REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei Institut Riset Indonesia memprediksi tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu Presiden 2014 menurun dibandingkan Pilpres 2009 menjadi 51,3 persen. Tingkat partisipasi pemilih cenderung turun sebesar 2-20 persen dan itu menurun pada pilpres.
"Sebanyak 51,3 persen responden menyatakan akan menggunakan hak pilihnya di Pilpres 2014," kata Peneliti Insis Mochtar W Oetomo di Jakarta, Ahad (12/1).
Dia menjelaskan, dalam survei itu disebutkan sebanyak 38,22 persen responden tidak menjawab. Selain itu, sebanyak 10,46 persen responden tidak akan menggunakan hak pilihnya. "Pertanyaan diajukan sebelum responden memiliki referensi nama tokoh nasional atau sebelum pertanyaan soal popularitas diajukan kepada responden," ujarnya.
Mochtar mengatakan, sebanyak 59,9 persen responden menjawab tidak tahu ketika ditanya akan menggunakan hak pilihnya atau tidak pada Pilpres 2014. Selain itu, menurut dia, sebanyak 9,06 persen responden menilai ingin perubahan, 8,31 persen memilih karena kewajiban sebagai warga negara, dan 8,13 persen memiliki kesadaran karena memiliki hak pilih.
"Sebanyak 6,07 persen responden menilai ingin menyukseskan pilpres, sebanyak 4,29 persen memilih untuk perkembangan demokrasi, dan 4,2 persen akan melihat situasi nanti," ujarnya.
Dia menilai, tingkat partisipasi pemilih dalam pilpres terus menurun sejak 2004. Menurut Mochtar, dalam Pilpres 2004 putaran pertama, partisipasi pemilih sebanyak 78 persen, dan di putaran kedua menurun menjadi 75 persen. "Lalu di Pilpres 2009 tingkat partisipasi pemilih sebanyak 72,10 persen," katanya.
Padahal, kata dia, keterlibatan warga negara dalam pemilu sangat penting agar tidak kembali terjerumus dalam sistem demokrasi kartelis. “Jika tingkat partisipasi terus menurun, maka menjadi peringatan dini bagi perkembangan demokrasi Indonesia,” ujarnya.
Menurut dia, partisipasi politik dalam negara demokrasi merupakan indikator implementasi penyelenggaraan kekuasaan negara tertinggi yang sah oleh rakyat. Dia menilai, diperlukan jalan keluar dan strategi khusus untuk meningkatkan partisipasi pemilih. "Bola terbesar di parpol, dengan memperbaiki kinerja, memperbaiki perilaku, dan melahirkan serta menawarkan tokoh alternatif," ujarnya.
Survei itu dilakukan dari 4 Desember 2013 hingga 8 Januari 2014 di 34 Provinsi di seluruh Indonesia dengan metode multistage random sampling.
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Husni Kamil Manik mengakui partisipasi masyarakat dalam Pemilihan Umum 2014 akan menurun. KPU memberi target partisipasi pemilu kali ini sebesar 75 persen.
Menurut Husni, jika acuannya adalah pesta demokrasi 2009, partisipasi pemilih memang lebih rendah, yakni pada pemilu legislatif sebesar 70,99 persen, dan pemilihan presiden sebesar 72,56 persen. Akan tetapi, pada pemilu 2004 lalu, tingkat partisipasi jauh lebih besar, yakni 84,07 persen untuk pileg dan 77,44 persen untuk pilpres.
Pada pemilu awal reformasi, tingkat partisipasi pemilih jauh lebih tinggi, yakni 93,30 persen. "Ini memberi kita gambaran untuk sosialisasi pemilu harus lebih baik," ujar Husni. Kata dia, sosialisasi pemilu tersebut tak bisa dilakukan sendirian oleh KPU.
Gelaran pemilu 2014 diadakan selama dua periode. Periode awal adalah pemilihan legislatif untuk mengisi kursi DPR, DPD, DPRD Provinsi, serta DPRD di tingkat kabupaten dan kota. Pileg terjadwal pada 9 April. Untuk pemilih di luar negeri, pileg terjadwal pada 30 Maret sampai 6 April. Sementara, untuk pemilihan presiden jatuh pada 9 Juli. n riga nurul iman/antara ed: muhammad fakhruddin
Data grafik (untuk kutipan)
Partisipasi Pemilih di Pilpres Pascareformasi
Pemilu 2004 sebesar 77,44 persen
Pemilu 2009 sebesar 72,56 persen
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.