Jika early warning systemkebakaran hutan tak jalan, Mei akan gawat.
JAKARTA -- Tanpa keberadaan early warning system(EWS) ditingkat provinsi atau kabupaten, dikhawatirkan Mei akan menjadi titik puncak kebakaran hutan. EWS untuk mendeteksi hotspotsaat ini dimiliki oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, masih berada di pusat.
"Ini harus kita putuskan segera, memang tidak ada jalan lain. Sebab, Mei akan lebih gawat," ujar Siti, Jumat (18/3). Ia mengingatkan, El Nino sudah akan habis pada April dan La Nina sudah mulai muncul pada Mei.
Siti melihat adanya dana desa yang mengalir di beberapa wilayah sebagai peluang. Dana itu bisa dikembangkan untuk bisa membuat EWS dengan melibatkan partisipasi warga.
Saat ini, Siti sendiri mencatat sudah ada beberapa titik panas di beberapa wilayah, seperti Riau satu titik, Kaltim 10 titik, dan Pekanbaru dua titik. Namun, Siti menilai, angka ini menurun dibandingkan tahun lalu, Kaltim sendiri sebelumnya per pekan bisa mencapai seratus titik panas.
Siti mengatakan, salah satu antisipasi jangka pendek yang disiapkannya adalah membuat sekat kanal. Memanfaatkan musim hujan saat ini, sekat- sekat kanal ini akan diisi dengan air dan akan langsung disalurkan ke lahan gambut. Rekayasa lahan gambut ini dinilai bisa meminimalkan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dengan menambah kelembapan tanah.
"Sekat kanal kita intensifkan. Kita gunakan dana desa untuk bisa menyelesaikan itu," ujar Siti. Selain itu, untuk memperhemat EWS, Siti mengerahkan beberapa droneuntuk melihat potensi titik api.
Ia menilai, dengan droneini jauh lebih hemat dan efisien ketimbang menggunakan helikopter. Namun, di beberapa provinsi potensi karhutla sudah disiapkan beberapa helikopter angkut berat untuk bisa digunakan sewaktu- waktu jika kebakaran terjadi.
Saat ini, Siti mencatat sudah ada beberapa titik panas di beberapa wilayah, seperti Riau satu titik, Kaltim 10 titik, dan Pekanbaru dua titik. Namun, ia menilai, angka ini menurun dibandingkan tahun lalu, Kaltim sendiri sebelumnya perpekan bisa mencapai seratus titik panas.
Bantuan helikopter Jumat lalu BNPB menyatakan akan mengirimkan empat helikopter ke Provinsi Riau untuk membantu menanggulangi karhutla. "BNPB menjanjikan kita untuk mengirimkan empat helikopter ke Riau. Saat ini tengah mengurus izin administrasinya," kata Kepala BPBD Riau Edwar Sanger di Pekanbaru.
Ia menjelaskan, izin yang sedang diurus BNPB adalah flight clearance dan security clearance. Menurut dia, empat jenis helikopter yang dijanjikan BNPB tersebut merupakan jenis yang besar, yang dapat digunakan multifungsi seperti pengeboman air dan transportasi prajurit.
"Ada empat jenis helikopter yang besar seperti Super Puma dan MI 171,"
ujarnya. Menurut Edwar, keempat heli tersebut nantinya akan disiapkan di Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin Pekanbaru sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan bila terjadi karhutla.
"Untuk berapa lama helikopter itu di sini, tergantung kondisi kebakaran di Riau. Mudah-mudahan tidak seperti tahun lalu," jelasnya.
Ia mengatakan, saat ini Satgas Karhutla Riau masih mengandalkan helikopter bantuan dari dua perusahaan kertas untuk melakukan pemadaman api melalui jalur udara.
Kepala BNPB Willem Rampangilei seusai mengunjungi lokasi kebakaran lahan dan hutan di wilayah pesisir Riau mengatakan, akan mengerahkan bantuan pinjaman helikopter untuk water bombingdan teknik modifikasi cuaca. rep: Intan Pratiwi/antara, ed: Nina Chairani