Sabtu 02 Jan 2016 17:36 WIB

Manusia Pengembara

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Suatu hari, Rasulullah SAW memegang pundak Abdullah bin Umar. Beliau SAW kemudian berpesan, "Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau pengembara."

Rupanya putra Umar bin Khattab itu sangat ter kesan dengan ucapan singkat Rasulullah hingga dia berkata, "Jaga nikmat hidupmu sebelum ajal menjemputmu." Demikian pula seharusnya ki ta. Bukankah setiap capaian dunia hanyalah hal te demi halte untuk sampai pada terminal akhir kehidupan, yaitu kematian?

Pada hakikatnya, manusia memang hanya musafir. Hingga Ibnul Qayyim, berkata, "Manusia sejak tercipta di lahir kan untuk menjadi pengembara."

Sifat pengembara dalam diri manusia merupakan sebuah keniscayaan kehidupan sebagaimana di ung kap kan Imam Syafii, "Bahkan, seekor singa tidak akan pandai memangsa jika tidak hidup di hamparan bumi yang luas dan anak panah tak akan menemui sasarannya bila tak pernah dilepas kan dari busurnya."

Sayangnya, sifat pengembaraan manusia sering membuatnya alpa dalam pengembaraannya di padang sabana kehidupan. Manusia menjadi rakus dalam berburu rezeki.

Manusia berpikir, rezeki adalah uang. Padahal, sebuah cinta dari seorang istri pun adalah rezeki. Bukankah Rasulullah SAW menyebut cinta Khadijah dengan berkata, "Aku telah diberi rezeki dengan cintanya."

Sering kali manusia tak pandai bersyukur atas karunia rezeki yang melimpah. Padahal, Allah ber janji untuk memberi lebih jika seorang hamba pandai bersyukur. Ibnul Qa y yim ber kata, "Andai seorang hamba mendapat rezeki dunia dan seluruh isinya kemudian dia berkata `al hamdulillah', niscaya pemberian Allah padanya dengan ucapan hamdallah itu akan lebih besar dari seluruh dunia dan seisinya. Mengapa? Sebab, segala kenikmatan dunia akan berakhir, se men tara pahala atas ucapan tahmid itu kekal hingga hari akhir."

Manusia memang sering mengalami krisis ke yakinan soal rezeki. Krisis itulah yang mengantarkan manusia menjadi serakah, korup, manipulatif, dan merampas hak-hak orang lain.

Wallahu a'lam.

Oleh Inayatullah HAsyim 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement