Sabtu 12 Nov 2016 14:00 WIB

Saudagar Muslim Harus Bangkit

Red:

Ada 10 elite strategis dalam sebuah bangsa. Mereka adalah ulama, politikus, cendekiawan, profesional, pendidik, birokrat, pekerja sosial, budayawan, tentara, dan pengusaha. Dari semua itu, hanya pengusaha yang belum dikuasai umat Islam di Indonesia.

Paparan tersebut diuraikan Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas dalam Pleno 1 Rakornas kedua Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI) di Sofyan Hotel Betawi, Jumat (11/11).

Menurut Buya Anwar, partisipasi Muslim dalam dunia usaha masih minor. Padahal, Muslim adalah mayoritas di negeri ini. Mereka yang menguasai ekonomi, papar Anwar, bisa menjadi penentu negeri. Nilai ekonomi Muslim Indonesia menurut Pak Habibie hanya tiga hinga lima persen. Menurut Chairul Tanjung, nilai ekonomi Muslim tak lebih dari 20 persen. Tapi, kemungkinan riilnya sekitar 10 persen, ungkap Anwar.

Adapun yang dirindukan umat adalah pemimpin yang didukung para pengusaha Muslim pula. Maka, umat Islam harusnya bisa membangkitkan ekonominya. Pernah menjabat sebagai ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Muhammadiyah, Anwar justru merasa gagal. Saya rasa gagal karena tak melahirkan pengusaha, ujar Anwar. Dari pengamatannya, ada budaya pegawai yang sulit didobrak pada umat.

Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie menjelaskan, penguasa riil kehidupan berbangsa sekarang bukan hanya pejabat negara, melainkan juga masyarakat sipil, pasar, dan media.

Persepsi benar dan salah kini dibentuk media. Siapa yang menguasai media, dia yang berkuasa. Maka, penguasaan media setelah abad 20 jadi pekerjaan rumah sendiri.

Penguasa kedua adalah kekuatan dunia usaha. Dunia usaha amat berperan dalam menghidupi umat. Negara bisa memberi gaji lima juta orang saja. Sisanya oleh dunia usaha. Ini tidak bisa dianggap enteng, kata Jimly.

Hari ini pun pemilik modal makin kuat dalam politik yang terbukti dengan kemenangan Donald Trump dalam Pemilu AS pada 8 November 2016. Managed politic dan democration incorporated adalah hal serius, ujarnya.

Ketua Umum Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI) Ilham Habibie menjelaskan, di awal Republik Indonesia berdiri, umat kekurangan dari sisi pendidikan, gizi, dan hal lainnya. Tetapi, pada era saat ini, satu demi satu persoalan itu sudah dilewati. Indonesia juga sebenarnya tidak tergolong negara miskin dan sudah masuk negara berpenghasilan menengah bawah.

Tapi, di sisi ekonomi, pemerataannya masih belum terasa. Di sana perjuangan untuk umat harus diintensifkan. Umat harus membuka mata untuk melakukan praktik terbaik berperan dalam ekonomi. Kita gunakan teknologi untuk berinovasi agar bisa membuat umat, terutama yang berwirausaha, bisa memiliki daya saing tinggi. Indonesia masih lemah di sisi ini, kata Ilham.

Ilham menyebut, 99,6 persen usaha di Indonesia adalah UMKM. Ilham menilai Indonesia tak perlu malu soal itu. Sebab, ekonomi negara maju seperti Jerman pun sebagian besarnya ditopang UMKM. Tapi, UMKM Indonesia dan Jerman beda karakter dan kemampuan.

Maka, ujar Ilham, ISMI fokus pada pemberdayaan ekonomi umat, salah satunya melalui pemberdayaan UMKM. Apa pun yang akan dilakukan, ini untuk umat dan fokus pada UMKM. Ke depan, semua usaha, termasuk UMKM, harus fokus pada teknologi untuk menyelesaikan masalah, kata Ilham. Inovasi yang ada juga harus dicoba. Hubungkan inovasi dengan wirausaha agar manfaat inovasi tersebut bisa dibuktikan.

Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia KH Ma'ruf Amin mengatakan, keberadaan ISMI diharapkan jadi landasan kebangkitan para pengusaha Muslim. Kalau lihat mulanya, yang membawa Islam adalah para saudagar yang juga para dai. Karena itu, ulama dan saudagar sebenarnya tidak dipisahkan, ungkap Kiai Ma'ruf.

MUI juga mendorong wirausaha dengan membentuk Pusat Inkubasi dan Pemberdayaan Ekonomi Syariah yang jadi program unggulan MUI. Dalam pembekalan para pengusaha, MUI melibatkan pengusaha sukses agar mereka mendistribusikan pengetahuannya kepada para pengusaha lain. Dengan adanya ISMI, inkubasi, pemberdayaan, dan penguatan, bisa disinkronisasi dengan MUI.       Oleh Fuji Pratiwi, ed: Hafidz Muftisany

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement