REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kaum hawa menyemut di Jakarta Convention Center, Jakarta, Sabtu (1/6). Sejak pagi, mereka datang berbondong-bondong dalam ajang Indonesia Islamic Fashion Fair (IIFF) 2013 yang digelar sejak 30 Mei hingga hari ini.
Pergelaran fashion Muslim yang diadakan untuk keempat kalinya ini menyuguhkan 182 merek busana Muslim karya anak negeri. Hampir semua yang dibutuhkan wanita ada di sini, mulai dari pakaian, aksesori, kosmetik, hingga makanan kuliner. Setiap stan dibuat apik dengan warna-warna bernuansa kalem, seperti merah muda, ungu, atau oranye salem, dilengkapi dengan aksesori bunga-bunga, payet-payet, hingga warna blink-blink.
Ketua Umum IIFF Irna Mutiara mengatakan, kegiatan ini juga merupakan momentum lahirnya banyak desainer muda bertalenta dan bersyariah. Merek busana karya desainer kenamaan hadir di IIFF, seperti Dian Pelangi, Ali Charisma, Jenahara, Ria Miranda, Up2Date, Hauri Collection, juga Jadeera Peggy Melati Sukma.
Pihaknya, kata Irna, menargetkan transaksi sebesar Rp 3 miliar selama empat hari penyelenggaraan IIFF. Ia sangat optimistis bisa melebihi target. Pasalnya, tahun ini tenant yang berpartisipasi makin banyak. Tahun lalu, transaksi mencapai sekitar Rp 2 miliar dari 120 tenant.“Tahun ini diharapkan menjadi ajang yang dapat meningkatkan pertemuan pedagang dengan pembeli sehingga wirausahawan semakin bertambah juga,” kata Irna kepada Republika.
Tak hanya desainer ternama, karya desainer-desainer muda lain pun mulai bermunculan dengan kualitas dan variasi yang tidak kalah menarik. Seorang desainer muda, Restu Anggraeni (26 tahun), mengaku senang karena IIFF menjadi ajang bagi para desainer baru memperkenalkan karyanya kepada masyarakat banyak, khususnya Muslimah. “Bagus banget ini jadi wadah juga untuk ikut menggaungkan Indonesia sebagai kiblat tren fashion Muslimah,” kata desainer yang mulai terjun ke dunia fashion sejak empat tahun lalu ini.
Desainer muda lain yang baru berusia 20 tahun, Aprilia, pun mengamininya. Ia berharap karya-karya desainer dalam negeri bisa menjadi ratu di negeri sendiri dan menjadi perwakilan membanggakan Indonesia di kancah dunia. “Semoga bisa menjadi perwakilan Indonesia untuk memasarkan produk-produk dalam negeri,” katanya.
Selain bazar busana Muslim, digelar juga lomba rancang busana Muslim yang mengusung tema “Eco Centric Ethno Chic”. Ajang ini dimaksudkan untuk mengangkat potensi budaya lokal yang dapat diolah secara kreatif dan ramah lingkungan.
Digelar juga seminar bertema “Blending Culture into Fashion”. Ada juga Zoya Clinic Hijab dan talkshow Trend Make Up 2014 oleh Wardah. Seminar dan talkshow ini mengajak pengunjung untuk menerjemahkan budaya ke dalam produk fashion dengan desain yang diterima oleh masyarakat global.
Parade busana Muslim pun menampilkan deretan koleksi dari merek dan desainer dengan semangat muda. Seperti, Anggia Handmade, Aprilia, Up2U, Folk Cloth, dan Mocca. Dilanjutkan dengan parade merek Ita Zahra, NRL, Andinara, Errin Ungaru, Rya Baraba, Qonita Gholib, dan Hauri. n c70, ed:subroto
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.