990-an. Meski begitu, masyarakat Kutuh masih merasa dianak tirikan. Mereka berjuang selama delapan tahun untuk memisahkan diri dan membentuk desa adat mandiri hingga berhasil pada 2002.
Filosofi awal ini ternyata membuahkan hasil dengan usaha masyarakat untuk memajukan kawasannya melalui daya tarik wisata pantai.
Hingga saat ini, Desa Kutuh dihuni oleh 800 kepala keluarga (KK) atau sekitar 3.000 jiwa.
oleh Mutia Ramadhani