REPUBLIKA.CO.ID, Arus perkembangan teknologi informasi dan komunikasi bergerak sangat cepat. Dalam waktu yang tak begitu lama, perubahan dan teknologi terbaru terus bermunculan. Evolusi, bahkan revolusi dalam teknologi ini mau tak mau harus diikuti.
Masih belum bisa dilupakan dalam ingatan, pada awal dekade 2000 teknologi telepon seluler mulai banyak dipakai masyarakat Indonesia. Kala itu, layanan dasar yang paling banyak dipakai baru sebatas untuk bertelepon. Dalam waktu relatif singkat, fitur text message alias SMS kemudian menjadi favorit dan menggantikan fitur voice calling.
Kini, SMS mulai ditinggalkan, tergantikan oleh layanan messaging service yang banyak disediakan melalui jaringan mobile data. “Kini terasa era 2G mulai pudar, digantikan 3G, dan tak lama lagi 4G pun bisa dinikmati,” ujar Ketua Komisi Tetap Kadin Indonesia Bidang Telekomunikasi Johny Swani Sjam.
Riset terbaru yang dilakukan Frost and Sullivan memaparkan jumlah pengguna ponsel di dunia mencapai 6,5 miliar dan pengguna internet 2,5 miliar. Di Indonesia, merujuk perbandingan dari tahun ke tahun, pendapatan operator dari layanan suara semakin berkurang. Sebaliknya, layanan data merangsek naik hingga 38,2 persen pada 2012.
Melihat angka pengguna data yang semakin naik, juga jumlah smartphone yang kian banyak dimiliki masyarakat, menuntut para operator selular agar bisa memberikan layanan yang lebih maksimal lagi. “Kebutuhan akses mobile data yang mumpuni sudah sangat mendesak,” kata Johny.
Persiapan menuju 4G
Pengguna ponsel yang menggunakan jaringan 2G terlihat jumlahnya semakin menurun. Jumlah jaringan yang bahkan sudah ditambah frekuensinya pun semakin lama tak bisa lagi mengakomodasi kebutuhan para pelanggan. Inilah saatnya teknologi terbaru jaringan harus segera diaplikasikan, yaitu long term evolution (LTE) atau yang dikenal dengan jaringan 4G.
Beberapa negara sudah mulai mengaplikasikan jaringan teknologi generasi keempat ini, begitu juga handset terbaru yang diluncurkannya. Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Sudah siapkah kita menyambut teknologi jaringan terbaru tersebut?
Direktur Network Telkomsel Abdus Somad Arief mengatakan, Telkom dan Telkomsel jauh-jauh hari mempersiapkan diri untuk menyambut era 4G. “Kami telah menyiapkan konsep yang cocok untuk digital lifestyle di era 4G nanti, yaitu dengan konsep device network application (DNA),” ujar dia.
Adapun Xl Axiata, menurut President Director dan CEO-nya, Hasnul Suhaimi, jaringan 4G nantinya bisa disalurkan melalui spektrum 700 mHz. Spektrum ini paling cocok dengan kondisi geografis Indonesia karena mampu menawarkan coverage paling luas jika dihitung dari pemanfaatan base station di setiap jarak 10 kilometer persegi. “Perangkatnya juga telah mendukung, kini hanya perlu menunggu pemerintah membebaskan spektrum ini,” kata dia.
Operator CDMA juga tak mengelak dengan kebutuhan 4G iTU. Chief Technology Officer Smartfren Telecom Merza Fachys mengatakan kebutuhan untuk bertransformasi ke 4G memang harus dilakukan. Pasalnya, semua informasi telah tersedia dalam format digital dan ini membutuhkan layanan data. Kebutuhan pengguna data itu dicirikan dengan high speed, full coverage, low latency, dan full mobility.
Penyedia layanan telekomunikasi, kata Merza, harus bisa menangani semua kebutuhan tersebut merata di semua tempat tanpa kecuali. Teknologi jaringan CDMA yang diimplementasikan Smartfren kini sampai pada jaringan 1X Advance dan DO Advance, serta telah mentok dalam memberikan layanan data yang maksimal pada pelanggannya. “Untuk, itu kita tak boleh lagi menunda, 4G harus dimulai dari sekarang,” kata dia.
Trafik data melonjak
Pengguna telekomunikasi, menurut data Ericsson, telah memasuki era network society. Volume trafik data meningkat dua kali lipat selama 2012. Di Indonesia, pelanggan mobile telah melampaui jumlah penduduknya. Ini berarti satu orang mempunyai lebih dari satu handset yang tersambung pada internet.
“Mereka ini membutuhkan mobile broadband yang lebih cepat dan baik agar bisa menggunakan aplikasi canggih berbasis cloud tanpa hambatan di setiap lokasi,” ujar Vice President Region South East Asia and Oceania Ericsson Fadi Pharaon.
Prioritas yang perlu dilakukan operator nantinya adalah bagaimana caranya agar bisa menyediakan layanan mobile data yang lebih cepat dan kapasitas lebih besar. Di sisi lain, ada tantangan untuk menurunkan biaya per megabit dan mengoptimalkan investasi. Dalam era LTE, perangkat yang diperlukan mesti bisa menciptakan jaringan berkecepatan tinggi dan responsif, bahkan sejak awal pelanggan menggunakannya.
Pemerintah telah melakukan berbagai persiapan awal untuk menyambut datangnya era 4G. Dirjen Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) M Budi Setiawan mengatakan bahwa sektor teknologi informasi komunikasi (TIK) ini dibutuhkan karena sanggup memberikan kontribusi ekonomi dan sosial yang signifikan.
Mengingat pentingnya sektor tersebut, ujar Budi, pemerintah perlu mengembangkan regulasi untuk memberikan kepastian hukum bagi pemanfaatan spektrum yang lebih efisien. Regulasi sebelumnya, UU No 36/1999 dan PP 53/2000, dinilai perlu diubah. “Di sana belum ada regulasi tentang spektrum sharing, MVNO, pembagian infrastruktur, penggunaan spektrum yang fleksibel, dan masalah lainnya yang perlu dibenahi lagi,” ujar dia.
Selain regulasi yang harus disusun untuk mendukung tersedianya broadband 4G, pemerintah masih menghadapi beberapa kendala lain terkait penyediaan spektrum. Padahal, di negara lain penambahan spektrum telah dilakukan dengan broadband yang bervariasi dan cukup besar. Spektrum 700 Mhz dinilai menjadi pilihan terbaik untuk kapasitas dan jangkauan penerapan teknologi LTE. n rosita budi suryaningsih ed: budi raharjo
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.