Selasa 23 Apr 2013 01:33 WIB
Investasi

Investasi Asing ke Indonesia Melambat

Investasi (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf
Investasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan adanya perlambatan investasi asing yang masuk ke Indonesia. Meskipun demikian, investasi secara keseluruhan meningkat 30,6 persen dari Rp 71,2 triliun pada triwulan I 2012 menjadi Rp 93 triliun pada periode yang sama tahun ini.

Kepala BKPM Chatib Basri menyatakan, meningkatnya realisasi investasi karena BKPM telah melakukan beberapa upaya perbaikan iklim investasi. "Antara lain dengan menyederhanakan perizinan penanaman modal," ujarnya, Senin (22/4).

Berdasarkan data BKPM, penanaman modal dalam negeri (PMDN) meningkat 39,6 persen Rp 27,5 triliun pada triwulan I 2013 dari Rp 19,7 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Investasi PMDN terbanyak disalurkan ke sektor pertambangan dan sektor transportasi, gudang, serta telekomunikasi yang masing-masing mencapai Rp 6 triliun.

Selanjutnya, industri makanan sebanyak Rp 4 triliun dan industri logam dasar, barang logam, mesin, dan elektronik sebanyak Rp 1,8 triliun. Sedangkan sektor listrik, gas, dan air sebanyak Rp 1,7 triliun. Investasi ini masih terfokus di Jawa, terutama Jawa Timur yang mencapai Rp 9 triliun. Disusul Kalimantan Timur Rp 4,8 triliun, Kalimantan Selatan Rp 3,4 triliun, Sumatra Utara Rp 2 triliun, dan DKI Jakarta senilai Rp 1,9 triliun.

Peningkatan juga dialami oleh penanaman modal asing (PMA). Namun, pertumbuhannya lebih lambat ketimbang PMDN yaitu hanya 27,2 persen menjadi Rp 65,5 triliun dari Rp 51,5 triliun pada tahun sebelumnya. Sama dengan PMDN, sektor pertambang mendapatkan investasi terbanyak yaitu mencapai 1,4 miliar dolar Amerika Serikat (AS).

Disusul industri kimia dasar, barang kimia, dan farmasi sebanyak 1,2 miliar dolar AS dan industri logam dasar, barang logam, mesin, dan elektronik sebanyak satu miliar dolar AS. Sedangkan industri alat angkutan dan transportasi lainnya sebanyak 0,9 miliar dolar AS dan industri kertas, barang, dan percetakan 0,6 miliar dolar AS.

PMA paling banyak disalurkan ke Jawa Barat sebanyak 1,3 miliar dolar AS. Selanjutnya, Banten 1,1 miliar dolar AS, Papua 0,8 miliar dolar AS, Jawa Timur 0,6 miliar dolar AS, dan Riau 0,6 miliar dolar AS. Jepang menjadi negara yang menginvestasikan dananya paling banyak di Indonesia yaitu mencapai 1,2 miliar dolar AS. Disusul AS senilai 0,9 miliar dolar AS, Korea Selatan sebanyak 0,8 miliar dolar AS, Singapura sebanyak 0,6 miliar dolar AS, dan Inggris sebanyak 0,5 miliar dolar AS.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan, perlambatan tersebut wajar mengingat kondisi perekonomian global belum sepenuhnya pulih. Namun, pelaksana tugas menteri keuangan ini meyakini akan ada peningkatan realisasi investasi di tiga kuartal selanjutnya. "Tapi, tanda-tanda investasi penurunan ini harus kita waspadai," katanya.

Menurutnya, untuk mengatasi perlambatan tersebut, pemerintah akan mempercepat perbaikan  penyelesaian daftar negatif investasi (DNI).  Di samping memberikan berbagai macam insentif fiskal untuk mendorong investasi.

Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Bambang Brodjonegoro menambahkan, pihaknya mendorong investasi asing memberikan manfaat di sisi hulu, alih-alih hilir. Dengan demikian, sektor riil Indonesia bisa semakin tergarap.

Bambang menjelaskan, dalam mendorong investasi dapat diupayakan dari sisi fiskal. Meskipun demikian bentuk insentif yang akan diberikan masih dalam pembahasan internal Kemenkeu. Selain insentif, Bambang mengatakan, investasi dapat meningkat apabila didukung oleh iklim investasi yang baik. n muhammad iqbal/C62 ed: fitria andayani

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement