Dunia hijab sudah tak asing lagi bagi Restu Anggraini. Maklum saja, perempuan kelahiran 18 Maret 1987 ini sudah mulai menutup auratnya sejak SMP. Menurutnya, hijab adalah benteng untuk mempertebal iman dan takwanya kepada Allah SWT.
Maka, ketika memutuskan untuk menggeluti dunia desain, pilihannya pun jatuh pada rancangan beragam busana Muslim. Desainer lulusan sekolah mode ESMOD Jakarta ini pun mengaku tertarik pada dunianya itu sejak lama. Bergabung dalam Hijabers Community membuat langkahnya kian lebar.
Bahkan, dia dan kedua temannya sempat membuat label baju Muslim, Mainland Heritage. Sungguh tak disangka, busana karyanya itu diterima baik para //fashionista//. Alhasil, pekerjaan yang semula dianggap sampingan ini perlahan mampu meyakinkan Restu untuk berkarier di dalamnya. "Kalau mau bisnis kita sukses, jangan setengah-setengah menjalankannya, harus total," ujar perempuan bertubuh mungil ini.
Terbukti berkat totalitasnya itu, ia mampu mengembangkan sayap labelnya, yakni The Restu Anggraini (RA) dan ETU. Namun, rupanya tidak mudah untuk menapaki karier di dunia desain busana itu. Restu pun harus menghadapi berbagai tantangan yang tidak mudah.
Misalnya, cukup banyak yang menjiplak karya Restu. Meski harganya lebih murah, kualitas barang "aspal" tersebut berbeda jauh dengan miliknya. "Awalnya sebal, tapi mau bagaimana lagi. Saya cuma ikhlas, anggap saja ini berarti karya saya banyak yang suka," ucapnya.
Belum lagi adanya pandangan sebelah mata dari masyarakat. Sikap meremehkan ini dirasakannya sejak meniti karier sebagai desainer yang berniat untuk melangkah ke kancah internasional.
Dia sendiri merasa seharusnya seluruh lapisan masyarakat mendukung karya anak negeri yang bisa membawa nama harum Indonesia di kancah dunia. Sebab, menurutnya kualitas produk asli Indonesia layak diperhitungkan di kancah global. "Tapi, sikap meremehkan justru datang dari masyarakat kita sendiri," kata Restu menyesalkan.
Restu memang selalu menyimpan besar kariernya itu. Bahkan, ia sempat mengutarakan obsesinya itu kepada sang suami. "Enak kali ya kalau suatu saat bisa menggelar fashion show di luar negeri," ucapnya.
Ternyata Restu mampu mewujudkan impiannya itu, yakni memamerkan rancangan busana Muslimnya di ajang fashion bergengsi Mercedes-Benz Fashion Week Tokyo 2015.
Dengan keberhasilan itu, Restu berhasil membuktikan bahwa karya desainer Indonesia tidak kalah dengan produk dari luar negeri. Maka, dia pun mengimbau agar masyarakat dan pemerintah percaya pada kemampuan anak bangsa dan mendukung penuh langkah mereka. Desainer lokal, kata dia, memerlukan dukungan mental untuk menapaki karier globalnya. Toh saat ini busana Muslim dari Indonesia cukup mendapat tempat di mata dunia.
Satu buktinya, ada warga Bahrain yang sangat mencintai produk busana Muslim Indonesia. "Dia sering memborong baju Muslim dari Indonesia lewat online. Dia juga minta saya dan desainer lain mengadakan pameran di sana. Mudah-mudahan bisa terlaksana," ucap Restu. Oleh Qommarria Rostanti ed: Endah Hapsari