Gizi seimbang dibutuhkan anak untuk tumbuh kembangnya. Salah dalam memberikan asupan gizi membuat anak mengalami gangguan perkembangannya.
Dokter spesialis tumbuh kembang anak, Ahmad Suryawan, mengatakan bahwa Indonesia saat ini mempunyai dua masalah terkait nutrisi atau gizi anak. Yaitu, kurang gizi atau buruk (under nutrition) dan gizi lebih atau kegemukan (over nutrition). Keduanya ancaman serius terhadap kualitas tumbuh kembang anak.
Menurutnya, data riset kesehatan dasar (Riskesda) pada 2007, 2010, dan 2013 menunjukkan tren permasalahan malnutrisi menjadi tantangan besar pada tahap milestone usia anak. "Sehingga, upaya dilakukan dengan keterlibatan orang tua untuk memberikan nutrisi seimbang dalam jumlah, jenis, jadwal, dan cara yang sesuai dengan tahapan usia anak," ujar Wawan, panggilan akrab Ahmad Suryawan, pada workshop bertema "Managing Nutrition for Children to Embrace The new Parenting Trends", di Bali pekan lalu.
Dijelaskan, berdasarkan Riskesda, kondisi tersebut terjadi sejak anak masih dalam usia kandungan. Terbukti prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) belum diturunkan secara signifikan dan pada level 10 hingga 11 persen. Sementara, ketika anak pada usia balita, permasalahan tidak hanya pada menurunkan prevalensi gizi kurang (13,0 - 13,9 persen) dan gizi buruk (5,4 - 5,7 persen). Pada saat bersamaan Indonesia berhadapan dengan semakin meningkatnya prevalensi anak kegemukan (11,9 - 14 persen).
Demikian pula menjelang berakhirnya usia anak, yaitu saat remaja 16 - 18 tahun, prevalensi remaja gemuk meningkat drastis dari 1,4 persen pada 2010 menjadi 7,3 persen pada 2013.
Untuk mengatasi hal tersebut, ada solusi yang dilakukan. Yaitu, mengedukasi kepada provider, komunitas, dan orang tua memberikan nutrisi yang tepat bagi anak. "Yaitu, jangan lebih dan kurang," papar Wawan.
Solusi lainnya adalah gerakan nasional untuk monitoring pertumbuhan anak. Hal ini penting untuk mengetahui perkembangan anak secara jelas sesuai dengan usianya. Jika ada kelainan maka dicari solusinya.
Orang tua, tuturnya, harus mengetahui fase pertumbuhan anaknya sedini mungkin. Karena, berpengaruh terhadap pertumbuhannya. Pada usia 0 - 6 tahun anak mengalami pertumbuhan cepat. Usia 6 - 12 tahun pertumbuhannya datar. Dan, pada usia 12 - 18 tahun anak mengalami pertumbuhan cepat.
Pada usia 0 - 6 tahun pertumbuhan otak anak mencapai 95 persen. Di atas usia 6 tahun, perkembangan otaknya hanya lima persen. Karena itu, usia 0 - 6 tahun fase penting bagi anak atau windows of opportunity. Pada masa ini nutrisi dan eksperimen orang tuanya dibutuhkan anak.
Sementara itu, Public & Regulatory Affairs Director Friesland Campina Consumer Product Asia Hendro H Poedjono mengatakan bahwa masalah nutrisi anak menjadi tantangan besar pemerintah dan kalangan swasta. Dalam hal ini pihaknya melakukan berbagai kegiatan untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan melakukan gerakan minum susu setiap hari untuk anak cerdas aktif Indonesia (nusantara). Kegiatannya berupa edukasi gizi terhadap anak-anak termasuk kantin sehat di sekolah yang bekerja sama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Pihaknya mengajak anak-anak aktif dalam kegiatan di outdoor. "Anak-anak perlu diajak bermain di luar ruangan agar kebutuhan vitamin D-nya terpenuhi. Selain itu juga agar terhindari dari kegemukan karena aktivitas fisiknya terjaga," jelasnya.
Dalam skala global dan regional, lanjut Hendro, pihaknya mendukung upaya mengatasi masalah kekurangan dan kelebihan gizi anak-anak di Asia.
Alami pergeseran
Sedangkan, Project Ditector Cultural Intelligence at Flamingo Singapura Preeti Varma menyatakan bahwa pola asuh orang tua terkait pemenuhan gizi anak kini mengalami pergeseran. Fakta menyebutkan, 80 persen ibu di Asia Tenggara menggunakan internet lebih banyak ketika menjadi orang tua. Mayoritas menggunakan internet untuk mengunjungi situs komunitas dan blog tentang parenting.
Semakin luas akses informasi dicerna orang tua membuat mereka menjadi khawatir dan tidak mampu mencukupi kebutuhan anaknya. 'Pola asuh menjadi over protective," katanya.
Orang tua, lanjut Preeti, penting menjadi bagian dari era modern karena dipandang sebagai bentuk kepedulian terbaik dengan memberikan yang lebih unggul bagi anak. Hal ini berlaku untuk mainan, pakaian, makanan, hingga pola asuh anak. rep:anjar fahmiarto Ed:khoirul azwar