Sudah tiga kali selama 2014 ini, salah seorang reporter televisi swasta Eka Nugraha (27 tahun) mendapat kabar gembira. Ia bisa pergi ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah umrah maupun haji. Namun, tidak serta merta kabar gembira itu terlaksana.
Awalnya dia dijanjikan oleh salah satu partai akan dibiayai untuk umrah bersama kedua wartawan lainnya jika partainya menang dalam Pilpres 2014.
Namun, ternyata partai itu kalah. Selanjutnya, Ibu Eka pernah memintanya mendampingi pergi umrah atas biaya pamannya. Namun, sang paman meng inginkan yang mendampingi ibunya adalah saudara sang ibu. Sehingga, kabar gembira ini urung membuat Eka pergi ke Tanah Suci.
`'Padahal, saya ingin sekali pergi ke Tanah Suci sejak dua tahun yang lalu,'' ujarnya. Ia pun sempat bertanya kepada seniornya yang tergabung dalam tim Media Center Haji (MCH) pada 2012, tentang apa yang harus dilakukannya untuk bisa menjadi tim MCH.
Senior Eka menyarankan, bila punya keinginan apa pun harus diniatkan dengan sungguh-sungguh dan disampaikan melalui cara apa pun. `'Sejak itu saya selalu memasang gambar Ka'bah atau yang bisa mengingatkan saya untuk bisa sampai ke Tanah Suci.
Di handphone, tweeter, facebook, dan lain-lain'' cerita Eka yang baru tiga tahun ini menjadi reporter.Keinginan Eka untuk bisa ke Tanah Suci pun disampaikan kepada ibunya ketika menjalankan ibadah umrah, Juli lalu. Ibunya pun berjanji akan men doakannya bisa ke Tanah Suci tahun ini. Sekembalinya sang ibu dari umrah, tak berapa lama, ia diminta bosnya ikut menjadi tim MCH. `'Saya sempat kaget juga, karena masih banyak senior saya yang lebih lama bekerja. Tetapi, koksaya yang ditunjuk.
Alhamdulillah ternyata ini merupakan rezeki saya dan barang kali juga karena doa ibu saya,'' kata ayah dari seorang anak ini.
Bagi Eka, menunaikan ibadah haji itu sungguh sebuah panggilan. Walaupun dua kali sempat batal berangkat, ia yakin jika Allah sudah memanggilnya, rezeki ke Tanah Suci tak akan ke mana-mana.
Apa yang dialami Eka, juga terjadi pada saya, 10 tahun yang lalu. Kantor saya selalu meminta wartawan membuat paspor agar sewaktu-sewaktu siap ditugaskan ke luar negeri. Namun, saya tetap tak pernah mengurus paspor. Saya baru mengurus paspor setelah benar-benar ada kepastian bahwa saya lolos seleksi untuk menjadi tim MCH 2014.
Pada 2005, saya sempat mendaftar untuk haji dengan biaya awal Rp 2 juta. Namun pada 2006, musibah gempa bumi menimpa kakak saya sekeluarga. Rumahnya hancur dan tak bisa ditinggali sama sekali. Mereka butuh biaya banyak dan kebetulan tabungan saya tinggal tabungan haji.
Saya pun mengambil tabungan haji itu untuk bisa membantu kakak. Bagi saya uang tersebut akan lebih bermanfaat.
Awal Mei, pimpinan saya menelepon mengabari jika saya akan didaftarkan menjadi tim MCH tahun ini. Saya pun dimitanya mengirim persyaratan dan akan mengikuti serangkaian tes.
Saat menyampaikan tawaran dari kantor itu kepada suami, Alhamdulillah dia mengizinkan. Setelah melalui seleksi, alhamdulillah saya lolos. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, bisa menunaikan ibadah haji tahun ini.
Meskipun sebagai petugas MCH yang hajinya "abidin kosasi" (atas biaya dinas ongkos dikasih), alhamdulillah keinginan saya pergi ke Makkah dikabulkan Allah SWT. Sungguh, menunaikan ibadah haji itu betul-betul merupakan panggilan Allah SWT. rep: Neni Ridarineni ed:andi nur aminah