Senin 06 Oct 2014 15:00 WIB

HUT Megah TNI, Kapal Merugi

Red:

Hari Ulang Tahun ke-69 Tentara Nasional Indonesia (TNI) digadang-gadang bakal menjadi yang termegah sepanjang sejarah berdirinya NKRI. Pada puncak acara yang dilangsungkan 7 Oktober di Surabaya, masing-masing angkatan TNI akan memamerkan alutsista berkekuatan penuh.

TNI AL, misalnya, memboyong tiga bintang baru kapal perang mereka. Di antaranya, KRI Bung Tomo-357, KRI John Lie-358, dan KRI Usman Harun-359. "Semua akan lakukan demo alutsista, baik yang upacara maupun yang demonstrasi," ujar KSAL Laksamanan TNI Marsetio dalam geladi kotor HUT ke-69 TNI di Markas Komando Armada Indonesia Kawasan Timur (Koarmatim), Surabaya, Sabtu (4/10). Di samping sarana-prasarana, Marsetio melanjutkan, juga akan ada berbagai atraksi dari prajurit TNI AL.

Dari TNI AD, 3.000 prajurit direncanakan ambil bagian dalam terjun payung kolosal. "Kami akan tampilkan sesuatu yang tak pernah dilakukan pada ulang tahun sebelumnya sejak masa kemerdekaan," ujar KSAD Jenderal TNI Gatot Nurmantyo. Berbagai persenjataan milik TNI AD juga akan diboyong.

Tak ketinggalan, TNI AU juga menyertakan pesawat-pesawat tempur tercanggih yang mereka miliki. Dilaporkan, 60 pesawat akan memamerkan kebolehannya di langit Selat Madura. HUT TNI megah yang dilakukan kali ini disebut merupakan kado perpisahan untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ia dianggap berjasa memajukan TNI selama 10 tahun pemerintahannya.

Di samping publik yang antusias menunggu berlangsungnya HUT ke-69, ada juga sejumlah masyarakat yang mengeluh. Di antaranya, para penumpang pesawat komersial dari dan tujuan Bandara Juanda Surabaya yang kerap mengalami keterlambatan dalam beberapa hari terakhir.

Pengusaha kapal melalui Indonesia National Shipowners Association (INSA) Surabaya mengalkulasikan kerugian Rp 1 miliar hingga Rp 2 miliar terkait kegiatan menjelang HUT ke-69 TNI. Ketua DPC Surabaya INSA Stenvens H Lesawengen menerangkan, angka kerugian itu dipicu beban kalangan pengusaha yang harus menanggung biaya sandar ekstra di Pelabuhan Tanjung Perak.

Mereka juga harus membayar biaya bahan bakar minyak lebih banyak. "Soalnya, kapal lebih boros BBM akibat mengejar ketertinggalan jadwal di pelabuhan selanjutnya," ucapnya.

Kepala Humas PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III (Persero) Cabang Tanjung Perak Dhany R Agustian mengatakan, kapal internasional sulit mengatur ulang jadwal layanan. Apalagi, hal itu berkaitan dengan pelabuhan asal atau penerima lainnya, seperti Singapura dan Australia.

Secara umum, kata dia, pelaksanaan geladi kotor maupun bersih yang dilaksanakan TNI mampu memengaruhi waktu tunggu kapal. Apabila waktu tunggu untuk sandar berkisar dua-tiga hari, akibat penutupan sementara di Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) memerlukan hingga empat hari.

Penutupan APBS juga berdampak pada kondisi zona labuh Pelabuhan Tanjung Perak. Menurut Dhany, jumlah kapal yang menumpuk di Tanjung Perak sudah mencapai tiga kali lipat kapasitas.

Menjelang HUT ke-69 TNI Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Perak Surabaya mengeluarkan surat edaran berisi permintaan agar kapal yang melintas menghentikan aktivitasnya di APBS pada 24-25 September 2014 mulai pukul 06.00-11.00 WIB. Lalu, pada 29 September, 1-6 Oktober mulai pukul 06.00. rep:c54/antara ed: fitriyan zamzami

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement