REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Partai Kristen Demokrat (CDU) akhirnya kembali menang dalam pemilu parlemen, Ahad (22/9). Berdasarkan exit poll partai yang dipimpin Kanselir Angela Merkel ini menghimpun 41,5 persen dukungan suara pemilih. Ini angka terbesar yang berhasil mereka raih sejak 1990. Kemenangan ini mengantaran Merkel untuk ketiga kalinya memegang jabatan kanselir. “Kami punya mandat memimpin pemerintahan di bawah Angela Merkel,” kata Menteri Lingkungan Peter Altmaier.
Meski demikian, Merkel harus merombak koalisi pemerintahannya kelak. Sebab, Free Democrat (FPD), mitra koalisinya selama ini, hanya meraih suara 4,8 persen. Mereka tak mencapai ambang batas untuk memiliki kursi di parlemen.
Perolehan FPD turun drastis dibandingkan pemilu 2009, yaitu 14,6 persen. “Ini masa terpahit dan paling menyedihkan buat partai kami,” kata Ketua FPD Philipp Roesler. Sementara, partai penantang utama, Sosial Demokrat (SPD), meraup 25,7 persen suara. Partai Hijau 8,4 persen. Turun dari pemilu 2009 yang mencapai 10,7 persen. Partai Kiri 8,6 persen suara. Merkel mengakui menghadapi tantangan yang sulit. Hal itu ia ungkapkan ketika Ahad malam ditanya apakah dia berencana merangkul partai lainnya.
“Mungkin kita tak akan menemukan seseorang yang bisa melakukan apa pun dengan kami,” kata Merkel. Menurut Volker Kauder, ketua fraksi CDU di parlemen, ada dua kemungkinan koalisi, yaitu dengan SPD atau Partai Hijau.
Merkel dalam posisi sulit. Bila ia mengajak SPD dalam koalisi pemerintahan, ia dituntut berkorban. Ia mesti memberi sejumlah pos di kabinetnya dan tentu saja kompromi dalam kebijakan. Selama kampanye, SPD menghendaki pos menteri keuangan.
Dalam kebijakan ekonomi, mereka mendesak penetapan upah minimum pekerja dan pajak tinggi bagi orang kaya. Padahal, kebijakan-kebijakan itu tak disukai Merkel. Tak heran, Wakil Ketua SPD Manuela Schwesig terwujudnya koalisi dua partai ini sangat sulit.
“Kalau membandingkan isu yang kami usung dan fokus CDU selama kampanye, koalisi besar tampaknya sangat sulit,” kata Schwesig kepada RBB-Inforadio. Meski demikian, Ketua SPD Sigmar Gabriel tak menutup sama sekali pembicaraan dengan Merkel.
Di sisi lain, ia mengungkapkan bisa jadi kehilangan jutaan suara pendukungnya ketika bergabung dengan Merkel. SPD akan melakukan pertemuan pada Jumat mendatang. Agendanya, membicarakan mengenai opsi apakah bergabung atau tidak dengan Merkel. Para pengamat menyatakan, butuh waktu berbulan-bulan untuk memutuskan koalisi. Bagi mereka, ini pembicaraan koalisi paling alot sepanjang sejarah politik di Jerman.
Jajak pendapat menggambarkan, publik Jerman akan menyambut baik koalisi kubu kiri dan kanan. Ini diwakil oleh SPD dan CDU. Mereka berharap, SPD sedikit memperlunak kebijakannya. Misalnya, soal langkah Merkel tetap berada di zona Euro.
Alternatif lain Merkel adalah membangun kebersamaan dengan Partai Hijau. Sayangnya, mereka telah menutup pintu koalisi dengan CDU. “Saya tak bisa membayangkan koalisi semacam itu,” kata anggota parlemen partai tersebut, Renate Kuenast. n ichsan emrald alamsyah/ap/reuters ed: ferry kisihandi
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.