Kamis 25 Sep 2014 13:00 WIB
Safa Marwa

155 Bus Shalawat Beroperasi di Makkah

Red:

MAKKAH — Sampai saat ini sudah 155 unit bus Shalawat yang beroperasi untuk transportasi jamaah Indonesia dari pemondokan ke Masjidil Haram atau sebaliknya. Jumlah armada tersebut merupakan gabungan yang rutenya di dalam terowongan maupun di luar terowongan.

''Seluruh armada ada 145 bus yang rutenya di dalam terowongan dan 45 bus yang rutenya di luar terowongan,'' kata Kepala Seksi Transportasi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja (Daker) Makkah Suhendro Wagiono Irsyad, Selasa (23/9) petang. 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:AMR ABDALLAH DALSH/X02182

Bus Haji(Ilustrasi)

Waktu terpadat jamaah yang dibawa bus, kata dia, adalah menjelang shalat Subuh, setelah shalat Zhuhur, dan setelah shalat Ashar. Di samping itu, kata dia, pada shalat Jumat, kepadatan jamaah juga tinggi dengan tujuan Masjidil Haram.

''Karena itu, apabila mau shalat Jumat ke Masjidil Haram, berangkatnya harus dua jam sebelum waktu shalat dimulai,'' saran dia. Biasanya, pada saat padat jamaah, selalu terjadi desak-desakan ketika jamaah naik bus di terminal. Untuk itu, pada jam-jam padat, ada penambahan tenaga yang semula bertugas di kantor Daker Makkah, kemudian ditugaskan ke terminal.

Sebetulnya, sejak awal, untuk petugas transportasi sudah kekurangan tenaga, katanya. Usulan petugas transportasi untuk sopir mencapai 240 orang dan yang dipenuhi 179 orang. Sedangkan, di setiap bus hanya ada satu petugas transportasi, yakni hanya sopir. Padahal, kata Suhendro, seharusnya di setiap bus ada satu orang petugas lagi sebagai kernet agar jamaah tak salah naik bus dan mengatur jamaah masuk dan keluar bus.

''Tahun lalu juga tidak ada kernetnya sehingga masalahnya selalu terulang. Karena itu, untuk jamaah haji tahun depan, saya mengusulkan agar di setiap bus Shalawat ada kernetnya atau paling tidak dua bus Shalawat ada satu kernet,'' kata Hendro.

Lebih lanjut, dia mengatakan, bus Shalawat untuk transportasi jamaah haji Indonesia berasal dari dua perusahaan, yakni Rawahell dan Saptco. Untuk Saptco, ada 54 armada sedangkan sisanya  bus Rawahell. Bus Rawahell ini sekitar 80 persen sopirnya adalah orang Sudan. Sedangkan, bus Saptco sekitar 80 persen sopirnya orang Indonesia.

Hendro mengatakan, pihaknya sudah mengusulkan agar bus Rawahell sopirnya banyak orang Indonesia, tetapi dari perusahaan tetap saja menggunakan sopir dari Sudan. Sopir bus Rawahell yang berasal dari Sudan sering menimbulkan masalah. Kalau sudah waktunya ganti sopir dan sopir yang penggantinya belum datang, bus ditinggal begitu saja dan membeli bensin pada saat jam-jam macet.

''Mereka sudah kami pesan kalau membeli bensin jangan pas jam-jam macet, tetapi tetap saja membelinya pas jam macet dan mau habis. Hal ini yang mengakibatkan para jamaah haji Indonesia menunggu bus lama,'' jelas dia. rep:neni ridarineni ed: dewi mardiani

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement