REPUBLIKA.CO.ID, KARAKAS -- Konfrontasi verbal antara negara-negara Amerika Latin dan Amerika Serikat (AS) terus memanas. Belum usai dengan tuduhan dan kemarahan Bolivia, kali ini Venezuela menuntut sang negara adikuasa untuk meminta maaf atas tuduhan penghinaan kenegaraan.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro menuntut Presiden AS Barack Obama meminta maaf atas ucapan salah satu pejabatnya saat berpidato di Senat. Pejabat itu, Samantha Power, yang juga calon dubes AS di PBB, mengatakan telah terjadi pemberangusan hak-hak sipil di ibu kota Venezuela, Karakas.
Dalam sidang di Capitol Hill, Power mengatakan bahwa hak-hak sipil di Venezuela sangat tidak dihormati. Kata dia, rezim pengganti mendiang Hugo Chavez itu semakin tidak dapat memberikan jaminan terselenggaranya hak-hak sipil.
Karena itu, Power berjanji untuk melawan Venezuela di setiap forum internasional. ''Kecuali jika mereka (Venezuela) mau bekerja sama untuk kemajuan bersama,'' ujar Power, seperti dilansir Reuters, Jumat (19/7). Tuduhan represif bukan saja dilayangkan untuk Venezuela, negara-negara seperti Iran, Kuba, dan Rusia juga mendapat tudahan serupa darinya.
''Saya ingin mengoreksi langsung sikap pemerintah AS atas pernyataan-pernyataan yang tidak bertanggung jawab itu,'' ujar Maduro, Kamis (18/7). Menurut Maduro, pernyataan pejabat tinggi AS tersebut adalah tuduhan tanpa satu pun bukti-bukti.
''Power mengatakan, ia akan melawan sikap represif Venezuela terhadap rakyatnya sendiri. Apanya yang represif? Tidak ada yang represif di negara kami,'' ujar Maduro. Pemimpin Venezuela ini pun balik menuduh bahwa AS selama ini mengekang kebebasan warganya sendiri. Itu tampak dari upaya keras AS untuk memburu pembocor data intelijen Badan Keamanan Nasional AS (NSA), Edward Snowden.
Maduro, yang selama ini kerap bersuara keras terhadap AS, juga mengutuk sikap rasisme yang tumbuh subur di negara adidaya itu. Dalam hal ini, Maduro menyindir keputusan pengadilan di Negara Bagian Florida terhadap George Zimmerman yang divonis bebas Sabtu (13/7) pekan lalu, setelah dituduh membunuh seorang kulit hitam, Trayvon Martin. n bambang noroyono ed: wachidah handasah
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.