REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Ratusan aktivis politik dan pengacara hak asasi manusia menggelar pawai dukungan terhadap Edward Snowden, pengungkap aksi mata-mata Amerika Serikat (AS) terhadap jutaan nomor telepon dan surat elektronik (e-mail) yang dilakukan oleh Badan Keamanan Nasional (NSA) AS. Aksi dukungan terhadap Snowden itu digelar di pusat Kota Hong Kong, Sabtu (15/6).
Mereka memusatkan aksi protes di depan Kantor Konsulat AS di bekas koloni Inggris itu yang kini menjadi bagian dari pemerintah Cina. Dalam tuntutannya, mereka menyerukan penolakan terhadap operasi mata-mata yang dilakukan pemerintah AS terhadap Cina dan Hong Kong. Sebagian demonstran lainnya mengusung tema politik dan kebebasan berpendapat.
"Tahan Obama, bebaskan Snowden!" begitu salah satu seruan mereka di luar gedung berwarna biru yang dijaga ketat polisi Hong Kong tersebut. Sejumlah pemrotes membentangkan spanduk bertuliskan "Obama periksa e-mail kamu" dan "Sang Abang mengawasi Anda".
Dalam komentar pertamanya terkait kasus Snowden, pemimpin Hong Kong Leung Chun-ying mengatakan pemerintah Hong Kong akan menangani kasus ini sesuai dengan hukum yang berlaku. "Bila mekanisme dijalankan sesuai aturan, pemerintah Hong Kong akan menangani kasus Snowden mengacu pada prosedur hukum di Hong Kong," kata Leung. "Pemerintah juga akan menindaklanjuti insiden yang terjadi berdasarkan pada hak dan privasi institusi atau perorangan yang dilanggar di Hong Kong."
Sejumlah demonstran menyerukan dukungan bagi bekas pegawai kontrak Badan Intelijen Pusat AS (CIA) yang membocorkan informasi program penyadapan yang diberi kode Prism itu. Pria berusia 29 tahun itu kini tak lagi diketahui keberadaannya setelah meninggalkan Hotel Mira di Hong Kong pada pekan lalu. Snowden diketahui berada di Hong Kong sejak 20 Mei 2013.
Hanya 300
Di Washington, berdasarkan laporan yang diperoleh Reuters, pemerintah AS diketahui hanya menelisik setidaknya 300 nomor telepon di antara jutaan sadapan telepon yang dilakukan oleh NSA sepanjang tahun 2012. Pemeriksaan terhadap rekaman dari 300 nomor telepon yang disadap itu untuk mendetailkan informasi yang mereka curigai.
Hasil dari sadapan terhadap telepon dan e-mail oleh NSA tersebut tidak hanya membawa penyelidik badan keamanan itu pada kesimpulan siapa otak serangan sistem subway di New York pada 2009, tapi juga mengarah pada salah satu konspirator aksi teror itu.
Laporan itu juga mengungkap bagaimana NSA bisa melacak Najibullah Zazi, imigran asal Afghanistan yang pada 2009 ditahan karena merencanakan pengeboman terhadap sistem subway di New York. Zazi divonis bersalah dalam kasus ini. Pelacakan Zazi yang tinggal di Kolorado, AS, itu dilakukan melalui penyadapan telepon dan e-mail oleh NSA. n ap ed: nur hasan murtiaji
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.