Rabu 12 Feb 2014 12:01 WIB

Anggaran Baru KPU Belum Mendesak

KPU
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
KPU

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Indonesian Corruption Watch (ICW) meminta agar Komisi Pemilihan Umum (KPU) punya alasan tepat soal permintaan anggaran baru kepada Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Wakil Kordinator ICW Ade Irawan mengatakan, jika tidak ada yang mendesak, sebaiknya pemerintah urung mencairkan permintaan dana tersebut.

“Kita pernah punya pengalaman buruk terhadap KPU yang lama, terkait pengelolaan anggaran yang rawan,” kata dia, saat ditanya di Jakarta, Ahad (23/2). Menurut Ade, KPU sebaiknya menjelaskan secara terperinci tentang kebutuhan belanja dalam anggaran baru senilai Rp 1,7 triliun yang dimintakan.

Menurut dia, masyarakat meresahkan adanya penyalahgunaan anggaran baru tersebut. Kecurigaan itu pantas lantaran di Kemenkeu sendiri punya alokasi anggaran cadangan pemilu yang besar.

Lagi pula, kata dia, pengawasan penggunaan di KPU tingkat bawah memang minim. “Kita semua patut untuk mengawasi keuangan KPU ini. Dana KPU itu sudah terlalu besar,” kata dia.

Direktur Program Transparency International Indonesia (TII) Ibrahim Fahmi Badoh menambahkan, Kemenkeu sebaiknya selektif memenuhi permintaan anggaran yang dimintakan oleh penyelenggara pemilu. Bahkan, kata dia, sebaiknya dianulir saja.

Sebab, menurut dia, APBN 2014 sudah memenuhi semua kebutuhan KPU sebagai penyelenggara pemilu. “Kita tunggu saja KPU untuk memberi penjelasan dana baru ini untuk apa saja. Jika tidak ada yang mendesak, perlu pengawasan khusus,” kata dia.

KPU mengajukan nilai anggaran baru senilai Rp 1,7 triliun untuk kebutuhan pemilu. Nilai permintaan itu di luar anggaran untuk KPU senilai Rp 14,4 triliun dalam APBN 2014. Selain KPU, beberapa instansi yang terkait dengan pemilu juga meminta tambahan dana, seperti Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).

Ketua KPU Husni Kamil Manik menjelaskan, dana tambahan yang diminta KPU tersebut adalah untuk biaya honor perlindungan masyarakat (Linmas) dan penambahan anggaran untuk TPS senilai Rp 250 ribu per TPS, serta untuk menambah upah para komisioner KPU se-Indonesia. Husni mengatakan, KPU memang kekurangan anggaran untuk menyelenggarakan pemilu. n bambang noroyono ed: m ikhsan shiddieqy

Informasi dan berita lainnya silakan dibaca di Republika, terimakasih.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement