Jumat 13 Sep 2013 03:37 WIB
Keuangan Syariah

Islamfobia Hambat Pertumbuhan Keuangan Syariah

Logo National Bank of Commerce (NBC), salah satu bank syariah di Tanzania.
Foto: nbctz.com
Logo National Bank of Commerce (NBC), salah satu bank syariah di Tanzania.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Islamfobia dapat menghambat ekspansi keuangan syariah global. Sebagian masyarakat Barat masih menganggap kaum Muslim sebagai teroris, sehingga mereka enggan menggunakan segala produk yang berkaitan dengan Islam.

Presiden Universitas Keuangan Syariah Global (INCEIF) Daud Vicary Abdullah mengatakan dalam rangka mempromosikan keuangan syariah di dunia, kebutuhan pertama yang harus dilakukan adalah mengubah persepsi tentang Islam dan keuangan syariah. “Kita bisa mengubah ini melalui pendidikan,” kata Abdullah, seperti dikutip Hurriyet Daily News, Kamis (12/9). Dengan pendidikan tersebut, masyarakat harus dapat membantah ketika mereka mendengar sesuatu yang salah tentang dunia Muslim.

Keuangan syariah menonjol di Barat dan dianggap sebagai alat investasi berisiko rendah saat terjadi krisis ekonomi global. Presiden Turki Abdullah Gul Sytem mengatakan, saat sistem keuangan internasional sedang direstrukturisasi, inilah saatnya alternatif keuangan syariah dipromosikan.

Dia pun menyerukan pembentukan lembaga-lembaga dan instrumen baru untuk resolusi dan mengidentifikasi keuangan syariah sebagai suplemen positif sistem keuangan saat ini. Gul memuji perkembangan sektor keuangan syariah di Turki dalam tiga dekade terakhir.

Senada dengan Abdullah, Profesor Keuangan di Universitas Bond Australia Mohamed Ariff mengatakan, perkembangan perbankan syariah hanya mampu berkembang secara perlahan karena Islamfobia. Dia mencatat negara-negara Muslim, seperti Turki, Indonesia, dan Arab Saudi adalah anggota G-20 yang mendorong beberapa prinsip perbankan syariah.

Ariff mengatakan, perbankan syariah baru saja dimulai di Turki. “Saat Uni Eropa berupaya mengatasi krisis, ekonomi Turki akan tumbuh lebih besar lagi,” ucapnya seperti dikutip World Bulletin.

Profesor Keuangan Universitas New Orlans, Amerika Serikat, Kabir Hassan mengatakan, setelah krisis ekonomi dunia, para pembuat kebijakan mulai berpikir tentang bagaimana memodifikasi sistem perbankan konvensional dan memandang perbankan syariah sebagai alternatif. Dampak krisis politik di Timur Tengah terhadap keuangan syariah bergantung pada bagaimana krisis akan berakhir. Di Tunisia, Aljazair, dan Libya regulasi keuangan syariah akan lebih banyak dibanding Suriah dan Mesir.

Sepuluh tahun lalu, keuangan syariah di Turki banyak mengalami pembatasan. Tapi, karena situasi politik kini telah berubah, minat masyarakat terhadap keuangan syariah pun dapat tumbuh. Hassan mengatakan, dalam memperluas keuangan syariah di dunia, perlu menyelaraskan peraturan, mengembangan produk dan membangun lembaga pendidikan. n qommarria rostanti ed: irwan kelana

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement