Oleh: Neni Ridarineni(Wartawan Republika) -- ''Ibu mau dibikinkan minum, teh atau kopi?'' tanya seorang temus (tenaga musiman) bagian pelayanan umum dengan ramah dan sopan kepada setiap petugas PPIH (Panitia Penyelenggara Ibadah Haji) yang bekerja di kantor Daerah Kerja (Daker) Makkah.
Keramahan itu juga saya rasakan saat berkunjung ke salah satu sektor pemondokan jamaah haji Indonesia di Makkah. Seorang temus bernama Ridwan mengaku, setiap tahun saat musim haji selalu mendaftar menjadi temus. ''Sekarang, persyaratan menjadi temus lebih sulit dan saingannya banyak. Setahu saya, dari sekitar 800 orang yang mendaftar, hanya sekitar separuhnya yang diterima. Alhamdulillah, saya lolos seleksi,'' katanya sambil tersenyum.
Selain untuk mendapat tambahan penghasilan, bagi Ridwan, menjadi temus juga memberinya kesempatan untuk membantu warga Indonesia yang menunaikan ibadah haji. ''Nanti, kalau ibu ada apa-apa dan ingin memerlukan informasi, hubungi saya ya. Siapa tahu saya bisa membantu karena saya sudah lama di sini dan banyak informasi yang saya ketahui,'' kata pria asal Cianjur kepada Republika sambil memberikan nomor kontaknya.
Menjadi temus saat musim haji merupakan hal yang menggembirakan bagi beberapa warga negara Indonesia yang sudah lama tinggal di Arab Saudi. ''Selain bisa mendapat penghasilan tambahan, juga ingin bekerja yang barokah dengan membantu saudara-saudara saya dari Indonesia,'' tutur Adnan, temus lainnya. Saat ini, Adnan sedang menyelesaikan pendidikan tingkat doktoralnya di King Saud University, Riyadh.
Pada setiap musim haji, Kementerian Agama (Kemenag) selalu merekrut sejumlah warga Indonesia yang tinggal di Arab Saudi untuk menjadi temus. Karena sudah lama tinggal di Arab Saudi dan bisa berbahasa Arab, mereka sangat membantu petugas dan jamaah haji Indonesia yang pada umumnya tidak bisa berbahasa Arab,.
''Tahun ini, ada sekitar 800 orang Indonesia di Arab Saudi yang mendaftar menjadi temus. Dengan proses seleksi yang ketat, hanya 533 orang yang diterima menjadi temus pada tahun ini,'' kata Kepala Bagian Humas Kemenag Rosidin kepada Media Center Haji (MCH), Sabtu (6/9).
Dia mengatakan, ada seleksi khusus yang cukup ketat untuk menjaring para temus. Banyak faktor yang dinilai, antara lain, kemampuan berbicara dua bahasa, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Arab, pengetahuan tentang ibadah haji, dan pengetahuan serta pengalaman di Arab Saudi.
''Dedikasi dan komitmen melayani itu jelas. Sehingga, sering ada petugas temus yang hampir setiap tahun selalu terpilih menjadi petugas temus, seperti halnya Adnan, selama studi di Arab Saudi tiga tahun ini selalu menjadi petugas temus,'' kata Rosidin.
Saat pertama kali menjadi petugas temus, Adnan hanya ditunjuk karena waktu itu mahasiswa Indonesia yang kuliah di Arab Saudi ditunjuk secara bergiliran menjadi temus. Tapi, dua tahun ini dia melamar menjadi petugas temus ketika pengumuman lowongan di website Kemenag.
''Di samping bisa mendapat penghasilan, juga sebagai ibadah karena bisa membantu saudara-saudara kami dari Indonesia,'' kata Adnan.
Selain Ridwan dan Adnan, saya juga berkenalan dengan temus lainnya, Atang. Ia sudah 17 tahun tinggal di Arab Saudi, tepatnya di Jeddah, dan setiap tahun selalu menjadi temus di bagian pelayanan umum. ''Selama menjadi temus, apa pun saya kerjakan, termasuk bersih-bersih ruangan, kamar, mencuci piring, dan sebagainya. Bekerjanya selama 12 jam, yakni dari pukul 07.00-19.00 atau dari pukul 19.00-07.00.''
Ingin tahu berapa honor yang mengalir ke kantong Atang dari pekerjaan sambilan ini? ''Saya mendapat honor sekitar Rp 700 ribu per hari,'' tuturnya sembari mengulung senyum.