Senin 11 Aug 2014 13:30 WIB
jurnal

Akhir Kisah HIV/AIDS

Red:

Kasus-kasus HIV/AIDS di negara berkembang, termasuk Indonesia, diklaim menurun dan mengecil angka kematiannya. Ragam pengobatan terbaru terus ditemukan dan cenderung diterapkan secara terbuka, sehingga ampuh menanggulangi penyakit yang menyerang daya tahan tubuh tersebut.

"Studi baru secara besar-besaran menjelang akhir era MDG ini mendokumentasikan kemajuan terakhir yang mengesankan dalam menanggulangi HIV, pada khususnya, serta menunjukkan bahwa masih banyak upaya yang perlu dilakukan," ujar peneliti University of Melbourne Prof Alan Lopez.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:M RISYAL HIDAYAT/ANTARA

Seorang perempuan yang tergabung dalam Aliansi Wanita dan Waria Surabaya (AWWS) melakukan aksi simpatik peduli HIV AIDS di Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, Rabu (30/11) malam.

 

Salah satu pendiri Studi Beban Penyakit Global (GBD) ini melihat, HIV/AIDS berdampingan dengan malaria dan tubercolusis (TBC) sebagai penyebab utama masalah kesehatan di negara-negara miskin. Ia membeberkan, HIV/AIDS tidak terekam di Indonesia hingga 2000. Padahal,  wabah ini telah berkembang dengan luar biasa selama dekade terakhir.

Kematian akibat HIV/AIDS di Indonesia  meningkat 87,5 persen per tahun dalam periode tersebut, angka kenaikan yang tertinggi di dunia.

Tahun lalu, 14.446 orang Indonesia, hampir 70 persennya laki-laki meninggal akibat HIV/AIDS. Antara 2000 dan 2013, jumlah kasus baru meningkat tiap tahun 28,1 persen. Tahun  tahun lalu saja ada 45.159 kasus baru yang terekam.

Meskipun peningkatannya luar biasa, angka kematian dan insiden HIV/AIDS di Tanah Air  masih jauh di bawah rata-rata global. Angka kematian akibat HIV/AIDS di Indonesia masih lebih kecil dari sepertiga angka rata-rata dunia, yaitu 5,7 kematian per 100 ribu di Indonesia dibandingkan 18,5 secara global. Angka tadi didapat per  22 Juli.

The Lancet memublikasikannya melalui sebuah studi, Analisis Sistematik untuk Studi Beban Penyakit Global 2013. Para peneliti mencatat, salah satu pencapaian utama dalam kesehatan global pada dekade lalu adalah menurunnya biaya yang digunakan untuk menyelamatkan satu tahun kehidupan secara komparatif.

Pada 2013 sekitar  30 juta orang di  dunia yang hidup dengan HIV/AIDS, 1,8 juta kasus infeksi baru, dan 1,3 juta kematian akibat penyakit tersebut. Puncaknya, pada 2005 saat HIV/AIDS mengakibatkan 1,7 juta kematian.

Insiden HIV/AIDS global mencapai puncaknya pada 1997 dengan 2,8 juta kasus infeksi baru dan saat ini menurun 2,7 persen per tahun sejak tercapainya angka puncak tersebut. Wabah ini masih terpusat di wilayah Afrika sub-Sahara. Angka prevalensi yang tertinggi terdapat di Botswana, Lesotho, dan Swazilandia (di atas 12 ribu per 100 ribu orang).

Ketua International AIDS Society Francoise Barre-Sinoussi mengatakan, segala metode pengobatan HIV/AIDS telah diterapkan. "Akan ada obat HIV baru yang tahan lebih lama, jika berhasil, ini  menjadi berkah bagi para pengidap HIV karena obat ini hanya disuntikkan sekali setiap tiga bulan," tutur Barre-Sinoussi, seperti dikutip dari ABC Australia, pekan lalu.

Peraih nobel di bidang obat-obatan dan kesehatan pada 2008 tersebut mengungkap, temuan ini adalah proses yang bagus untuk mencapai target HIV-AIDS terkontrol pada 2030.  rep:indah wulandari  Ed:khoirul azwar

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement