Berlari telah menjadi tren olahraga segala usia. Selain murah, olahraga ini juga mudah dilakukan. Di samping itu, berlari termasuk aktivitas yang menyehatkan, menyenangkan, dan tanpa diskriminasi. Akan tetapi, berlari bisa menimbulkan masalah kesehatan walaupun tidak mengkhawatirkan atau mengancam jiwa.
Dokter spesialis bedah ortopedi dr L Andre Pontoh SpOT(K) menjelaskan salah satu masalah terjamak pada pelari, yakni cedera lutut. Orang yang mengalaminya sering kali mengabaikan keluhannya sendiri. Padahal, cedera lutut tak boleh dianggap remeh. Bila tidak ditangani dengan benar, cedera lutut dapat membahayakan kesehatan lutut dan menimbulkan disfungsi lutut.
"Lebih dari 41 persen pasien cedera lutut di Jakarta Knee and Shoulder Orthopaedic Sports Center disebabkan terutama oleh olahraga yang melibatkan gerakan lari dan lompat, seperti bola kaki, futsal, basket, dan bela diri," ujarnya kepada wartawan dalam acara press gathering dengan tema "Mengatasi Cedera Lutut pada Olahraga Lari" yang diselenggarakan RS Pondok Indah-Pondok Indah, Kamis (10/7) silam, di Jakarta.
Cedera saat melakukan olahraga memang kerap terjadi ketika seseorang tidak melakukan tahapan olahraga dengan benar. Cedera dapat dialami oleh siapa pun. Anak-anak maupun orang dewasa, baik pelari profesional ataupun orang awam, memiliki risiko yang sama jika tak melakukan tahapan olahraga dengan benar.
Saat terkena cedera lutut, kebanyakan orang menyepelekan kondisinya. Mereka mengira hanya keseleo saja. Namun, sesungguhnya sering kali keseleo ini menjadi sangat serius karena bisa menyebabkan cedera pada tulang rawan sendi, meniscus, dan urat (ligamen).
Cedera pada lutut dapat menyebabkan kerusakan pada tulang (patah tulang) atau kerusakan pada jaringan lunak, misalnya putusnya ligamen. Cedera olahraga yang paling sering, yakni cedera pada jaringan lunak di daerah lutut. Kerusakan jaringan lunak di daerah lutut dapat terjadi pada otot, selaput sendi lutut, bantalan sendi, ligamen, dan tulang rawan sendi.
Cedera pada otot dapat disebabkan peregangan yang berlebihan atau trauma langsung pada otot yang menyebabkan robekan di otot. Sedangkan, kerusakan pada selaput sendi lutut dapat menyebabkan gangguan kestabilan sendi. "Jika terjadi di daerah tempurung lutut maka akan terjadi dislokasi dari tempurung lutut," kata Andre yang juga konsultan kedokteran olahraga.
Andre menjelaskan bahwa cedera pada tulang rawan sendi atau patello femoral pain syndrome (PFPS) dapat terjadi karena satu trauma (single trauma) yang disebabkan cedera atau keseleo. Tapi, cedera pada tulang rawan sendi juga bisa diakibatkan oleh trauma berulang (repeated trauma). Penyebab trauma berulang ada beberapa hal, misalnya berolahraga tanpa pemanasan yang cukup, berolahraga secara berlebihan, ada bakat kaki O atau X, sering memakai high heels, serta riwayat tempurung sering lepas (dislocated knee cap). rep:desy susilawati ed: reiny dwinanda
***
Cedera Tulang Rawan Sendi
Tulang rawan sendi adalah struktur yang melindungi permukaan tulang di dalam sendi. Tulang inilah yang membuat sendi dapat bergerak dengan mulus. Kerusakan di tulang rawan sendi dapat menyebabkan gangguan gerakan sendi lutut.
Gejala cedera pada tulang rawan sendi mula-mula hanya seperti pegal, kemudian jadi lebih mengganggu, seperti bunyi pada sendi lutut, nyeri pada bagian depan lutut. Pasien sulit melipat lutut dengan penuh. Misalnya, ketika ia berdiri, kemudian duduk dan berdiri lagi, lututnya akan terasa sakit (sendi lutut kaku). Lalu, ketika naik turun tangga, lutut akan terasa nyeri. "Ini karena ada perlukaan sendi pada daerah lutut ke pusat," ujar Andre.
Selain itu, cedera pada meniscus atau bantalan sendi lutut juga rentan terjadi terutama pada saat lutut terpuntir. Cedera pada struktur yang berbentuk seperti cincin dan berfungsi sebagai penahan benturan ini sangat sering terjadi. Sebagian besar kasusnya terjadi karena olahraga, lutut terpuntir mendadak. Selain lari, olahraga yang sering menyebabkan cedera meniscus, antara lain, sepak bola, futsal, tenis, badminton, dan bola basket.
Gejala yang timbul sering dianggap sebagai keseleo biasa karena pasien masih bisa berjalan. Namun, keadaan akan menjadi buruk karena akan timbul gejala nyeri di sendi yang makin hebat sehingga penderita pun menjadi pincang dan sendi lututnya sulit untuk digerakkan. Ada kalanya, sendi lutut tidak dapat diluruskan dan tidak dapat dilipat. Terkadang pasien merasa ada yang bergerak-gerak di dalam sendi. Jika didapat gejala-gejala tersebut, segera datang ke dokter untuk periksa.
Andre mengungkapkan bahwa ligamen di lutut ada empat buah. Dua di antaranya terdapat di luar sendi lutut, letaknya di sisi kiri dan kanan lutut. Keduanya disebut ligamen kolateral. Lantas, dua lainnya ada di dalam sendi lutut, yakni ACL (anterior cruciate ligamen) dan PCL (posterior cruciate ligamen). Keempat ligamen ini mempunyai peran sangat penting dalam menjaga kestabilan sendi lutut.
***
Cedera ACL
Cedera lutut yang paling banyak terjadi oleh para pelari, yakni adalah pada urat anterior cruciate ligament (ACL), urat di dalam sendi yang menjaga kestabilan sendi lutut. Cedera ACL selain karena lari, bisa juga disebabkan oleh high impact sports, seperti sepak bola, futsal, tenis, badminton, bola basket, dan bela diri. ACL dapat cedera akibat gerakan yang mendadak berhenti kemudian lutut terpuntir. "Pada saat cedera biasanya pasien akan mendengar suara seperti ada yang patah dalam sendi dan saat itu tiba-tiba pasien merasa kehilangan tenaga dan langsung jatuh," kata Andre.
Kadang-kadang setelah beberapa saat, pasien dapat berjalan kembali tapi pincang. Sendi lututnya akan sulit digerakkan karena terasa nyeri. Kondisi itu diikuti dengan munculnya bengkak. Setelah cedera, satu sampai dua hari berikutnya sering kali masih dapat berjalan seperti biasa. Keadaan ini bukan berarti ACL sudah sembuh.
Pada perkembangannya, pasien akan merasakan bahwa lututnya tidak stabil, gampang goyang, dan sering timbul nyeri. Dengan cedera ACL, pasien sulit sekali untuk dapat melakukan aktivitas high impact sports.
***
Pertolongan Pertama
Ketika mengalami cedera lutut saat olahraga, tindakan awal yang bisa Anda lakukan, yakni mengompresnya dengan es. Setelah itu, istirahatlah. Balut atau bebet bagian yang cedera supaya tidak begitu bengkak. Lantas, tinggikan posisi yang cedera supaya tidak terlalu bengkak.
Sebagian besar cedera karena olahraga lari tidak memerlukan tindakan operasi. Akan tetapi, dibutuhkan diagnosis yang akurat dan penanganan dini secara tepat untuk membantu pemulihan cedera. Andaikan penanganannya membutuhkan tindakan operasi, pasien akan lebih nyaman tanpa operasi konvensional dengan luka yang lebar. Sekarang sudah diterapkan teknik operasi arthroscopy, yaitu teknik operasi luka kecil. Lukanya hanya berukuran sekitar satu cm.
Saat melakukan arthrosopy, dokter memperbaiki bagian lutut yang cedera dengan bantuan kamera yang dimasukkan ke sendi lutut. Dengan begitu, dokter dapat melihat dengan jelas kerusakan-kerusakan dalam sendi. Saat yang bersamaan, dokter melakukan terapi. Teknik operasi ini dapat mengurangi komplikasi pascaoperasi dan menyenangkan untuk pasien karena nyeri jauh lebih ringan jika dibandingkan dengan teknik operasi konvensional yang mempunyai luka yang lebar. "Keuntungan lainnya adalah pemulihan pasien menjadi lebih cepat," ujarnya.